Kamu bisa lihat aku?

445 28 0
                                    

Ify menarik nafasnya berat ini sudah ke dua kalinya ia harus pindah sekolah di bangku SMA. dan pagi ini, ia sedikit merutuki semangat barunya. Masih pukul 6 pagi dan gadis itu sudah menelusuri seluruh lorong sekolahnya. Mencari teman baru dan tempat-tempat nyaman untuk ia singgahi.

"Eh non yang anak baru itu ya?" Ify sedikit tersentak ketika seseorang mendadak berdiri dihadapannya.

"Iya pak."

"Kenalin non. Pak joko. Satpam terganteng disekolah ini." Ucap lelaki itu dengan bangga. Ify sedikit terkikik mendengar lelaki dihadapannya ini.

"Perkenalkan pak saya Princess ify bapak bisa panggil saya Ify." Tawa mereka berdua meledak bersama.

"Kirain non teh galak, ternyata receh juga. Yaudah non, bapak ke depan dulu ya."

"Siyap pak." Ucap Ify sembari memberikan hormat kepada lelaki itu.

Ify kembali melanjutkan langkahnya dengan riang. Langkahnya begitu ringan hingga tanpa dia sadar langkahnya terhenti di depan ruang osis. Ada hal menarik di dalam sana. Seseorang lelaki berdiri membelakanginya.

Ify mengangkat bahunya tanda tidak peduli, ia memilih kembali melangkah tanpa menoleh lagi ke ruangan itu.

"Eh tunggu." Ify membatu ketika pundaknya disentuh oleh seseorang dari belakang.

"Lo tertarik gabung osis nggak?"

Pertanyaan itu meruntuhkan semua ketakutan yang ada di benak Ify saat ini. Rasa waspadanya perlahan ia pudarkan saat itu juga.

"Gw Cakka ketua osis disini, tadi gw liat lo ngintipin ruang osis. Tertarik sama osis kan? Apa tertarik sama gw?" Tanya Cakka dengan centilnya.

"Ehh sori kak, gw anak baru."

"MAKANYA KALAU MAU NGEGAS CEWE TUH LIAT DULU GEBLE." Beberapa orang disekitar mereka tertawa mendengar suara Gabriel yang meninggi.

"Yakan siapa tahu ini mau join, kan lumayan bisa nambah panitia MOS."

"Sorry ya lys suka kurang emang otak ketos kita. Eh benerkan panggilan lo lys?" Tanya Gabriel dengan menunjung name tag Ify.

"Oh kenalin, Ify." Kata ify dengan senyum manisnya.

"Ohh ify.. jadi gimana? Maukan gabung osis? Oke ini formulirnya ya. Kita tunggu nanti siang."

"Kita tunggu yaaaaa....." ucap Cakka melambaikan tangannya sembari menggeret semua temannya pergi.

"Masih juga pagi, udah aja mepet anak orang." Ify menolehkan kepalanya seorang gadis tomboy berdiri sembari memandang Cakka dengan bengis.

"Maafin cowo gw ya, penganut MLM emang."

'Ohhh cewenya' batin Ify sembari mengangguk.

"Agni, lo Ifykan?"

"Oh kamu udah tahu aku?"

"Kan tadi lo kenalan sama anak-anak." Ify merutuki pertanyaan spontannya beberapa detik yang lalu karena ini.

"Lo masuk kelas 2 IPA-A kan? Kita sekelas. Yuk langsung aja."

Dua gadis itu beranjak dari tempat mereka berdiri, namun ekor mata Ify masih tetap memandang kedepan ruang osis. Sesosok yang tampan baru saja keluar dari ruangan itu. Tipe ideal yang selalu gadis itu idamkan.

"Kenapa pindah?"

"Ehh? Ohh, iya soalnya disekolah lama terlalu ngebosenin."

"Bosen? Terus pindah?" Agni tidak percaya dengan jawaban itu sedangkan Ify, Gadis itu hanya mengangguk.

"Anak orang kaya ya lo bisa pindah seenak jidat?" Ify tidak menjawab itu bukan urusan penting menurutnya. Masalah harta, untuk anak seusiannya bukan hal yang penting.

"Ini kelasnya. Ayo masuk."

Gadis itu mendadak berhenti di ujung pintu masuk. Sesosok lelaki diruang Osis tadi tengan membaca buku di bangku paling ujung. Gambaran tampan dan rupawan yang selama ini ia idamkan.

"Dikelas ini cuman ada sisa satu bangku kosong. Deketnya si ucok." Kata Agni santai

"Di ujung sana imbuhnya."

"Oh itu ucok namanya?"

"Heh?"

"Eh?"

Lelaki itu menoleh, memandang Ify yang sepertinya juga terkejut atas ucapannya.

"Mana ada ucok orang belum dateng." Mendengar jawaban itu Ify baru menyadari kebodohannya. Kebodohan yang sering kali terulang.

"Bangku itu udah kosong dari awal semester. Dulu yang nempatin Rio namanya. Dia meninggal, kecelakaan. Belom ada anak yang bisa nempatin bangku itu. Eh fy gw tinggal dulu ya. Gw harus ke ruang osis." Ucap gadis yang ify lupa namanya itu.

Ify perlahan berjalan menuju calon bangkunya, ia menunduk dan merutuki kebodohannya. Ia berharap lelaki dihadapannya ini tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka berdua. Ify, hanya ingin belajar dengan tenang.

"Kamu bisa lihat aku?" Ify berhenti. Nafasnya mendadak tercekat.

Lelaki dihadapannya itu jelas bisa menyadari raut ketakutan dari wajah Ify saat ini. Gadis itu perlahan menarik kalung dari balik kemejanya. Menggenggam kalung yang sudah ia anggap sebagai jimat itu.

"Dikira mempan, udah duduk." Ucap lelaki itu ketus.

"Jangan dikira gw sama kaya setan lain deh. Gak usah takut" Mendadak rasa takut itu memudar. Kalimat-kalimat dengan nada kasar yang lelaki itu ucapkan membuat gadis itu ikut sebal.

"siapa juga yang takut? Pede banget jadi setan."

"LOOOO BENERAN BISA LIAT GW?" Tanya lelaki itu sembari menyerbu menghampiri Ify.

"TUHANN TERIMAKASIH UDAH NGASIH RIO TEMEN TUHANNNN." Teriak sosok itu tanpa mempedulikan tatapan aneh Ify lagi.

"Kenalin Mario, panggil aja Rio. Gw tahu nama lo ify jadi gak usah repot-repot kenalan sama gw." Ify terpana saat ini. Kepribadian sosok dihadapannya benar-benar membuatnya hampir gila.

"Io, lo sadar lo udah mati?"

-bersambung-

·NCHETA·Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang