Angin musim gugur (2nd generation)

14K 902 77
                                    

"Tadaima," ucap Rein pelan saat masuk ke apartemennya sambil menaruh kunci di mangkuk yang tersedia pada lemari kecil sebelah pintu.

"O-kaerinasai." Jawaban dari Rasya membuat Rein tertegun. Sepertinya suaranya ternyata tak sepelan yang dia kira sampai Rasya yang dilihatnya sedang berkutat bersama wajan di dapur dapat mendengar ucapannya.

Rein melepas sepatu, menaruhnya di rak dan menggambil alas kaki rumahnya yang berwarna pink dan bergambar kelinci. Dia memang kadang sangat kekanak-kanakan walaupun usianya sekarang sudah hampir 23 dan sedang menyelesaikan tingkat akhir dalam mengambil gelar masternya.

Rein bergegas ke kamarnya dengan terburu-buru. Dia agak segan saat harus berhadapan Rasya. Sebulan terakhir ini hubungan mereka sedang tidak baik dan semua itu salah Ken, pacarnya.

Sebetulnya tak adil juga kalau dia menimpakan semua ke Ken yang sekarang mungkin sedang tugas jaga di puskesmas atau bahkan malah sudah kembali ke rumahnya? Entahlah, Rein belum mengeceknya. Beginilah susahnya kalau pacaran lintas negara. Sulit untuk mencari tahu kabar masing-masing, apalagi sebagai dokter yang sedang menjalani tahun terakhir tugas praktek demi mendapat kualifikasi dokter umum, pacarnya itu sibuk sekali dan sulit untuk dihubungi.

Rein mengambil telepon genggan dari saku mantelnya lalu menghubungi Ken. Memberi tahu kalau dia baru saja tiba seperti kebiasaannya sehari-hari. Tak masalah kalau Ken tak bisa mengecek kondisinya, yang penting Ken tahu Rein sudah sampai rumah atau belum. Pacarnya itu kadang sering kelewat khawatir.

'Sayang, aku baru sampai. Miss you..'

Tak berapa lama, muncul jawaban dari Ken.

'Kok malem?'

Rein mendengus sebal saat membaca pertanyaan singkat itu. Dia bisa membayangkan pacarnya mengirimkan pesan dengan raut wajah kesal dan kening berkerut. Dasar pacar posesif!! Padahal tadi siang dia sudah menjelaskan akan pulang jam 7 karena dia harus menjenguk temannya yang sakit terlebih dahulu selesai kuliah dan akan pulang terlambat.

'Kan aku jenguk orang sakit dulu, Ken, ih... lupa ya?'

'I'm just worried, kamu pasti belum makan malam, makan ya... nanti hubungi aku lagi kalau kamu selesai makan. I miss you so.'

Rein tersenyum kemudian membalas.

'I love you'

'😘😘 Me too...'

Rein menaruh teleponnya di atas meja belajar, mengganti pakaian dengan pakaian rumah kemudian berjalan menuju dapur dan melihat Rasya sudah menata makanan di meja makan.

"Oishi sou, Oniisan," (terlihat lezat, Kak.) ucap Rein mengomentari beef yakiniku, miso soup, dan salad yang sudah disiapkan Rasya.

Rasya tersenyum kemudian duduk. "Onaka suita," (aku lapar) jawabnya.

Rein ikut duduk kemudian mengambil mangkuk nasi dan mengisinya penuh-penuh kemudian menyerahkannya ke Rasya sebelum Rein mengambil nasinya sendiri.

"Itadakimasu!!" ucap mereka berdua sebelum makan.

Rein makan perlahan sambil sesekali melirik Rasya yang makan dengan lahap. Jujur saja dia merasa jengah. Sejak peristiwa terakhir itu, dia hampir tak pernah berani menatap mata Rasya lagi.

Rein malu....

Rein bergidik sedikit mengingat kejadian memalukan itu. Dan semua itu akibat ulah Ken!!

"Rein chan, nayami ga aru nara itte goran," (Rein, jika ada yang mengganggu pikiranmu katakan saja) tegur Rasya saat melihat Rein bengong.

Rein menggeleng dan menyelesaikan makannya dengan cepat. 'Ughh... sepertinya agak sulit untuk bicara normal lagi dengan Rasya,' pikir Rein dalam hati.

The Rempongers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang