02: quarter moon

1K 247 8
                                    

Manusia serigala memakan korban jiwa lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manusia serigala memakan korban jiwa lagi.

Dan adalah kepanikan massa yang membuat Minho terbaangun dari tidurnya. Didengarnya gedoran di pintu depan, dibukanya dan disaksikannya bahwa sang pemilik hotel sudah berdiri di depan dengan keringat dingin bercucuran dan wajah pucat, menceritakan perihal korban terbaru manusia serigala dengan terbata. Masih terlalu pagi, tetapi berkat itu, adrenalin Minho mulai banjir. Manusia serigala—yang berarti tugasnya untuk memburu dan menghabisi mereka semua. Dengan sigap ia berganti pakaian, membasuh mukanya serampangan semata agar kedua matanya terbuka, sebelum melangkah keluar. Matahari sudah sepenuhnya naik dan jalanan kota dipenuhi penduduk yang panik.

Korban jatuh lagi. Kali ini seorang pemuda gelandangan yang malang nasibnya, berkeliaran tatkala manusia serigala kelaparan. Kerumunan orang-orang membuat Minho tidak dapat melihat jenazah dengan seksama. Adalah sheriff yang membuat para penduduk menepi (dengan perkataan, "Minggir, semuanya! Pemburu manusia serigala di sini!" dan mereka semua patuh bak kambing gembala pada sang pengembala). Ia melangkah mendekat, semakin dekat dengan jenazah di hadapannya. Baunya amis darah pekat, darahnya pun masih agak basah. Kondisi jenazah itu sudah hampir tak bisa dikenali, kepalanya hampir putus dengan setengah batok digigit paksa. Tubuhnya tercabik dengan ganas, dapat dilihatnya beberapa organ dalamnya tinggal serpih dan berceceran. Satu hal lagi yang ditatap Minho adalah beberapa jejak kaki anjing raksasa, bernoda darah, di sekitar sang jenazah.

Tidak salah lagi. Korban manusia serigala.

Matanya menatap sheriff dan mengangguk. Beberapa petugas medis langsung datang dan dengan sigap mengangkat jenazah tanpa rasa jijik. Petugas keamanan membutuhkannya untuk otopsi lebih lanjut. Matanya kemudian menatap sekilas pada penduduk yang menyaksikan sebelum keningnya berkerut menyadari sesuatu.

Tunggu. Ada yang aneh.

"Apa ini semua penduduk kota?"

Sheriff mengerutkan kening kebingungan, berkata, "Tentu saja. Kota ini kota kecil, Nak. Terutama ditambah teror manusia serigala. Hanya ini yang tersisa."

Minho mengangguk. Matanya kembali menatap satu-satu wajah yang datang. Aneh. Sungguh aneh. Ia dapat dengan mudah mengingat wajah orang lain, tetapi wajah yang ia cari tidak ada di antaranya.

Di antara seluruh penduduk kota, Chan tidak ada di antaranya.

.

.

.

Bulan sudah muncul di langit malam. Namun, Minho belum bisa kembali ke kamar hotelnya yang nyaman. Baru selesai ia berkeliling, meminta kesaksian penduduk mengenai penampakan manusia serigala di kota kecil ini. Setelah itu juga, ia mengunjungi tempat kejadian perkara sebelumnya seraya mengumpulkan informasi.

Manusia serigala ini berbeda dengan manusia-manusia serigala yang selama ini Minho hadapi. Hanya manusia serigala ini yang menyerang mangsanya di tengah kota, saat semua orang telah tertidur lelap. Entah karena bodoh, terlalu lapar, atau tidak peduli karena teror yang ia berikan pada satu kota. Mungkin manusia serigala ini terlalu lama berkuasa di sini, terlalu lama hingga ia terlalu betah untuk mencari mangsa baru. Selebihnya, Minho belum menemukan apapun lagi. Butuh lebih dari satu periode serangan untuk menentukan sifat manusia serigala itu dan apa yang ia inginkan. Yang berarti, ia harus menambah durasinya menetap.

Matanya membulat tatkala menyadari sosok yang ternyata sedari tadi memperhatikannya berpikir.

Oh.

Chan berdiri di dekatnya dengan senyum di wajah. Kebetulan sekali.

"Makhluk malam?"

Minho menangkapnya sebagai upaya distraksi, karena itulah, nadanya tidak begitu bersahabat tatkala menjawab, "Menurutmu?"

"Iya." Chan mengedikkan bahu, mengulaskan senyum, "Kita hanya bertemu di malam hari."

Gelagat Chan begitu santai. Tetapi Minho tetap siaga. Ia tidak akan tertipu hanya karena lawan bicaranya tampak begitu santai dan lepas. Orang-orang yang santai memiliki teka-tekinya sendiri, memiliki hal buruk yang disembunyikan seorang diri. Kulit pucat Chan berkilau-kilau di bawah sinar temaram rembulan. Tak peduli sebanyak apapun orang yang ia lihat, Minho tetap tidak akan lupa dengan Chan dan kulit pucatnya.

"Aneh sekali. Aku tidak melihatmu di kerumunan tadi pagi."

"Yakin? Mungkin matamu yang kurang pasat."

Minho memutar mata, "Bung, kau terlalu unik untuk dilewatkan."

"Begitukah? Wow, terima kasih."

Antusiasme palsu. Minho tahu. Matanya menatap penuh selidik sosok Chan di depannya. Masih dengan gelagat santai. Insting Minho menendang-nendang, berteriak bak seorang pelaut yang akhirnya menemukan harta karun.

Yang Minho cari ada di hadapannya. Tersenyum di bawah sinar rembulan.

red riding hood. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang