Chapter 1

166 6 0
                                    

"Apa kau yakin diperbolehkan menghabiskan semua uang itu dalam sekejap?" Aku mengerutkan kedua alisku, melangkahkan kaki yang terbalut high heels hitam pekat pada lantai marmer berwarna cream milik Shopping Mall di kota sebelah. Well, Stratfield merupakan kota kecil dan damai maka kami rasa uang sebesar $100.000 tidak mungkin dihabiskan di kota ini. Tentu saja itu bukan milikku, semua uang itu milik sahabatku Selena. "Of course! Ibuku baru saja memenangkan lottery sebesar $200.000 jadi ia memberikan sebagiannya kepadaku. I'll spend the money with my Biebs too!" Yeah right, ia selalu memberikan apapun yang 'Biebs' mau. Who's Biebs? Itu adalah sebutan dari Selena untuk kekasihnya. Seringkali aku mendengar nama itu terlontar dari bibirnya. Sebelumnya aku pikir nama itu adalah nama seekor anjing kecil. Well, aku memang belum pernah melihat kekasihnya sama sekali. Aku bahkan tidak pernah tahu siapa nama aslinya. I am not interested. At all. "AAA SHOPPING TIME!!" Dalam sekejap aku terlompat kecil ketika mendengar teriakkan dan pekikkan dari gadis di sampingku ini. Ia segera menarik pergelangan tanganku sehingga kedua kakiku otomatis berlari memasuki pintu kaca milik sebuah toko baju bernama Forever 21. Let me tell you something, aku dan Selena benar-benar berada di derajat yang jauh berbeda. Ibunya memiliki boutique terbesar kedua di dunia. Ayahnya merupakan direktur di salah satu perusahaan besar. Selena sendiri adalah seorang penyanyi di cafe-cafe kecil. Itulah beberapa informasi dari Gomez Family. Sedangkan keluargaku? Ibuku sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Ayahku merupakan sheriff di kepolisian Stratfield. And im just a normal teenager dengan kehidupan yang membosankan. See? Apa kau bisa lihat berbagai macam perbedaan antara aku dan dia? Aku pun juga tidak mengerti bagaimana kami bisa menjadi sepasang sahabat seperti sekarang ini. Seringkali hal-hal tersebut terlintas di pikiranku meskipun Selena tidak mempermasalahkan derajat ku. Aku meraih sepotong dress selutut berwarna biru gelap yang dapat memancarkan dengan jelas sifat Glamour dari dress tersebut. Jemariku menyentuh dress di genggaman tangan kananku sebelum merasakan bahan kain beludru. Its just so beautiful. I really want to.. "wow! Nice dress, are you really going to buy that?" Selena yang membawa berbagai macam pakaian berjalan menghampiriku, tatapannya terlihat seperti tidak percaya. Aku tidak biasa membeli pakaian-pakaian yang begitu feminine seperti dress indah ini. Kurasa memang dress semahal ini tidak pantas untukku. "Uh uhmm.. no! Aku hanya sedang melihat-lihat. Did you find any skinny jeans? Crop tees? Or short jeans?" Tangan kananku segera meletakkan kembali dress biru indah itu kembali pada gantungannya. Berusaha untuk mengalihkan pembicaraan agar keadaan kembali normal. "Yeah, theres a lot." Telunjuknya menunjuk ke arah tumpukan pakaian di sudut ruangan. Aku yakin tumpukan itu dibuat oleh Selena yang kebingungan memilih pakaian untuk dibeli. "Hey wait I think I'll buy this one!" Hatiku berdegup cukup kencang ketika pandanganku menuju ke arah Selena yang sedang mengayun-ayunkan dress biru yang baru saja kulihat tadi dengan senyuman ceria di kedua sudut bibirnya. Uh well, kurasa memang ia akan lebih cocok dengan gaun indah itu.

***

Hari yang sangat melelahkan. Aku harus membawakan berbagai macam kantung belanjaan milikku dan Selena of course. Tetapi hari melelahkan ini sama sekali tidak membuatku merasa sia-sia. I got a lot of jeans, crop tees, sneakers, tank top, supras, and beberapa pewarna rambut and its for free! One of the best day ever. Aku meletakkan semua kantung belanja yang tergantung pada pergelangan tanganku ke atas lantai marmer hitam milik kamar tidur Selena. Yepp, aku memutuskan untuk pergi ke rumah Selena setelah berbelanja karena aku memang cukup malas jika langsung kembali ke rumah ku yang amat sangat membosankan dan sepi. "Barb! Guess what, I have a date with My Biebs tonight. Kami akan makan malam di restoran yang baru dibuka kemarin lalu pergi menginap di hotel di dekat pantai. Isnt that cute?" Jelasnya panjang lebar sebelum membuka sebuah kantung belanja berwarna hitam pekat dengan tulisan Calvin Klein di tengah-tengah kantung tersebut. Kedua mataku melebar ketika melihat beberapa potong celana dalam pria yang dikeluarkan dari kantung tersebut. "Aku sudah membelikan berbagai macam pilihan celana dalam pria untuknya." Tidak mungkin! Apakah mereka bermaksud melakukannya nanti malam? Ewww gross. "But we're only sixteen! Its illegal you cant do that!" Kedua alisku mengerut karena merasa betapa menjijikkan hubungannya dengan pacarnya itu. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkan mereka berdua dalam melakukan hal itu sebelum saatnya. "Chill out, Barb. Maybe I'll have sex with him but i wont get pregnant. I brought condoms. He's 18 tho." Beberapa celana dalam pria yang berada di genggaman tangan Selena itu dilemparkan tepat mengenai wajahku. Aku bisa merasakan perutku yang sedikit bergetar ketika aroma dari celana dalam tersebut memasuki indra penciumanku. Dengan cepat aku kembali melemparkannya ke lantai. "Stop!! That is just so disgusting okay. Its not about pregnant. Its about ille...ugh whatever!" Melihat wajah Selena yang sama sekali tidak memperdulikan kata-kataku saja sudah membuatku sangat kesal dan muak. Kurasa aku memang tidak perlu memikirkannya. Well, im just so protective to my bestfriend. "So you brought condoms? And new Victoria Secret panties? And you brought a new underwear for biebs?" Aku memutarkan kedua mataku, meraih beberapa kantung belanjaan yang pastinya berisi pakaian-pakaian milikku kembali ke dalam pelukanku. "Yepp. Safe sex." Jawabnya dengan senyuman puas di sudut bibir merahnya, pandangan matanya tidak beralih ke tempat lainnya selain pakaian dan barang-barang yang sedang disiapkannya untuk berkencan. Memang pasangan teraneh yang pernah kulihat.

Never (a justin bieber fan fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang