Prolog

74 8 7
                                    

"Gue ngga pernah tau kenapa gue sangat benci sama es! Gue benci benda-benda dingin! AC, Kulkas dll. Dan gue benci banget sama cowo dingin! Cowo yang sok jual mahal di depan banyak orang. Terutama di depan cewek!" Gerutu Viona sembari membuka gorden hijau yang menghalangi antara dunia luar dan dalam.

Sabtu yang cerah. Matahari tersenyum melihat cantiknya paras yang berada di dalam rumah antik itu. Ya, dia Viona Anindya Fahrezi. Matahari menyinari rumah antik itu melalui celah celah kecil yang ada di dalamnya.

"Gue suka matahari. Gue suka cara matahari menerangi bumi. Tanpa alasan dan tanpa paksaan. Tapi kenapa matahari digantikan oleh bulan pada malam hari? Ya. Itu takdir" Gumam Viona sambil terkekeh mendengar kata kata yang ia lontarkan barusan lewat mulut mungilnya.

"Iya itu takdir. Takdir yang tidak bisa diubah oleh siapapun dan kapanpun."

Hai Readers:)

Selamat membaca:*

Semoga suka:)

Ig: @Vionafrida_

Cover by: Ginadhani

Es Dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang