[1/4]

530 75 1
                                    

Langit perlahan memudarkan warna birunya menjadi oranye, dua pasang kaki itu masih melangkah tidak jarang mengeluarkan sebuah tawa yang tertahan dari kedua belah pihak.

"Apa maksudmu Takao? Shintaro tidak mungkin seperti itu."

"He-- (Name)-chan tidak percaya ya?"

"Tapi benar lho, dia datang ke gedung olahraga menggunakan pakaian itu--pfft."

"Apa? Jadi benar ya--ahahaha,"

"Andai saja aku melihatnya pasti akan jauh lebih bagus Hahaha!"

Gadis itu menyeka air mata, jika saja kotak tertawa yang dibicarakan Spongebob itu benar, maka kotak yang gadis itu punya mungkin sudah habis. Habis karena menertawakan saudara bodohnya.

"Takao, lain kali foto Shintaro ya! Ingat."

Pemuda dengan mata elang itu hanya mengangguk paham.

Jembatan dengan ornamen merah tampak apik dengan cahaya senja, ditambah lagi penampakan matahari terbenam yang membuat kaki mereka terhenti, hanya untuk melihatnya.

Takao melirik gadis di sebelahnya, bahkan (Name) terasa sangat jauh walaupun ada di dekatnya. Dua kurva ia tarik paksa, berusaha menikmati salah satu keindahan dunia di depannya.

Itu juga salahnya, tidak pernah bertanya kepadanya apa yang ia rasakan terhadapnya. Takao selalu merasa takut untuk ini, ia tahu ini bukanlah dirinya yang sebenarnya.

'Aku ingin mengetahui perasaanmu yang sebenarnya.'

"Jarang sekali ya Takao."

"Hah?"

"Pemandangan seperti ini, biasanya kita lewatkan begitu saja... padahal ini sangat indah lho."

Kedua sudut bibir gadis itu ditarik membentuk sebuah senyuman manis, tanpa disadarinya rona merah mulai menjalar di kedua pipi Takao.

'Kau memang benar, pemandangan seperti ini tidak boleh dilewatkan, apalagi dengan seorang gadis sepertimu.'

"Takao wajahmu memerah! Apa kau demam?" (Name) mendekat ke Takao, tangannya berusaha menggapai dahi pemuda itu yang lebih tinggi dengan akhir (Name) harus berjinjit.

"Kau tidak demam, suhu tubuhmu normal," ujar (Name), Takao menyibakkan tangan (Name) yang berada di dahinya sontak membuat gadis itu mengerutkan dahi.

"Ahahaha--aku tidak apa-apa (Name)-chan."

"Hoo, syukurlah kupikir aku harus merawatmu setelah aku merawat Shintaro yang sakit beberapa hari ini."

Takao terdiam, ia berusaha mencerna kata-kata yang keluar dari mulut (Name). "He, jadi kalau aku sakit kau mau merawatku?"

"Kenapa tidak? Kita teman bukan?"

'Dianggap teman ya.'

"Tentu kita teman--ahahaha."

(Name) menyipitkan matanya ke arah Takao, ia rasa sikap Takao hari ini tergolong cukup aneh, apa ini karena Shintaro yang salah membeli lucky item?

"Takao kau hari ini cukup aneh,"

"Aneh? Aneh bagaimana?"

"Kau jadi lebih sering tersenyum."

"Bukannya itu lebih bagus (Name)-chan?!"

'Bagaimana tidak--aku sangat senang saat bersamamu sampai aku tidak tahu lagi bagaimana cara untuk berhenti tersenyum.'

"Ya, tapi jangan terlalu banyak tersenyum seperti itu."

Takao membatu, apa ia baru saja melakukan hal yang salah kepada gadis itu?

"H-he?! Kenapa?"

"Jantungku tidak bisa berhenti berdetak cepat saat melihatmu tersenyum," cicit (Name) yang bahkan tidak bisa terdengar oleh Takao karena suara mobil yang sibuk berlalu-lalang, ditambah dengan suaramu yang kau kecilkan.

"Kau bilang apa tadi?"

"Tidak, bukan apa-apa." rona merah berganti setelah puas menuju Takao ganti sekarang (Name) yang merona, kedua pipinya memerah dan jujur itu sangat manis di mata Takao yang mmelihatnya, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya (Name) katakan tadi.

Padahal jika ia bisa mendengarnya, semua pertanyaannya akan terungkap jelas.

Mata elang milik Takao menatap sepasang bola mata (e/c) yang sigap menenggelamkan Takao lebih jauh lagi, warna iris (Name) sangatlah cantik dan juga bersinar, jika semua orang berada di dekatnya Takao yakin semua orang itu akan bahagia.

🌿

(Name) adalah penyebar energi positif bagi semua orang, termasuk Takao, ia sudah terlalu jatuh ke dalam pesona gadis itu, sampai lupa caranya untuk berdiri dengan tegak seperti semula.

Rasa | Takao KazunariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang