Setelah selesai menumpahkan rasa sakit yang ada. Lara kembali menuju kelasnya. Tak ada yang beda. Kembali Lara harus menerima kenyataan jika ia tak akan pernah dianggap ada di kelas ini.
Semua orang yang ada di kelas ini seakan punya dunia mereka sendiri. Ada yang berkelompok membentuk pertemanan, ada yang bergosip bersama dengan yang lain dan masih banyak lagi. Hanya Lara seorang diri yang tak memiliki teman untuk membagi semua beban yang ada di hati.
Lara ingin sekali memiliki setidaknya satu saja orang yang mau menemani dan membagi keluh kesah yang ada di hatinya. Rasanya Lara tak sanggup lagi menahan semua rasa itu. Tapi mau bagaimana lagi, Lara harus tetap kuat dan tegar menghadapinya.
Sekuat tenaga Lara mencoba menahan agar ia tak menangis lagi. Ia tak mau terlihat lemah di depan orang yang tak pernah mengangapnya ada. Walau berat rasanya.
Mencoba untuk mengabaikan perasaan sakit yang ada di hati. Lara menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Woyy cewek pembawa sial!!" teriak Kenan marah. Cowok itu kini menghampiri tempat duduk Lara. "Lo itu ngak bisa apa sehari aja ngak bawa sial sama orang lain. Dasar cewek pembawa sial lo!!" makinya.
Lara yang tadinya menelungkupkan kepalanya di atas meja, kini mulai mendongak kearah cowok yang sendari tadi memaki dirinya.
"Maksud lo apa Ken? Kenapa lo selalu bilang kalau gue itu pembawa sial. Apa lo ngak tau, rasa sakitnya hati gue, saat mendengar semua orang bilang kalau gue itu cuman cewek pembawa sial." sahut Lara tak terima jika ia disebut sebagai pembawa sial.
"Ya maksud gue lo tuh emang cewek pembawa sial, tau! Lo ngak nyadar apa!! setiap orang yang ada di dekat lo pasti bakalan kena sial." kembali Kenan memaki Lara. Cowok itu juga tak segan untuk mendorong bahu Lara hingga kini tubuh Lara terjatuh dari kursinya.
Gelak tawa terdengar sangat keras. Bukannya membantu atau merasa kasihan, para murid yang ada di kelas itu malah mentertawakan Lara. Mereka seolah tak mempunyai hati saat melihat seorang perempuan di perlakukan seperti itu. Seharusnya mereka membatu bukan malah mentertawakan seperti yang mereka lakukan saat ini.
Di lantai kelas yang terasa dingin, Lara kembali menangisi hidupnya. Kenapa Kenan setega itu kepada dirinya. Tidak bisakah cowok itu bersikap lembut kepada dirinya.
"Kenapa!! Kenapa Ken. Kenapa kalian semua selalu salahin gue. Gue capek hidup kayak gini mulu. Apa harus gue mati dulu baru kalian semua sayang sama gue." lirihnya. "Ngak kedua orang tua gue, kak Lia, teman-teman yang ada di sekolah dan kini lo pun benci sama gue."
Walau Lara sudah mencurahkan semua isi hatinya yang penuh luka. Namun tak membuat Kenan maupun murid lain merasa iba kepada Lara yang ada mereka malah semakin memaki-maki Lara.
"Ngak usah drama deh lo jadi orang. Kita semua juga tau kalau lo itu emang pembawa sial tau!" cecar Mayang kearah Lara yang masih saja menangis di lantai.
"Benar yang di bilang Mayang barusan. Lo tuh emang pembawa sial. Kenapa juga sih lo harus satu kelas sama kita. Bikin kita semua takut terkena sial karna ada lo di kelas ini." sahut Jena.
"Huuuu... dasar cewek pembawa sial." Seru mereka kompak kearah Lara. Sedangkan Lara hanya bisa menangis dan menutup kedua telinganya. Lara tak ingin lagi mendegar makian dari mereka semua.
"Stopp!! gue bilang berhenti. Jangan pernah kalian bilang lagi gue pembawa sial." kini Lara sudah berdiri.
Gadis itu menatap sendu kearah mereka yang terlihat meremehkan dirinya. Lara hanya ingin hidup tenang selama ia masih bersekolah dan setelah ia menyelesaikan sekolahnya. Lara berjanji jika ia akan pergi jauh. Baik itu dari keluarganya maupun orang yang pernah menyakiti dirinya. Ia akan meninggalkan mereka semua dan memulai kehidupannya yang baru. Tanpa ada satu pun dari mereka.
Tak ingin mendengar lagi makian dari Kenan maupun murid lain, Lara memilih berlari keluar kelas. Ia ingin sekali menjauh dari orang-orang yang menyakiti hatinya.
Saat ia berada di luar kelas pun Lara masih bisa mendengar seru-seruan yang mengatakan jika dirinya hanyalah gadis pembawa sial dan tak layak hidup di dunia ini. Setega itu mereka terhadap dirinya.
Menghampus kasar air mata yang masih mengalir di pipinya, Lara memutuskan untuk bolos sekolah hari ini. Tidak ada gunanya jika ia berada di sekolah hari ini, yang ada Lara hanya akan semakin terluka karna mendengar cacian dari para murid lain. Lagi pula tak akan ada yang perduli dengan dirinya. Mau dia hilang sekali pun tak akan ada yang mencari dirinya. Karna keluarganya saja tak ada satu pun yang perduli dengan dirinya apalagi orang lain.
Maaf jika masih ada typo yang bertebaran. Aku harap kalian semua bakalan suka sama ceritaku yang satu ini. Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
CURAHAN HATI LARA
Teen FictionDari awal hanya aku yang selalu bersalah di mata orang lain. Mulai dari keluarga, teman bahkan orang yang kucintai sekali pun tak pernah menggangapku ada. Dan hati yang dulunya kuat kini mulai terasa lelah akan semua keadaan yang ada. Sekian lama ak...