Dua: The power of Grandma:v

151 49 7
                                    


"KIM TAEHYUNGGGG!!!!!"

Seorang wanita tua dengan rambut ala ibu-ibu sosialita dan tongkat teracung di tangannya mendekat ke arah Taehyung.

"Grandma sedang apa disini? Kan sedang hujan. Grandma nanti bisa terserang flu, kalau Grandma sakit bagaimana?" Ujar Taehyung sambil menahan rasa sakit karena jeweran neneknya.

Neneknya memang tinggal di rumahnya yang berada lumayan jauh dari The Rialto. Sebenarnya rumah itu lumayan besar. Bahkan banyak kamar yang kosong. Hanya saja, rumah itu juga digunakan untuk menyimpan pakaian-pakaian yang dijual neneknya. Jadi, Taehyung menolak untuk tinggal disana. Ia lebih memilih di apartemen saja.

Namun, ternyata tinggal di apartemen ataupun di rumah neneknya tetap sama saja. Disini bahkan dia lebih tertekan karena neneknya selalu menelponnya untuk menanyakan apakah dia baik-baik saja.

"Diam kamu anak nakal! Seharusnya Grandma yang bertanya seperti itu. Sedang apa kamu dengan koper besarmu itu?"

Jeweran sudah terlepas. Tapi, rasa sakitnya masih dirasakan Taehyung.

"Hmm... eehhh..." Taehyung bingung akan beralasan apa. Dia hanya tidak tahu bagaimana bisa neneknya ada disini.

"Kamu mau kabur dari apartemen ini, huh? Mau kabur tanpa jejak? Tanpa menyapa resepsionis cantik di sana?"tanya Grandma sambil menunjuk seorang perempuan cantik di balik meja resepsionis.

"Kamu mau menjadi cucu nakal yang tidak merespon pria cantik ini? Kamu mau Grandma pecat sebagai cucu?" Tangan Grandma beralih untuk menunjuk pemuda didepan Taehyung yang masih saja memamerkan cengiran.

Ah, Taehyung tau apa yang terjadi sekarang. Pria ini...! Ya, Pria ini biang kerok nya! Taehyung kini mengerti kenapa pria ini mengenal namanya dan dari tadi mengganggunya. Berpura-pura bersikap baik dengan menawarkan payung. Ternyata dia...

"Sudah, ayo masuk ke dalam lagi! Jangan berani berani kamu keluar dari apartemen ini tanpa se pengetahuan Grandma!"

Jeweran tangan neneknya kembali ia rasakan. Bahkan lebih panas dari sebelumnya sehingga ia mau tak mau mengikuti langkah neneknya itu menuju ke dalam apartemen lagi. Tangan kanan nya bahkan refleks melepaskan koper besar nya.

"Ah tunggu dulu." Ujar Grandma dan menghentikan langkah.

"Jimin cantik, tolong bawakan koper Taehyung, ya. Ayo sayang." Lanjutnya dan memamerkan senyum terbaik ke pria yang di sebut JIMIN itu.

'Ah.. aku ini Pria Grandma' batin Jimin

Jimin hanya mengangguk dan senyum lebar. Tangannya dengam cepat menyeret koper itu dan mengikuti langkah Grandma yang masih menjewer Taehyung. Jimin hanya mengikik. Pemandangan di depannya itu sangat menggelitik setiap orang yang lewat.

Bayangkan saja, pria bertubuh jangkung-yang hanya memakai jaket panjang dan celana jeans belel yang bagian lututnya disayat dengan silet untuk mengesankan bahwa dia sangat laki-laki-rela dijewer oleh wanita tua dengan tongkat di tangannya.

Pria yang berumur hampir dua puluh tiga tahun itu sekarang berubah menjadi anak TK yang ketahuan menjahili murid perempuan lalu dihukum oleh neneknya. Sungguh sangat konyol.

.
.

"Ada apa denganmu, Taehyung? Kamu tidak puas dengan fasilitas di apartemen ini? Kamu ingin sesuatu yang lebih mewah lagi? Kamu mau kemana? Jangan buat Grandma repot dengan jalan pikiran mu yang rumit itu!" Grandma mengacung-acungkan tongkatnya di depan muka Taehyung.

Taehyung duduk di ranjang hanya bisa mengerucut mendengar ocehan neneknya. Ia sangat tahu, jika neneknya sudah marah, maka semuanya akan menjadi bising. Grandma terlalu cerewet untuk ukuran wanita seukurannya.

"Jika kamu mencoba kabur lagi, Grandma akan mengirimmu ke Seoul! Tinggal bersama orang tua mu yang tidak tahu diri itu!"

"Jangan Grandma. Please." Mohon Taehyung sambil menangkupkan kedua tangannya didepan muka.

"Grandma masih memaafkanmu. Jadilah cucu yang baik. Apa susahnya tinggal disini? Ini apartemen terbaik di melbourne."

"Iya, Grandma." Taehyung menunduk penuh kekalahan.

"Baiklah jika kamu sudah mengerti." Grandma menurunkan tongkat yang sedari tadi terangkat ke atas

"Jimin." Panggil Grandma ke pria mungil yang masih menatap ke luar apartemen.

"Iya, Grandma?" Jimin mengalihkan pandangannya. Ia menatap Grandma dengan tatapan sangat sopan.

"Grandma ada tugas baru untuk kamu. Bayarannya juga akan sangat besar jika kamu menerimanya. Kamu mau menerimanya?"

"Ah, walaupun Grandma tidak membayarku, aku juga akan tetap menerimanya. Asalkan Grandma tidak menyuruhku untul membunuh orang saja." Guraunya.

"Hahaha, kau bisa saja. Tugasnya tidak sekejam itu. Grandma hanya ingin kamu melapor ke Grandma jika melihat Taehyung mencoba kabur lagi. Kamu bisa melakukannya? Dan kamu juga harus memandikannya setiap pagi." Yang terakhir bercanda:v

"With my pleasure, Grandma."

Jimin tersenyum sangat lebar. Taehyung hanya bisa mengajak rambut dengan gerakan/? Frustasi.

"Kamu memang cucu terbaik Grandma." Grandma mengusap pipi gembil jimin dengan lembut.

"Baiklah, Grandma pergi dulu. Ada urusan."

Nenek itu melangkah ke luar kamar. Menatap Taehyung sebentar sambil mengacungkan tongkatnya dengan mata melotot. Sorot mata yang mengandung ancaman untuk Taehyung.

Setelah memastikan Grandma sudah keluar dari kamar, Taehyung bangkit dari duduknya. Menghampiri Jimin yang masih berdiri di dekat jendela balkon.

"Terus? Sedang apa kamu masih disini? Sana keluar!" Bentak Taehyung.

Jimin tidak memperdulikan. Dia tetap berdiri di sana dan memperhatikan pemandangan yang ada.

"Nah, apa kubilang. Hujannya sudah reda." Ujar Jimin tiba-tiba.

Taehyung mengerutkan keningnya. Matanya mengikuti arah pandangan Jimin. Hah, benar sekali. Hujan deras yang tadi mengguyur sudah reda
Dia benar-benar tidak mengerti dengan cuaca di kota ini.

Taehyung segera sadar dari lamunannya. Dia menatap Jimin dengan tatapan terkejam yang ia miliki. Uwaw:)

"Cepat keluar dari tempatku!" Taehyung mencengkeram lengan Jimin dengan keras lalu menariknya keluar kamar. Yang ditarik hanya menurut saja.

"Baik Mr. Taehyung. Sampai jumpa lagii." Ujar Jimin sambil tersenyum manis seakan tarikan tangan Taehyung hanya sebatas genggaman lembut.

Taehyung akan menutup pintu ketika Jimin dengan cepat menahannya.

"Tunggu dulu, Mr. Taehyung."

"Apa lagi?" Tanya Taehyung dengan nada menyerah. Ia sudah lelah meladeni pria aneh ini.

"Hehe. Aku hanya ingin memberitahumu jika sebentar lagi pasti akan ada pelangi. Pelangi usai hujan deras sangat indah."

"Aku tidak peduli!" pintu dengan hentakan keras. Hingga Jimin terkaget di luar.

Taehyung Memperhatikan koper besarnya. Tinggal disini lagi? Sampai kapan? Ah, sungguh Taehyung berfikir dia bisa gila jika sepeti ini terus.

Ia berjalan menuju balkon. Sepertinya mencari udara sejuk bisa menjernihkan pikiran.

Dan seketika matanya melebar ketika melihat uraian cahaya warna-warni yang melengkung di atas sungai Yarra. Memenuhi langit, memayungi orang-orang yang masih saja bersenang-senang dengan kano mereka di tengah sungai itu.

"Benar kata pria itu, pelanginya sangat indah. Bahkan di Seoul tidak ada pemandangan seperti ini." Ujarnya tanpa sadar.

Bibir Taehyung melengkung tanpa sadar. Ia merasa, jika segalanya takan sama lagi. Segalanya pasti akan berubah cepat atau lambat. Ya, ia yakin. Ah, pelangi itu seakan memberikan sumber energi baru untuknya.


Mr. Taehyung! [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang