"YOSEOP!"
"Ya, Yang Mulia?" meskipun dia sedikit salah menyebutkan namaku, aku tetap menyahut dengan seulas senyum yang biasa.
Hari itu, ketika aku berkunjung ke istana bersama Ayahanda, Pangeran Alicio yang tidak dapat menunda waktu untuk menunggu teh kamomil tersaji di meja, dengan segala urgensi mengguncang-guncang pundakku, memeluk tubuhku, menangkup kedua pipiku, lalu menciumnya di bagian kanan dan kiri masing-masing dua kali.
"Yoseop! Sudah ku duga aku memang familiar dengan wajahmu. Setelah aku mengingat semuanya, akhirnya ... beberapa malam yang lalu ingatan itu muncul secara membludak di dalam mimpiku. Aku sangat syok setelah mengetahui fakta bahwa aku bereinkarnasi ke dunia antah berantah. Namun aku tahu aku tidak perlu khawatir. Karena akhirnya aku bertemu seseorang yang ku kenal di sini, Yoseopie, itu adalah kau!"
"Ya-Yang Mulia," para maid di belakang memandang kami berdua dengan canggung. Sementara Ayahanda melotot melihat adegan-adegan tadi yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang Putera Mahkota. Tidak, jangankan Putera Mahkota, seorang bangsawan berpangkat terendah pun tidak pantas untuk sembarangan memeluk dan menciumi wajah orang. Terutama, melakukan hal itu di depan umum pada seseorang bukan haknya, belum mahram, atau singkatnya, bukan isterinya.
Tidak, tunggu. Pangeran masih berumur 7 tahun (begitupula aku). Tentu saja dia belum punya isteri. Bahkan seorang tunangan dari puteri-puteri para bangsawan pun belum terpilih.
"Huhu~ Yoseopie!"
Nah, sekarang dia menangis.
Sekarang, apa yang harus aku lakukan?
"Hiks~ huhu~ apa yang harus aku lakukan Yoseopie?"
Itu adalah pertanyaanku tadi, kau tahu? Dan kau terus-menerus memanggil namaku dengan salah, iya kan?
Bagi para pembaca sekalian, namaku ditulis Joseph, dan dibaca Yosep, dan jangan ditambahkan lagi -i di belakangnya, cukup Yosep. Nama belakangku? Evilman. Karena aku terlahir sebagai putera sulung dari keluarga Marquis Evilman. Apa? Kau punya masalah dengan kata evil? Namaku adalah Joseph Evilman dan tidak ada yang bisa kau lakukan untuk menentang itu!
Cukup soal namaku. Kembali ke halaman istana, Pangeran Alicio yang masih menangis aku coba tenangkan dengan cara kuelus-elus punggungnya, "Tenang, Yang Mulia. Silahkan ceritakan secara perlahan supaya saya bisa paham apa yang terjadi."
"Jadi ... Ak-aku ingat bahwa aku sebetulnya adalah anggota boygrup."
"...."
"...."
"Apa itu boygrup?"
"Aku adalah anggota dengan wajah tertampan yang menerima penghargaan Fashion Face Award selama dua periode berturut-turut. Meskipun aku tidak ingat namaku yang tertulis di trofi itu, dan entah bagaimana aku malah ingat namamu, tapi aku yakin bahwa aku adalah anggota tertampan!"
"Apa itu Fashion Face Award, Yang Mulia?"
"Dan hari itu adalah hari dimana aku seharusnya menerima penghargaan Fashion Face Award ketigaku, tapi kemudian, sebelum itu terjadi ... semuanya menjadi gelap. Aku terbangun dari tidurku! Tiba-tiba aku sudah ada di sini!"
Hei, kau tidak mendengarkan aku, ya.
"Semuanya sangat membingungkan dan kepalaku rasanya mau pecah!"
Itu harusnya kalimatku. Meski di bagian mau pecah rasanya berlebihan. Hei, sudah ku duga, kau tidak mendengarkan pertanyaanku barusan, ya.
"Boygrup itu grup musik yang beranggotakan laki-laki, dan Fashion Face Award adalah penghargaan untuk selebriti dengan wajah tertampan dan fashionable sepanjang tahun."
Oh, jadi kau mendengarkan.
Meski bagaimanapun, kau malah menambahkan istilah lain pada penjelasanmu yang membuatku semakin bingung. Selebriti? Fashionable? Ah, sudahlah. Kesampingkan dulu peristilahan itu, sekarang biar aku pahami dulu masalah Pangeran Alicio yang berbelit-belit ini. Sudah sampai mana tadi?
"Jadi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku tidak bisa jadi pangeran! Aku tidak tahu cara mengelola suatu negeri! Ini semua membuatku minder. Itulah kenapa aku tidak pernah mendapatkan peran untuk drama sejarah. Karenanya, Yoseopie, tolong bantu aku!"
Ayahanda dan para maid yang menonton pertunjukan lawak ... maksudku keluh kesah Pangeran Alicio di sana menampakkan wajah pucat dan gestur kepala pusing. Ayahanda bahkan hampir pingsan dibuatnya. Tentu saja, siapa yang tidak akan kaget melihat calon Raja Negeri ini bersikap rendah diri dan memelas bantuan orang lain, meskipun secara teknis orang lain itu adalah aku, orang yang dia anggap teman dekat satu-satunya.
Oh, bukannya aku terlalu percaya diri. Tapi memang begitulah adanya. Aku adalah satu-satunya teman dekat, teman curhat, teman berbagi cerita Pangeran Alicio sejak satu tahun yang lalu, sejak kami berdua masih berusia 6 tahun.
Jadi, sebagai seorang relasi yang baik hati, sesabar mungkin aku tetap tersenyum padanya, "Sebelum aku bantu mencarikan solusi untuk permasalahan Anda, Yang Mulia, ada beberapa hal yang perlu diluruskan." Aku bilang.
Dengan mata merah (ya, ya, warna asli bola matanya memang merah rubi, sewarna dengan rambut ikalnya) yang masih sembab sehabis menangis, Pangeran Alicio kali ini sepertinya cermat-cermat mendengarkan.
Aku melanjutkan, "Hal pertama yang harus digaris bawahi, Anda tidak boleh dengan mudah menunjukkan kerendahan diri Anda di hadapan siapapun. Yang kedua, juga tidak baik bagi seorang Putera Mahkota dengan mudahnya memohon bantuan dengan memelas seperti itu. Kemudian yang ketiga, tentu saja Anda belum bisa mengelola negeri ini karena Anda masih terlalu muda untuk itu."
"Eh? Benarkah begitu? Kenapa?"
"Tentu saja karena Anda adalah Putera Mahkota. Segala tindak-tanduk, perilaku, dan penampilan Anda diawasi."
"Ah! Sudah ku duga!"
Apa yang sudah kau duga? Apa kau bahkan paham dengan apa yang ku katakan?
"Kau ikut terbawa dampak aneh dari ilusi mengerikan sebagai bangsawan dari negeri aristokrat antah berantah ini!"
Oke, kau tidak paham.
Seseorang, bisa tolong bantu aku mencuci otak ... maksudku memahamkan Pangeran Alicio dengan situasi dan kondisi yang dia hadapi dan amanahi sekarang?
Hei, maid yang di sana, jangan membuang pandanganmu. Maid yang di sebelah juga jangan sok peduli pada jari kukumu yang menguning sekarang.
Ayahanda, jangan pura-pura pingsan lagi. Aku tahu tadi pun kau tidak benar-benar serius kehilangan kesadaran.
Siapapun? Tidak ada?
Oh, baiklah. Jika tidak ada siapapun yang bisa membantuku, ya sudah, mau bagaimana lagi, tidak apa-apa. Biar aku sendiri yang menangani bayi besar ini.
Dia akan jadi mainan yang menarik. Oh, aku ulangi. Maksudku teman berbincang yang menarik. Apa? Kau pikir aku akan memanfaatkan kenaifannya untuk dijadikan bahan lelucon bagi kehidupanku yang membosankan? Hei, jangan membocorkan rencanaku, ups. Tapi aku tidak akan sejahat itu, kau tahu? Setidaknya sampai dia sedikit jinak di tanganku ....
***
Fanneey's Note:
Hei. Aku tau aku ga seharusnya posting cerita baru but I can't help it! Idenya mengalir begitu aja di kepalaku dan rasanya sayang kalo dilupakan. Semua ini salah light novel yang baru-baru ini aku baca judulnya Observation Record of the Self-Proclaimed Vilainness' Fiancee.
Tertarik untuk baca juga?
YOU ARE READING
The Most Handsome but Stupid Prince is My Friend
HumorPangeran Alicio, calon Raja di Negeri ini, punya sifat yang sedikit aneh. Meskipun begitu, aku yang hanyalah putera dari seorang Marquis harus berelasi dengannya dan menikmati ... maksudku menerima segala keanehannya seperti ketika dia mengaku bahwa...