Prolog

16 4 7
                                    

Pagi ini, sebuah selebaran yang berisikan pengumuman dari Penguasa Kota —Estefani Vizcania Octarina— membuat gempar seluruh penduduk kota.

Eksekusi Publik.

Sebuah hukuman yang berarti hukuman sebenarnya. Bukan hanya memberi ganjaran pada pelaku tindak kriminal, tapi juga memberi efek psikologis pada masyarakat secara langsung.

Dalam kasus ini, hukum yang mengatur kota ini adalah Estefani sendiri. Jika Estefani memutuskan bersalah, maka eksekusi akan dilakukan. Perkataannya adalah mutlak.

Eksekusi publik, sebuah pesan yang begitu jelas berbunyi 'Patuhi aku jika kalian tidak ingin mengalami hal yang sama.'

Seorang pemimpin diktaktor. Mahkluk kejam yang bersembunyi dibalik senyum polos dan manis Estefani Vizcania Octarina.

Pukul 12, siang hari ini, eksekusi akan dilaksanakan di alun-alun kota.

Tidak bisa mengabaikan begitu saja pengumuman Estefani, penduduk kota berbondong-bondong menuju alun-alun kota. Tempat dilaksanakannya eksekusi.

Panggung megah disiapkan, Estefani duduk dengan anggun di singgahsananya. Dua buah guillotine telah disiapkan.

Setelah pembacaan pidato dari Kepala Prajurit, eksekusipun akan segera dilaksanakan.

Dua orang, sepasang suami istri, dengan tangan yang diborgol, berjalan mendekat dengan diiringi oleh algojo bertubuh besar. Menaiki tangga panggung, wajah pasrah memenuhi ekspresi kedua terdakwa hukuman mati. Eksekusipun dilakukan dan berakhir begitu cepat.

Pada hari ini, tengah hari, dengan senyum yang hangat, kepala kedua orangtuaku telah terpenggal.

Kepala dari penjahat, darah merah menjijikkan dari pelaku kriminalaitas, mereka pantas mendapatkan hukuman tersebut.

Jika kalian berpikir seperti itu, kalian semua SALAH! KALIAN SEMUA SALAH! Biar kukatakan sekali lagi, KALIAN SEMUA SALAH!

Kedua orangtuaku, merekalah korban sebenarnya.

Pelaku yang sesungguhnya adalah wanita yang dengan senyum ringan pergi mengabaikan hukuman kejam yang telah dia timpakan pada orangtuaku yang tidak bersalah. Estefani Vizcania Octarina, kau pasti mendapat balasannya.

Aku bersumpah pada diriku. Suatu hari, saat aku memiliki kekuatan, aku akan merobek senyum menjijikkan diwajahmu itu. Untuk saat ini, aku —tujuh tahun— hanya bisa menangis meratapi kematian orangtuaku.

***

TimelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang