Di perjalanan aku sangat resah sekali. Pertama aku takut terjatuh. Kedua aku ingin menjaga jarak dengannya. Aku tidak bisa terlalu dekat dengannya. Aku takut dia marah apabila aku terlalu menempel padanya. Aku takut dia sudah mempunyai pacar dan aku nanti disebut pelakor.
Sepanjang perjalanan menuju toko buku aku hanya diam. Memegang erat tasnya yang dia gendong. Untungnya dia tidak mengajakku mengobrol.
Akhirnya aku sampai di toko buku. Padahal jarak dari sekolah menuju toko buku tidak terlalu jauh. Tapi aku merasa ini sangat jauh. Serasa seperti aku pergi dari Bandung ke Jakarta. Apa ini karena aku dengannya. Tapi aku berfikir lagi dua kali. Aku baru mengenalnya. Setiap aku melangkah dengannya. Jantungku menekan dadaku. Menghabat pita suaraku. Aku dengannya tidak bisa berkata apa-apa.
Saat di dalam aku mencari novel yang aku cari. Aku mencari novel karya Gayle Forman. Aku sangat menyukai karya novelnya. Aku mencari novel I Was Here. Saat aku menuju rak buku novel fiksi. Lagi-lagi dia menyentuh bahuku. Aku menengok ke arahnya. Aku hanya menaikkan kedua alisku dengan maksud bertanya ada apa.
" kamu mau nyari buku apa?" seperti biasa dia bertanya dengan suara kecil.
" I was Here yang dikarang Gayle Forman."
" kamu suka baca karangannya?"
" iya, ada banyak novelnya yang aku punya."
" kamu mau jadi penulis?"
" belum tau nih. Aku hanya senang baca saja."
" aku lagi bikin cerita untuk diterbitkan. Kamu mau baca?"
" jangan nanti saja kalau sudah di terbitkan."
" tapi aku mau minta saran untuk ceritaku."
" ok deh aku baca nanti."
Dia hanya mengangguk. Aku melanjutkan mencari bukunya dan menemukannya. Di toko buku itu tidak ada banyak orang. Mungkin karena ini hari sekolah. Tapi seharusnya ramai karena hari sekolah.
Setelah membeli buku aku mau berpamit pada Hayate untuk pulang duluan.
" kamu masih ingin disini? Aku ingin pulang duluan."
" kita pulang barengan saja. Rumahmu dimana? Aku yang antar."
Dia menawarkanku tumpangan." rumahku di daerah arcamanik. Aku pulang sendiri saja. Aku nanti ngerepotin kamu."
" aku yang antar tidak apa-apa." Aku kesal karena dia mengajakku untuk pulang bareng.
" aku bisa pulang sendiri." aku menaikkan nada bicaraku. Setelah aku berkata itu dia diam beberapa saat. Setelah itu dia mengangguk dan berbalik badan meninggalkanku. Aku memandanginya berjalan. Dia berjalan tunduk seperti orang yang putus asa. Dia tidak melihatku hanya melihat ke bawah.
Aku berusaha memanggilnya untuk minta maaf. Tapi mulutku hanya tertutup rapat. Kakiku tidak bisa melangkah untuk mengejarnya. Mataku hanya menatap hanya menatap pundaknya hilang ditelan cakrawala.
Aku menatap langit. Langit sudah gelap namun tak turun hujan. Tanpa kusadari air mataku mengalir. Langit tak perlu bersedih cukup aku saja yang bersedih. Kuhapus air mataku. Air mata yang mengalir karena orang yang baru kukenal 1 jam yang lalu.
Saat aku sedang menghapus air mataku, seseorang menepuk bahuku. Aku seketika senang. Kukira itu dirinya. Namun ternyata bukan. Orang yang menepuk pundakku adalah cowok yang sepantar denganku. Rambutnya bergelombang. Kulitnya agak putih. Kuakui dia boleh juga.
" kenapa kamu nangis. Cowok yang tadi ngapain kamu?" cowok itu bertanya.
" sudah. Tidak apa-apa."
" dia pacar kamu?"
" bukan. Hanya teman. Sudahlah bukan apa-apa kok." aku berusaha membuat obrolan ini selesai. Tapi dia terus melanjutkan obrolan.
" Sam." dia mengulurkan tangan.
" Audrey." aku menjabat tangannya.
" Rumahmu dimana?"
" Arcamanik."
" Aku antar kesana. Yuk." dia langsung menarik tanganku. Kenapa aku seperti cinderella? Selalu ada cowok yang datang kepadaku. Apa yang mereka cari dariku? Pertanyaan itu terus-menerus berputar di kepalaku.
Dia menarikku ke mobilnya. Dan membukakan pintu untukku. Lalu dia menyuruhku masuk. Aku awalnya enggan untuk masuk. Tapi dia terus memaksaku masuk ke mobilnya. Akhirnya aku pun masuk. Dan kita berangkat.
Di mobilnya aku hanya diam. Melihat semua bangunan yang kulewati. Kepalaku tersandari kaca mobil bukan di jok mobil. Tasku kupangku di depanku. Kugenggam erat tasku. Genggaman itu adalah tanda penyesalanku karena sudah mengkasari dia.
" kamu lagi ada masalah?" dia kembali bertanya lagi
" tidak. Aku hanya letih saja jadi aku diam saja."
" masa baru pertama sekolah sudah cape lagi." dia menampilkan giginya. Dia seperti mengajakku bersama
" iya aku memang gampang cape." aku tersenyum tipis
Tak lama kemudian aku sampai di depan rumah. Aku masih diam. Dia menyentuh pundakku. Itu mengigatkanku pada dia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall In Love Again
RomanceAudrey Zealand seorang remaja yang belum pernah pacaran dan tidak pernah mengenal soal cinta. Semua biasa-biasa saja sampai saat dia di kelas 1 SMA. Di kelas 1 lah dia mengenal cinta dengan bertemu seorang cowok bernama Hayate. Hayate yang pendiam t...