-Opening

15 6 2
                                    

Hari ini sama seperti hari biasanya, tidak ada yang berubah. Terlihat sama dan indah. Meskipun hanya lapangan luas yang disirami cahaya matari pagi, Liliana tidak pernah bosan melihatnya.

Aku melirik jam tanganku,

"Masih ada 15 menit lagi, sebelum bel masuk." Aku berlari mengejar waktu. Takut akan terlambat hari ini.

Liliana memang selalu berjalan setiap berangkat kesekolah. Itu bukan masalah bagi-nya karena rumahnya dekat dengan sekolah.

-----

10 menit kemudian

Sangat melelahkan, meskipun dekat tetap saja menguras banyak tenaga-nya jika harus berlari.

Karena lelah setelah sampai dikelas dia langsung menaruh tas, dan duduk di kursinya.

"Heh! Enak banget ya, baru dateng langsung duduk-duduk. Lo lupa kalo hari ini piket?!. Sengaja kan lo dateng siang?"

'Nyebelin, padahal aku haus banget. Belum juga minum, bahkan setetes pun belum. Malah harus dengerin ocehannya'

"Em.. itu aku minta maaf Gi, karna lari aku lumayan capek jadi aku boleh duduk sebentar? Aku janji bakalan piket kok"

"IDGAF, mau lo lari-lari kek kesekolah ato ngesot-ngesot kesekolah siapa yang peduli?. Sapu-in nih masih kotor, sekarang!"
Bentaknya lalu melemparkan sapu kearahku.

Kasar? Siapa peduli. Bahkan tidak ada yang berani membantahnya. Namanya Giselle Grethania, gadis blasteran jawa-canada ini termasuk murid yang populer, bukan hanya karena dia cucu pemilik sekolah. Tapi karena wajahnya yang cantik. Dia juga ketua kelas di kelasnya, jadi wajar dia menyuruh Liliana seenaknya seperti itu.

'Ah, capek banget...'

----- ring.. ring.. (Bel Masuk)

"Ah, untung udah selesai. Pas banget aku selesai langsung bel masuk"

Liliana menaruh sapu-nya dan pergi duduk di kursinya. Saat dia hendak mengeluarkan buku pelajaran,

"Eh Na, gue pinjem pr lo ya? Gue lupa bikin boleh kan?" bisik seseorang yang duduk di depannya

"Tapi kan harusnya kamu udah bikin Riko, pr ini juga udah 3 hari yang lalu, masak kamu belum bik-"

"Sstt.. gak usah ceramah, yang gue butuhin tuh contekkan bukan ceramah. Kalo nggak mau ngasih bilang aja, gak usah ceramah" potongnya sinis

'Sabar liana sabar, kamu nggak boleh emosi'

"Pagi-pagi udah bikin orang naik darah aja. Ckckck" sahut seseorang yang datang lalu duduk disebelahnya.

Gadis yang tiba-tiba datang itu adalah sahabat Liliana, satu-satunya teman yang dia punya. Juga yang mengenal Liliana sejak kecil.

Jefina Stefani, karena sikapnya yang terlalu blak-blakan dan kasar, membuat orang-orang enggan dekat dengannya.

Dia teman yang pengertian, meskipun terkadang suka berkelahi dan berdebat. Fina termasuk anak keluarga terpandang, tapi karena orang tuanya selalu sibuk karena pekerjaan Fina selalu merasa kurang diperhatikan oleh orang tuanya.

"Heh! Apa maksud lo ngomong gitu!"

Fina hanya mengacuhkannya.

"Hi Fin, kam-"

"Simpen pertanyaan lo itu buat nantik. Gue yakin juga itu enggak penting"

"Oh, iya deh kalo kamu bilang gitu"

-------ring.. ring.. (Bel Istirahat)

"Fina, ke kantin yuk? Kamu mau beli apa bakso atau nasi goreng?"
"Gimana kalo beli mie instan?"
"Eh beli mie ayam juga enak"
"Beli-"

Patience?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang