1

20 5 0
                                    

Untuk kalian yang sejang berjuang atau diperjuangkan, selamat membaca...

Mungkin bagi orang lain, menjatuhkan hatinya pada seseorang lalu berjuang untuk mendapatkan hatinya adalah sesuatu hal yang mudah,tapi bagiku tidak.

Mungkin aku adalah salah satu orang yang mudah menjatuhkan hati pada seseorang akan tetapi sulit untuk mendapatkan Hatinya.

Karena aku hanya seorang pengagum,  jadi bisa dekat dengamu saja sudah membuatku bahagia.

Sedikit ku ceritakan,  saat ada yang mendekatiku, entah kenapa hatiku selalu mengatakan bahwa aku sudah milik mu,  bukan kah itu aneh?

Apakah semua pengagum memang selalu aneh seperti ini?.

Ingin mendapatkan kesempatan namaku berada di hatimu layaknya gadis yang kau suka.

Meskipun aku tahu.

Sebagian rindu hanya singgah dan menyapa tanpa ada niat untuk menetap.  Pergi tanpa rasa bersalah.  Meninggalkan jejak di sudut hati.

Lalu sekarang apakah aku harus mundur, atau tetap bertahan berharap dengan hatimu setelah waktu yang lama ini?

Hey gaes!  Jangan terlalu sulit bicaara soal : rasa-pertemanan-merelakan.

Aku pernah membaca sebuah quote di media sosial, katanya 'hujan akan tetap kembali meski tahu rasanya jatuh berkali-kali'.

Kau tahu apa yang aku pikirkan?

Hujan itu bodoh,  mengapa ia tidak berhenti?,
Mengapa ia tidak menyerah?

Sangat munafik jika ia berkata tidak sakit walau jatuh berjuta kalipun. Menghantam tanah, pohon, daun, atap rumah,  dan benda yang dihantamnya cukup keras. 

Dan boleh Kah aku seperti hujan? 

Aku ingin sekuat hujan.

Karna aku ingin seperti hujan yang selalu kembali meski tahu rasanya jatuh berkali-kali.

Seperti malam yang tak pernah ingkar janji.

Bisa jadi ini adalah kisah klasik yang sering kau dengar. Mungkin akan sangat membosangkan, tapi aku berharap kau mau menjadi pendengarku.

Ini kisahku.

Kisah singkatku yang menggantung di langit mendung.
Dan tentang aku yang mencoba menjadi hujan.

***

Seperti hari-hari sebelumnya aku selalu datang ke sekolah pagi-pagi, alasannya mungkin karena udara di pagi hari sangat sejuk dan segar. 

Suasana kelas masih sangat sepi. 

Aku mengambil jurusan ipa di sma negeri 1 makassar ini. 

Entah kenapa aku memilih jurusan ini padahal salah satu kelemahanku berada pada matematika dan kimia.
Mungkin ini adalah salah satu alasan untuk mempertemukan ku denganmu.

Orang-orang juga sering menyebut ini sebagai sebuah takdir. Seperti takdir yang sudah direstui semesta. Percaya kah kau dengan takdir?

Dulunya kita tidak saling kenal,  kemudian seiring berjalannya waktu kita menjadi semakin dekat membentuk sebuah ikatan pertemanan.

Sinar matahari pagi begitu hangat menyentuh kulit. Sisa-sisa embun pagi yang menetes membasahi tanah,  serta suara burung yang berkicau riang mendominasi pagi yang begitu indah, membuatku lebih nyaman berdiri di depan kelas sambil menghirup udara yang begitu sejuk,  aku masih enggan beranjak dari sana, hingga suara seseorang mengejutkan ku.

"Oyy adel  , kenapa berdiri di situ? Kenapa nggak masuk kelas? " tanya orang itu.

Nama lengkapku adalah adelia salsabila,  orang orang sering memanggilku adel.

Dan mana orang yang menyapaku tadi adalah anisa febrianti,  salah satu teman sekelasku sekaligus teman dekatku.

"kamu lagi nungguin ar... " belum sempat nisa meneruskan ucapannya,  aku segera menyumbat mulutnya dengan tanganku karena orang yang baru saja akan dia sebut, tiba-tiba muncul.
Ya,  arif baru saja Muncul dari parkiran sekolah dan berjalan mendekat.

Aku cepat-cepat menarik nisa untuk masuk ke dalam kelas mendahului mu yang juga akan masuk, lalu kembali menariknya keluar kelas dengan alasan ke kantin setelah menyimpan tas di bangku masing-masing, meninggalkan mu sendirian di sana.

Aku berhenti di sebuah tempah duduk yang tersedia di  kantin tanpa berniat membeli makanan,  nisa pun ikut duduk, menatapku dengan intens.

"kenapa? " tanyaku menyadari tatapan nisa.

"sampai kapan sih del kamu mau begini?!" nisa balik bertanya. 

Mendengar itu,  aku memalingkan pandanganku menatap dedaunan yang masih basah karena embun yang terus meleleh.
"Nggak tau" jawabku singkat, aku sudah mengetahui arah pertanyaan nisa.

"Aku bingung mau bagaimana lagi, kamu nggak capek begini terus? " tanyanya lagi,  aku hanya menggeleng masih tidak mau menatapnya.

"kalau bicara, usahain liat lawan bicara kamu" nasehatnya,  aku pun mulai menatapnya.  Nisa juga sedang menatapku dengan serius.

"aku tahu kamu suka sama arif, tapi jangan terlalu berlebihan.  Karena semakin dalam kamu menanamkan rasa padanya,  maka semakin sakit pula jika kau terjatuh nantinya" ucap nisa menasehati,  ia bahkan meraih tanganku menggenggamnya erat berusaha membagi energi positif kepadaku.

Aku menghirup udara banyak banyak lalu mengembuskannya dengan kasar,  berusaha mengkontrol gejolak yang terus menderu di dalam dada "jadi aku harus bagaimana? " tanyaku.

"Del,  menurut aku,  kamu harus mencoba untuk mengikhlaskan, kamu tau kan cinta tak harus memiliki? Semakin kamu mengejarnya,  semakin kamu akan sakit, kebahagiaanmu kan hilang, kamu harus mencoba baik-baik saja. Kalau kamu mau mencoba, pasti kamu bisa" ucap nisa menasehati. 

Kalau di ingat ingat. Ini sudah tahun ke tiga,  aku menggantungkan harapan padamu. Pada seorang arif tafaskha.

Aku menggantungkan harapan setinggi langit yang mustahil untuk terwujud. Meskupun aku tahu jika suatu saat akan terjatuh, pasti akan terasa amat sakit. 

Tapi bukan kah aku sudah bilang, aku ingin kuat seperti hujan.

Dan memang benar apa kata nisa, jika aku mengejarmu aku kan semakin sakit.

Ternyata  Selama ini aku telah salah paham. Kamu itu baik kepada semua orang,  bukan hanya kepadaku saja. 
Kamu peduli kepada semua orang bukan hanya kepadaku saja. 
Jadi salahkan saja dirimu yang terlalu baik itu.

Aku ingin mendekat,  tapi tidak bisa.
Aku ingin menjauh, tapi aku tersiksa.
Ketika di tanya,  apa mau hati?

Aku bahkan sudah tersingkir jauh oleh mereka yang lebih sempurnya, dan tentu saja lebih bisa membuatmu bahagia.

Karena aku tahu teman perempuanmu tak hanya satu dan yang menyukaimu tak hanya aku.

"Entahlah nis.  Aku juga tidak ingin seperti ini.  Aku juga ingin berhenti.  Aku sudah lelah.  Tapi otak dan hatiku tidak sejalan.  Otak dan tubuhku sudah lelah dan ingin berhenti tapi hatiku masih ingin terus melangkah maju" aku menatap kosong kedepan.  Banyak orang yang belalu lalang.  Ada yang berjalan menuju kelas ada juga yang sekedar mengisi perut di kantin.

"Aku tau del,  aku paham,  aku juga pernah ngerasain itu.  Tapi apa,  semuanya berakhir sia sia.  Jadi gue saranin agar lo berhenti secepatnya.  Jangan menaruh harapan pada sesuatu yang tak jelas"

"Gue gak pengen lo ngerasain sakit yang lebih dari ini.  Jadi berhenti lah.  Oke?! "

Aku mengangguk "Akan ku coba"

TERIMA KASIH SUDAH BACA..

YANG MAU CURHAT SILAHKAN..

KALAU ADA TYPO KASI TAU YAH...

SALAM MANIS,,,

FatamorganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang