***Keesokan harinya, jam 07 kumpul, konsep di kumpulkan ke panitia, lalu senam pagi bersama-sama. Habis itu kita di Briefing. Kita di kasih uang saku sama panitia senilai Rp 500.000,00 Kita tidak boleh membawa uang sepersen pun kecuali yang di berikan panitia, dan tidak boleh membawa alat ataupun bahan.
Kita lari-lari ke bis menuju perjalanan dan di turunkan di alun-alun kota Batu. Kita di lepas sama panitia terserah mau kemana saja untuk mencari alat dan bahan yang akan di gunakan dalam proses pembuatan karya tersebut.Kita di beri waktu 4 jam dari 8 sampai jam 12 pas, harus selesai dan kembali ke bis.
“Waktu di mulai dari sekarang”
Kata panitia dengan lantang.Kita semua turun dari bis sambil berlari mencari yang ingin di beli. Semuanya mencari toko bangunan, tapi tidak dengan saya. Yang saya cari pertama kali adalah ‘Toilet’. Saya mencari toilet, dan ternyata bayar Rp 2000,00. Dengan bermodal uang Rp 500.000,00 dalam amplop, dan uangnya ada lima lembar uang Seratus ribu.
Bayangkan, saya membayar toilet Rp 2000,00 dan kembaliannya berapa coba..?
Akhirnya saya tidak jadi masuk, dan mencari lagi toilet yang gratisan. Nemu, ternyata bayar juga. Saya liat ada masjid, saya coba masuk, dan ternyata di gembok. Saat itu saya berdua dengan teman saya yang juga kebelet. Saya pasrah, dari pada waktu terkuras mencari toilet, mendingan nyari toko bangunan.
Kita nemunya Toko yang jual alat-alat sekolah, dan di situ kita beli alat-alat kayak spidol,lem tembak dan lainnya. Setelah itu lanjut mencari lagi toko bangunan, karena karya yang mau saya buat itu bahan dasarnya dari triplek. Saya Liat ada toko bangunan, saya masuk. Pertama kali yang saya tanyakan itu.
“Permisi, Kak, boleh saya numpang kamar mandi?”
“Iya,Iya, boleh-boleh”
Dan akhirnya... Alhamdulillah saya bisa nemu toilet degan cara numpang. #Hehey..
Di toko bangunan tersebut gak ada triplek yang kecil, adanya triplek yang besar-besar. Seketika ada teman saya peserta lomba juga, lewat bawa triplek kecil.
“Beli dimana triplek kecil itu?” tanyaku penasaran.
“Ada, ada di toko sana.” Jawabnya menjelaskan.
“Oh, oke makasih-makasih.”
Akhirnya, saya gak jadi yang beli triplek, karena terlalu besar. Saya pindah tempat ke toko bangunan yang di tunjuk sama teman saya tadi. Saya beli triplek 5 biji yang agak besar.
Jam menunjukkan pukul 10. Setelah di rasa telah terbeli semua, bahan ataupun alat-alat yang di perlukan. Saya bawa alat dan bahan tersebut di dekatnya bis, dan membuat karya di sana. Saya sengaja buat disana, biar bisa tenang dan santai sambil nunggu waktu jam 12 tiba. Waktu tersisa 2 jam untuk membuat karya. Saya memulai dengan menggergaji tripleknya.
Waktu banyak di kuras dengan saya yang sedang menggergaji triplek tersebut. Sekitar jam setengah duabelasan, kotak saya hampir selesai. Kebetulan di sebelah saya ada yang beli pilok warna putih. Akhirnya saya minta ke dia #hehey..
“Kak, boleh minta piloknya gak?” Pinta saya.
“Oh, iya” jawabnya dengan memberikan pilok tersebut.
Akhirnya kotak karya saya itu di beri pilok warna putih. Karena, kalau tidak di warnai itu jelek, keliatan tripleknya.
Setelah di pilok, niat saya cover-nya itu mau di ukir, di gambar-gambarin. Ternyata waktunya tinggal sedikit lagi. Saya putuskan hanya di kasih tulisan Konling pakai spidol. Ternyata, spidolnya agak macet. Mungkin karena sudah di kasih pilok, jadi macet gitu. Bodo amat dengan spidol yang macet gitu, saya paksakan ngukir tulisan konling, walau tulisannya agak gimana gitu.
“Waktu kalian selesai, silahkan naik ke dalam bis.” Seru panitia.
Kita semua pun masuk ke dalam bis satu persatu dengan membawa karya masing-masing.
“Aduh.. jelek banget, gimana ini.” gumamku dalam hati yang penuh cemas.
***
Perjalanan pulang kembali ke hotel, sampai sekitar jam 2 kurang 15 menit. Karya di kumpulkan di dalam aula hotel tersebut.
“Haduh, saya belum sholat, jam berapa ini?” tanya ku dalam hati.
Akhirnya saya izin ke panitia.
“Kak boleh izin gak?”
“Mau kemana?”
“Kembali ke hotel.”
“Lah, kenapa?”
“Soalnya saya belum sholat, saya mau sholat.”
“Oh iya iya, cepetan! Soalnya jam 2 itu, kita mau presentasi.”
“Iya iya kak, siap-siap.” Jawabku sembari berlari untuk sholat.
..
....
...
..
..
..
....
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk berkunjung..
Don't forget for like and comment guys :)
..
..
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramuka Wira karya
Short StorySebuah moment terindah bagi "Arini Roihatal jannah" yang tak terlupakan. bermula dari Fwkkp (Festival wira karya kampung kelir) hingga meneruskan perjuangan-perjuangan yang menurutnya tak terduga sampai pada puncak kemenangan. Bermula dari Coba-coba...