Senyuman manis El tidak pernah lepas dari tadi pagi membuat Kavin menatapnya horor.
Tangannya menyentuh kening El membuat El yang tadinya senyum sendiri menjadi bingung.
"Lo sakit Be? Dari tadi pagi lo mesem mesem sendiri, Lo ga kesambet penghuni pohon durian tetangga lo kan?" El menabok tangan Kavin keras.
"Siapa yang kesambet sih Ar, Lo ini!" El kembali terdiam dan kembali tersenyum sendiri, Kavin bergidik melihat perilaku El yang aneh.
"Lo kenapa sih?! Jangan bikin parno!" El menatap sekilas Kavin tanpa menjawabnya.
"Ar tau ga? Ta--"
"Ga,"
"Dengerin dulu pe'a!"
"Oh, oke," El mendengus kesal.
"Tadi pagi bunda ngomong sama gue," ceritanya semangat.
Kavin tersenyum melihat El senang, "Ngomong gimana?"
"Gini, 'Quen cepet turun bunda udah nyiapin sarapan, udah siang!' gitu. Oh my God gue seneng banget Ar, pengen nangis sumpil!" Kavin menatap mata El yang berkaca kaca.
"Ga usah nangis, muka lo jelek," El menatap tajam Kavin.
"Bodo!" ucapnya dan kembali tersenyum mengingat sapaan dari bundanya tadi pagi.
Kavin mengacak rambut El gemas dan melanjutkan makannya.
***
Rizal menatap interaksi El dan Kavin tajam, keduanya membuat dirinya resah. Ada hubungan apa antara El dan Kavin? Kenapa mereka berdua bersikap layaknya sepasang kekasih.
Mario menepuk bahu Rizal,"Mereka hanya sahabat Zal, ga usah cemburu gitu," ucapnya menenangkan menjawab pertanyaan diotak Rizal.
Anwar berhenti mengunyah setelah mendengar perkataan Mario dan ikut memandang objek yang dilihat Rizal.
"Ya ampun!" pekik Anwar.
"Kenapa?" tanya Mario karena terkejut mendengar nya.
"Quen cantik kalo lagi ketawa," ucapnya membuat mereka berdua menatap datar Anwar.
"Baiklah maaf, hanya becanda,"
Mereka bertiga kembali menatap El dan Kavin yang saling melempar candaan.
"Kapan lo mau merebut hatinya?" tanya Mario tiba-tiba.
Rizal hanya diam menatap wajah gadisnya yang tertawa lepas.
"Gue pastiin dia jadi milik gue, bukan Kavin!" ucapnya tegas.
Anwar dan Mario tersenyum puas mendengar ucapan Rizal.
***
El tertawa terpingkal pingkal mendengar cerita konyol dari Kavin.
"Hahahaha, udahlah Ar! Cape tau ketawa dari tadi"
"Siapa suruh lo ketawa,"
El meminum air putihnya dalam gelas plastik , "Ga ada rasanya," gerutu nya setelah meneguk air itu.
"Iya lah bego! Air putih mah ga ada rasanya!"
"Ini ga putih, tapi bening,"
"Ini air putih Be!" sahut Kavin ngotot.
"Gue tanya. Putih itu kayak gimana?" Kavin menunjuk kemejanya.
"Nah! Ini putih?" El menunjuk gelas plastik itu mengangkat nya dan mendekatkan nya ke depan wajah Kavin.
"Terlalu deket pe'a!" Kavin mengangguk mengiyakan.
"Iya juga sih, tapi kan ga enak kalo dipanggilnya air bening,"
"Kalo air putih tuh susu, bukan ini!"
"Terserah, seseneng nya kamu aja," El terkekeh melihat Kavin selalu kalah berdebat dengannya.
Mata El tidak sengaja menatap mata Rizal.
Berpandangan hanya beberapa detik dan langsung mengalihkannya menatap wajah Kavin yang belepotan.
"Lo makan kayak bocah tau Ar!" El mengusap sisa saus di pipi Kavin dengan tisu.
"Cie perhatian," El membuang tisu bekas itu tepat ke wajah Kavin.
"Dibaikin malah gitu, ya udah gue jahat aja,"
"Gitu aja ngambek!" Kavin meraup wajah El, membuat El cemberut.
Rizal sudah muak dengan pemandangan yang dihadapan nya, dia beranjak menghampiri El dan Kavin.
"Mau kemana lo?" seru Anwar keras.
"Udah lah biarin," sahut Mario menatap Rizal yang sudah duduk disamping El.
Kavin menatap bingung Rizal yang langsung duduk disamping El, "Ngapain lo?" tanya nya.
El yang tadi sibuk dengan pikirannya menatap Kavin yang menatap kesamping nya.
El menengok tepat Rizal menatapnya, "Ngapain?" tanyanya.
Rizal mengangkat bahunya acuh, meminum air putih yang dibawanya.
El dan Kavin saling melempar pandang, "Ngapain sih lo?" tanya El lagi merasa belum puas mendapat jawaban acuh Rizal.
Rizal meletakan gelasnya menatap El, "Emang kenapa kalo gue disini? Lo keberatan?"
El cemberut ketika pertanyaannya dijawab pertanyaan lagi, "Gue nanya sama lo," sahut nya.
"Gue juga nanya sama lo," jawab Rizal santai.
"Kan gue yang pertama nanya, jadi lo dulu yang jawab!" ucap El mulai kesal.
"Gue lagi duduk. Sekarang jawab pertanyaan gue," El mendengus mendengar jawaban Rizal.
"Gue ga keberatan kalo lo duduk disini, kan lo bukan duduk diatas gue mana mungkin gue keberatan," jawabnya menatap Rizal polos.
Kavin menoyor kepalanya, "Maksudnya dia itu lo setuju ga dia duduk bareng kita, oon tuh ga perlu dipelihara," cecar Kavin.
"Oh," respon El merapihkan rambutnya yang berantakan.
"Tapi ga usah noyor juga kali!" lanjutnya menabok tangan Kavin yang diatas meja.
Rizal menatap perdebatan itu dengan datar, "Hargai gue yang ada disini," ujarnya datar.
El mengalihkan pandangannya begitupun Kavin.
"Suruh siapa lo kesini? Ga ada kan? Itu sih derita lo!" ucap El kembali meminum air putih.
"Itu punya gue," ucap Rizal, El terbatuk melihat gelas yang dia punya ada dihadapan Kavin.
"Kenapa lo ga bilang?!" serunya.
"Lo ga nanya," jawab Rizal kembali santai merebut gelas yang ditangan El dan meminumnya.
"Kenapa diminum?! Itukan bekas gue Ri!"
"Lo juga tadi minum bekas gue," sahutnya lagi dengan santai.
"Kan gue ga sengaja," gerutu El.
"Tetep aja lo minum bekasan gue," ucap Rizal kembali minum.
El menatap Rizal dan menatap Kavin yang hanya menyaksikan.
"Kenapa lo diem aja?!" tunjuk Kavin yang hanya diam.
Kavin menunjuk dirinya sendiri, "Gue ga mau ikut campur tentang bekasan," ucapnya.
El mencubit lengan Kavin kesal, Rizal tersenyum tipis kembali meminum air putih itu kembali sedangkan El hanya meliriknya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GIRL
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM BACA) Quenbe Elvina, seorang gadis yang misterius bagi yang belum mengenalnya. Sikap cuek dan dinginnya membuat semua orang enggan untuk berteman dengannya. Quen atau El ini memiliki banyak teman lelaki yang menjaganya. Seperti naman...