Previx

423 106 113
                                    

“Aku adalah aku”

👑👑👑

"Kamu Papa pindahkan ke sekolah lain." tegas seorang pria dihadapan salah satu putrinya.

Gadis itu menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin setelah pindah sekolah empat kali dalam satu tahun, dan sekarang harus pindah lagi untuk ke lima kali nya.

"Ini demi keamanan kamu Nadin, Mama sama Papa gak mau sampai kamu menjadi korban bully lagi, udah cukup! kali ini Mama sama Papa yakin disekolah baru kamu gak ada yang akan bully kamu lagi, oke?" tutur wanita paruh baya menambahi ucapan sang suami.

Nadina Prescya Clarabelle, gadis itu nenunduk mendengar penuturan sang ibu. Itu mustahil bahkan sangat mustahil. Dari dulu Nadin memang ditakdirkan menjadi bahan ejekan teman temanya. Pindah sekolah pun percuma. Gak ada guna, pikir Nadin dalam hati.

"Papa sama Mama yakin darimana kalau Nadin gak akan dibully lagi?" tanya Nadira yang sedari tadi hanya menyimak dengan berbagai ekspresi.

"Adik kamu harus mengubah penampilanya!" Vino-Papa Nadin menatap kedua putri nya dengan tegas, terutama pada Nadin. Sedangkan, Nadira membulatkan mata tidak percaya.

"Ya, Mama setuju. Nadin, kamu harus mengubah penampilanmu Nak. Coba lihat Nadira, Kakakmu. Coba kamu tiru gaya penampilan Nadira, Dengan itu kamu pasti gak akan dibully lagi." Vina- Mama Nadin, mengusap rambut Nadira dengan bangga.

Nadin menitikan air matanya. Kenapa rasanya sakit sekali, sangat sakit. Kenapa dirinya selalu dibedakan dengan Dira? Jika Nadin ingin berteriak marah kepada kedua orangtuanya apakah salah?

"Nadin gak mau! Nadin gak mau ngubah penampilan Nadin, penampilan Nadin sekarang adalah jati diri Nadin. Nadin gak akan pernah merubahnya, gak akan! Kalian jahat, Nadin kecewa—" 

"NADIN!"

Bentakan Vino berhasil membuat Nadin menegang. Jantungnya berpacu dengan cepat, hati nya terasa hancur. Ini memang bukan bentakan Vino yang pertama kali. Bahkan Nadin sering mendengarnya, hampir setiap hari. Tapi, Kenapa sekarang Nadin seperti anak yang tidak berguna. Katakan kesalahan apa yang diperbuat Nadin?

"Papa gak niat—"

Belum sempat Vino menyelesaikan ucapan nya Nadin sudah bangkit dan berlari menaiki tangga, meninggalkam Vino dan Vina yang merasa bersalah. Nadira menatap tangga dan kedua orang tuanya secara bergantian. Hati Nadira juga serasa dicubit mendengar bentakan Vino. Ia serasa ikut merasakan kekecewaan yang Nadin alami beberapa detik lalu.

Nadin mengunci pintu kamarnya, ia melempar tubuh nya diatas ranjang. Wajahnya ia tutupi dengan bantal berharap tidak ada yang mendengar suara isakanya yang begitu memilukan.

Bagi Nadin, kedua orang tua nya itu egois. Mereka selalu membedakan dirinya dan Dira.

Nadin akui memang kakaknya itu sangat populer disekolah, menjadi idola dan banyak disukai kaum adam. Selain sifatnya yang ramah dan pandai bersosialisasi, Dira juga begitu pintar dalam semua mata pelajaran. Sedangkan Nadin? Ia hanya mempunyai teman yang terbatas, Nadin tidak pandai bergaul, berpenampilan nerd dan selalu menjadi korban bully an teman temanya.

"Dan sekarang apa lagi? lagi lagi aku dipindahkan kesekolah lain untuk menghindari bully an? Basihh! Memang apa yang salah dengan penampilanku? aku hanya ingin berpenampilan semauku tidak selalu diatur ini itu, aku tau aku tidak secantik kak Dira, tapi apa mereka harus egois dengan pilih kasih?"

Ttokk ttokk ttok

"Kenapa?" Nadin tau itu Dira. Memang, setiap Nadin bertengkar dengan kedua orang tuanya, Dira selalu datang kekamar Nadin untuk  menghiburnya.

"Dek buka pintunya dong! Kakak mau ngomong sama kamu," ucap Dira dari luar pintu.

Nadin bangkit dari ranjang, ia memutar kunci pintu dan mendapati kakaknya tengah menatap Nadin dengan raut khawatir.

Nadira merangkul pundak Nadin membawa nya ke dalam kamar, ia duduk di pinggiran ranjang diikuti Nadin.

"Dek, kenapa tadi bicara gitu? kan Nadin tau kalau papa sifatnya keras, biasanya Nadin gk pernah ngelawan perintah papa. Tapi kenapa kok hari ini kamu berani ngelawan?" ucap Nadira lembut sambil mengusap rambut Nadin penuh kasih sayang.

Nadin menundukan kepalanya. "Nadin capek Kak hiks Nadin capek, mereka hiks jahat Kak" ucap Nadin lirih diiringi air mata yang mengalir tanpa diminta.

"Hey kenapa nangis? mereka gak jahat kok sama kamu, mama sama papa seperti itu karna mereka sayang sama Nadin. Mereka mau yang terbaik untuk Nadin, kalau kakak jadi mereka mungkin Kakak ngelakuin hal yang sama karna Kakak gak mau kamu menderita."
 
"Tapi gak gini hiks caranya, mereka selalu membedakan aku dan Kakak "

Nadira memeluk Nadin yang semakin terisak. "Mereka sayang kita, mereka gak pernah membedakan kita berdua Dek"

"Sekarang Nadin harus gimana lagi Kak?"

"Kamu turuti kemauan mereka ya, Kakak mohon sama kamu Nadin."

"Nadin gak—"

"Kakak mohon Nadin."

Nadin melepas pelukan mereka, ia mendongak menatap manik mata Nadira yang terlihat sangat memohon. Kalau begini jadinya ia tidak bisa menolak.

"O-oke Nadin turuti kemauan mereka." pasrah Nadin, daripada harus melihat kakaknya yang terus memohon. Nadira tersenyum senang lalu membawa Nadin dalam dekapanya lagi. 

"Sekarang, kamu tidur oke." perintah Dira.

"Gimana mau tidur kalau dipeluk terus." balas Nadin manyun. Nadira tertawa sambil melepas pelukan mereka.

Nadin membaringkan tubuhnya, Nadira menarik selimut dan mengelus rambut Nadin memberi kesan ternyaman.

"Good night my sister"

"Good night too my brother"

Nadira adalah pengubah mood Nadin. Meskipun orang tua mereka sering membedakan antara Nadin dan Dira, Tapi Nadin tidak pernah benci sekalipun pada Dira. Bagi Nadin Dira adalah kakak sekaligus sahabat untuknya. Dan bagi Dira Nadin adalah adik sekaligus segalanya untuknya. Mereka tidak bisa saling membenci satu sama lain.

🍁🍁🍁

Lalalala🎶🎶🎶

Kalau ada typo kasih tau oke;)

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang