" Ini sudah sebulan! Cicak! Gue gak bisa lupa! Arkhh...! " Meremas rambutnya sambil melihat langit langit kamar yang betuliskan namanya, Julia.
Semenjak Julia menyelesaikan pendidikan, ia dan keluarganya pindah ke Kota Marvolia, sebuah kota yang besar dan sangat damai, kedamaian kota ini membuat banyak orang yang ingin tinggal di Marvolia.
Kota para cogan berkumpul! Setidaknya itu yang orang orang katakan. Tetapi dari berjuta cogan yang Julia lihat, ada satu sosok yang tidak pernah bisa ia lupakan.
Tradisi mahasiswa yang baru lulus adalah rehat selama 1 tahun sebelum mencari pekerjaan. Entah siapa yang membuat tradisi itu, namun Julia sangat menikmati hari hari menganggurnya, dan bisa dengan puas berkeliling Kota Marvolia untuk mencari sosok yang pernah memijit pergelangan kaki mungilnya itu.
Taman kecil yang menjadi kenangan mereka telah ditutup, digantikan dengan taman super besar di tengah tengah kota. Taman ini menjadi ikon baru Kota Marvolia.
Hari ini, Julia memutuskan untuk jalan jalan ke taman baru itu yang katanya banyak bunga warna warni di sana.
"Wahhh... Indahnyaa... Kayak gue... Uhh!" Bibir bawah Julia sedikit naik ke atas. Bibir kecil itu begitu manis.
Tiba tiba mata Julia teralihkan oleh sosok pria berbaju biru yang ia lihat dari kejauhan, terlihat pria tersebut sedang mendorong sesuatu. Sentak Julia berlari dalam kerumunan orang orang yang ada di sana.
"Stopp!! Stopp...!! Berhenti ooiii...!!" Teriak Julia sambil menjulurkan tangannya ke depan dan ngos ngosan.
Setelah dekat, alangkah terkejutnya Julia melihat siapa sosok pria itu. Entah harus marah atau gembira, yang jelas Julia sangat tau siapa sosok yang ia lihat dengan mata birunya itu.
" Haloo... " Senyum menemani sapaan itu kepada Julia.
" Eh iya, halo, anuu..." Sahut Julia sambil menggaruk garuk lesung pipinya.
" Mau rasa apa dek? " Tanya dagang es krim itu.
Benar banget, sosok itu adalah abang abang dagang es krim keliling!
" Hemm... Coklat aja deh um, tapi isi vanila juga ya, vanilanya jangan terlalu banyak, taruh di lapisan paling bawah, terus isi rasa stroberi juga, abis tu baru rasa coklat, diatas coklat isi taburan kacang! Eh! Julia juga mau diisi rasa mangga ya um..."
Kalau urusan makanan, cerewetnya minta ampun dah si Julia. Padahal tidak ada niat beli es krim, Julia kira itu adalah si pria yang menolongnya dulu, malah akhirnya beli es krim.
Tapi anehnya, walau suka ngemil, tubuh mungil Julia masih bisa dibilang ramping kayak gitar Indonesia! Julia memang tidak terlalu tinggi, namun hal itu malah semakin membuatnya terlihat imut.
" Untuk adek, um punya rasa spesial, mau? "
" Rasa apa um?? " Jawab Julia.
"Rasa Rindu Padanya Begitu Dalam, Yang Sampai Sekarang Belum Terobati.... Eaaa..."
Ketika mendengar jawaban itu tiba tiba Julia mulas, karena mulas ia membatalkan niat beli es krim dan lansung pergi saja dari sana tanpa menghiraukan panggilan kepadanya.
***
DDRRTTTTTSS.....!!!
Layar hp itu menyala dan dapat terlihat jelas di layar ada pesan bertuliskan...
"Card lu gak keluar?"
"G" bales Ricard pada temannya.
Memang Ricard adalah pria yang sangat hemat dalam bicara, bahkan dalam chat sekalipun. Meskipun sebenarnya ia sering bicara panjang lebar di dalam hatinya.
"Oke, gue mau ke taman kota yang baru di buka itu, beneran lu ga mau ikut?"
"Y" Ketik Richard dengan jemarinya yang panjang.
("Mampus lu gue bales G sama Y aja, hahaha") Ricard tertawa dalam pikirannya.
Untung temannya sudah paham dengan sifat pria tinggi yang tidak terlalu suka dengan keramaian ini, jadi walaupun dibalas seperti itu, mereka tetap biasa biasa saja.
( "Nongkrong di cafe aja akhh" ) Ricard bersiap sambil meraba raba hidungnya yang mancung, nampaknya sesuatu membuat hidungnya gatal.
KRIINNGGG...
Ketika Ricard masuk, beberapa pasang mata melirik pria yang berjalan dengan memasukkan tangannya ke saku samping celana itu.
Keadaan cafe dekat rumah Ricard ini memang tidak terlalu rame, oleh sebab itu Ricard sering sekedar nongkrong di cafe ini.
"Mau pesan seperti biasa Card?" Tanya mbak mbak penjaga cafe.
Memang karyawan cafe itu sudah hafal dengan Ricard bahkan sedari kecil Ricard sudah sering mampir ke cafe itu.
Ricard hanya mengangguk, tersenyum dan beranjak mencari tempat duduk.
Brukkk!!
Terdengar suara jatuh beberapa menit setelah Ricard duduk.
Kaki mbak mbak pelayan itu terkilir membuat ia jatuh di depan Ricard.
Ricard yang saat itu melamun memikirkan sesosok wajah perempuan, sontak saja terkejut."Maa... Maaf Card, sepatunya jadi kotor" Kata mbak itu sembari berdiri dan membersihkan lantai.
"Iya santai aja mbak" Ricard membalas. Padahal dalam hatinya ia berkata...
( "Kucing!! Sepatu gue jadi kotor, padahal baru kemarin dicuci!" )
Memang Ricard sangan jaim, terlebih pada perempuan. Beberapa saat setelah keadaan lebih tenang, Ricard bergumam memikirkan siapa wanita yang ia tolong kemarin dan mengapa wanita itu nempel kayak perangko di kepalanya.
"Haruskah aku cari?" Bisiknya.
###
Halo,
Jangan lupa tinggalkan komentar dan votenya ya :)
Baca terus dan ajak teman teman kamu buat ikutan baca juga.
Follow instagram author: iiindraw
Terimakasih.
Salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE in Marvolia
Teen FictionBercerita tentang kisah bagaiamana seorang gadis dan pria bertemu. Pertemuan yang entah kenapa tidak pernah bisa mereka lupakan. Semenjak pertemuan itu, mereka saling memikirkan satu sama lain, yang kemudian saling mencari disebuah kota besar yang b...