Ify memandang Rio yang duduk termenung memandang lurus kearang luar jendela. Lelaki itu diam seolah tidak menyadari Ify yang berjalan menghapirinya.
"Yang gaib tuh gw apa lo sih?" Tanya Ify mencoba memecairkan suasana.
Rio tidak menjawab lelaki itu masih diam tanpa menunjukkan gelagat apapun. Ify bisa merasa lelaki di sampingnya itu hanya ingin membangun dunianya sendiri. Dengan pikiran-pikiran yang tentu saja tidak bisa Ify baca.
Gadis itu kembali berdiri, menuju dapur untuk melakukan rutinitasnya setiap sore, membuat coklat hangat entuk menemaninya memandang senja. Hari ini sedikit berbeda. Hidupnya kembali ditemani oleh "hal lain" yang sebenarnya sudah biasa. Sedikit tersenyum gadis itu ketika menyadari bawha Rio adalah klien barunya.
"It's oke, gak usah keburu-buru buat mecahin masalah ini. Gw gak keberatan kok ngebantu lo." Rio menoleh, dilihatnya Ify tersenyum dengan ramah sembari menyerahkan secangkir coklat hangat untuknya.
"Het!!! Gw taroh meja dulu dari pada Mug kesayangan gw pecah" Ify tertawa, Rio menyadari maksud gadis itu.
"Cuman lo satu-satunya orang yang dengan spesial ngasih gw sesajen coklat anget bengini."
"Gw gak punya menyan, lagian kalau lo gw kasih menyan bisa jadi iblis lo." Rio mengangguk setuju
"Eh, Iblis?" Mendengar pertanyaan itu Ify mengangguk.
"Iya, kesurupan." Rio melongo memandang Ify dengan mimik tidak percaya. Gadis di sampingnya benar-benar ajaib.
Berada di sisi Ify saat ini seolah membuatnya lupa akan jatidirinya. Gadis disampingnya itu seolah menganggapnya hidup.
"Lo gak takut sama setan?"
"Takut." Jawab Ify cepat. Gadis itu masih memandang lurus, menikmati panorama indah lampu jalan dan segala hal disekitarnya.
"Terus kenapa tinggal sendirian?" Ify tidak menjawab kali ini. Gadis itu tidak tahu apa yang harus ia jawab. Mengapa dirinya hidup sendiri dan banyak hal yang lainnya.
"Lo kapan mati?" Kini giliran Rio yang tidak menjawab, ia sendiri tidak yakin kapan tepatnya ia meninggal.
"Gak terlalu lama sih. Gak ngerti juga."
"Alasan umum yang sering lo denger?"
"Kecelakaan." Jawab Rio singkat.
"Tapi kok lo sempurna?"
"Gw dikubur aja pake peti mati. Dari rumah sakit udah ga boleh dibuka. Aneh gak sih?"
"Banget. Jangan-jangan lo kena penyakit berbahaya lagi." Celetuk Ify sekenanya.
"Sembarangan. Orang ganteng kaya gw nih gantengnya luar dalem Fisik maupun Mental. Jiwa maupun raga. Buktinya gw sempurna."
"Ya siapa tahu sihhh..." Rio menoleh ke arah Ify. Gadis itu menggantungkan kalimatnya seolah ingin mendapatkan perhatian.
"Siapa tahu apa?"
"Lo kena rabies."
"Bangke..." Ucap Rio lirih. Ify bisa mendengar kalimat itu.
Menyadari keadaan saat ini mereka kembali diam. Seolah merasa dunia mereka semakin dekat. pertemuan singkat itu terlalu cepat membuat mereka akrab.
"Sebelum ini kita pernah kenal." Tutur ify secara tegas.
Ia tidak mengerti apa yang sedang ia ingat saat ini. Ia menemukan Rio dimasa lalunya. Tapi entah dimasa apa mereka pernah mengenal. Namun Ify sangat yakin bahwa Rio pernah memiliki hubungan dengannya dikehidupan ini.
"Tadi di ruang osis?"
Ify ragu, ia hanya memandang Rio dalam diam, ia tidak tahu apa yang sedang ingatannya coba kembalikan, namun menatap Rio saat ini, Ify benar-benar seolah melupakan sesuatu.
"Eeee...lo ga ada PR gitu?"
"Ya tuhan, hampir gw lupa." Ify bergegas mencari tas miliknya, ia memiliki tugas yang cukup banyak hari ini.
"Tapi males ngerjain." Imbuhnya ketika sudah memeluk beberapa buku tebal miliknya sendiri.
"Dasar pemalas."
"Dasar netijen.."
"Netijen?"
"Julid."
"Julid?" Ify heran sendiri mendengar Rio yang seolah membeo.
"Jangan bilang lo gak tahu apa itu netijen sama julid?" Rio dengan santai hanya menggeleng.
"Dasar setan kudet, netijen itu netizen aka warga interner. Kalau julid itu ..."
Ify diam, Rio menunggu gadis itu melanjutkan, namun Rio menangkap aura kebingungan yang mendadak timbul disekitar Ify.
"Julid ya julid." Pungkas Rio dengan senyum manisnya.
Tanpa mereka berdua sengaja, melihat senyum Rio dan cara Rio menanggapi Ify membuat hati gadis itu luluh. Ify sangat paham, Rio tidak ingin membuatnya terlihat bodoh dan salah tingkah saat ini. Lelaki di depannya itu, baik.
"Pacar lo gak apel?"
"Jomblo gw, heran, kayanya kebanyakan maen sama setan gw mah. Makanya jomblo gw tuh awet dari orok. Lah lo kaga ngapel?" Rio menggeleng.
"Sampe gentayangan gini gw belom pernah jatuh cinta."
"Jangan-jangan gara-gara itu lagi lo gentayangan." Rio memandang Ify heran, pemikiran gadis itu sepertinya mulai konslet lagi.
"Ya ga gitu dong neng, masa gw gentayangan karena masih perjaka. Kan kasian banget nasib gw."
"Ya kali aja."
Mereka berdua kembali hening, Rio memikirkan kalimat Ify dan Ify mulai menata meja dihadapannya, sepertinya tidak ada alasan lagi untuk dia tidak mengerjakan tugas sesegera mungkin.
"Kok rumah lo sepi? Maksud gw ga ada setan lain selain gw? Padahalkan lo menarik buat di kintilin." Mendengar pernyataan terakhir Rio itu Ify melengos.
"Gw ga ngizinin mereka ikut gw masuk sampe dalem rumah. Ga enak hawanya. Jadi aneh."
"Lo ngusir gw secara halus nih?"
"Kalau lo pergi lo mau balik ke ruang osis? Emang tahu jalan?" Rio menggeleng. Melihat hal itu Ify benar-benar mendengus sebal.
"Lo tinggal sama gw aja. Sampe urusan lo selesai. Tapi karena lo ga bisa bayar uang kosan. Lo harus jagain gw dengan baik dan benar." Tutur Ify mantap.
Rio tidak menjawab. Ia tidak tahu bagaimana cara menjaga gadis yang bahkan ia sentuh saja tidak bisa.
"Nanti juga lo tahu caranya." Ucap Ify dengan santainya, ia merebahkan badannya di sofa. Menarik selimut yang memang tidak pernah ia pindah dari tempat itu.
"Kalau lo mau tidur di kamar, tidur aja, gw selalu tidur disini." Ucap gadis itu sembari memejamkan matanya.
"Baru jam 10, lagian gw juga gak pernah tidur." Ucap Rio tanpa sadar.
"Bener juga, ya siapa tahu lo butuh istirahat."
Untuk beberapa saat ruangan itu menjadi hening. Sepertinya apartment ini cukup istimewa. Tepat pukul 22.30 lampu diruang tengah itu meredup. Seolah siap untuk mengantarkan siapapun tidur lebih nyeyak ditempat ini.
Rio memandang Ify dengan lekat, gadis itu sudah tertidur dengan nyaman. Ia berdecih sembari tertawa ringan, andai saja dia manusia, apa Ify akan sesantai ini tidur dihadapannya?
Rio kembali melamun, memikirkan hal-hal yang akan terjadi kedepannya. Ia memiliki teman baru, seorang gadis yang istimewa akan menemaninya. Dengan janji yang sudah saling mereka ikat.
Sebelum ini Rio tidak pernah berfikir akan kembali berkomunikasi seleluasa ini. Ia pikir hidupnya sudah benar-benar berakhir. Nyatanya, Tuhan memberikan ia kesempatan lain, mungkin, untuk merasakan hidup yang entah bagaimana nantinya.
_bersambung_
KAMU SEDANG MEMBACA
·NCHETA·
Paranormal"kamu bisa liat aku?" "HEH JANGAN SEMBARANGAN!!!" "Jadi aku kamu apa lo gw?" "END!!!" kisah Mario sesosok lelaki remaja yang memiliki usia sama dengan gadis yang selalu ia ikuti. seoranng Ify yang selalu bahagia dengan kesendirian.