Jeno.7

266 31 2
                                    

Yeri

Maafin aku, Jeno. Aku lakuin ini karna aku emang gak pantes buat kamu. Aku sayang sama kamu, tapi gara2 Felix aku harus ninggalin kamu. Sekali lagi aku minta maaf.

"Yeri, udah nak. Kamu jangan nangis terus."

Gimana aku gak nangis, Ma. Aku sayang sama Jeno, Jeno juga sayang sama aku. Tapi kita harus berpisah secara kayak gini. Ini semua tuh gara2 Felix.

"Yeri."

Mama udah ada di depan pintu kamarku. Dia melangkah kearahku.
"Mama tau kamu sayang Jeno. Mama juga sedih liat kenyataan ini. Tapi Yeri ini semua udah terlanjur. Felix juga mau tanggung jawab. Dia mau nikahin kamu setelah kalian lulus. Lagipula sebentar lagi kamu kan UN. Kamu gak akan ketahuan kalau kamu lagi hamil."

Aku menangis lagi. Kenyataan bahwa aku gak bisa jaga diri aku adalah perbuatan bodoh. Aku dijebak. Felix yang sudah menjebakku.

Aku menangis bukan karena aku sedang mengandung. Tapi aku menangis karena aku harus berpisah dengan Jeno.

"Ada Jeno, sayang." Ucapan Mama buat aku berhenti menangis.
"Dia mau bicara sama kamu. Jelasin semuanya. Biar Jeno rela lepasin kamu. Kamu mau Jeno gak bisa lupain kamu dan dia gak bisa bahagia sama orang lain kan."

Mama bener. Jeno juga harus bahagia sama orang lain. Aku harus rela. Aku emang gak pernah cinta sama Felix tapi aku yakin Felix mencintaiku. Dengan sedikit keberanian, aku keluar dari kamar untuk menemui Jeno.

Jeno mendekatiku saat dia melihatku datang. Tapi dia tidak melakukan apa2. Karna sekarang dia bukan siapa2 bagiku.

"Kamu ngapain kesini?" Tanyaku.

"Aku cuma mau liat keadaan kamu. Beberapa hari ini aku gak pernah liat kamu pulang sekolah. Kamu gak pa-pa?" Aku mengangguk.
"Tapi kamu keliatan kurus." Sambung Jeno sambil memperhatikanku.

"Jeno, aku mau ngomong." Ucapku sambil melirik mama yang ada disampingku. Mama ngangguk.

"Setelah ini aku harap kamu gak cinta lagi sama aku. Aku mau kamu bahagia sama orang lain bukan sama aku. Dan aku mohon selama aku bicara kamu jangan potong omongan aku."

"Maksud kamu apa?" Tanya Jeno yang bingung.

"Jeno, aku hamil." Jeno diam sambil menatapku. Aku yakin sekali dia terkejut.

"Tapi, Say- Yeri. Kita kan gak pernah ngelakuin apa2."

"Dia bukan anak kamu, Jen. Dia anak orang lain, hiks... Makanya aku putusin kamu, karna aku lagi hamil anaknya Felix."

"Felix? Temen sekolah kamu itu?"

"Aku mohon Jeno, kamu jangan marah sama dia. Aku yakin kamu pasti marah sama dia. Tapi aku mohon jangan lakuin apa2 sama dia yang bisa bikin dia terluka."

"Kenapa? Kamu sayang sama dia?" Tanyanya yang sudah tidak sabar.

"Untuk sekarang aku belum bisa sayang sama dia. Aku masih sayang kamu, Jeno. Alasan kenapa aku gak mau Felix terluka adalah. Felix adalah ayah dari bayi yang aku kandung."

Jeno menunduk.

"Jeno, kamu masih sayang sama aku?" Tanyaku pelan. Jeno memgangkat kepalanya setelah itu mengangguk.

"Kalo gitu kamu pasti mau kan ngelakuin apa yang aku mau. Jangan lukain Felix." Ucapku sebaik mungkin supaya Jeno mau mengerti.

"Tapi aku juga bisa nikahin kamu kalo kamu bilang sejak awal." Ucap Jeno.

"Aku gak mau nikah sama orang yang bukan ayah kandung dari anakku. Maaf. Hikss..." Aku berlari meninggalkan Jeno bersama Mama di ruang tamu. Aku lagi2 menangis. Biar nanti mama yang lanjutin apa yang harus Jeno lakuin supaya dia bisa melupakan aku.

Talent School | Imagine NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang