Kebetulan yang Mempertemukan

31 0 0
                                    

November, 2018

19.15 WIB

Stasiun Bandung

"aissss !! tuh kan, naik kereta jam segini banyak ketemu temen lama.." ucapnya.

aku dari kejauhan menatap heran, maklum mata ini sedikit minus, saat semakin dekat .. deg, kaget ! aku kira itu hanya suara lamunan ku setelah kejadian pagi tadi yang cukup mengagetkan.

*Flashback*

Politeknik Kesehatan Bandung

Hari ini, tugas matakuliah banyak sekali, padat dan beranak, kegiatan olahraga rutin senam pun masih dilakukan meski di kecualikan untuk angkatan tingkat akhir, angkatan ku, tapi itu tidak berlaku untuk aku.Yaps, aku adalah penanggung jawab kegiatan rutin mingguan tersebut, alhasil aku harus tetap mempersiapkan sound, lagu dan tetek bengeknya. Dihari itu, entah karena kebodohanku yang diluar kebiasaan (baca : ngerjain tugas neraca, pembukuan, laporan, dan studi kelayakan usaha H-3 jam) membuat segalanya benar-benar diluar kebiasaan, aku kelimpungan, bulak balik mnyelesaikan tugas ku di lantai 3 gedung dan ke lantai dasar untuk mengecek persiapan senam. Sialnya, di perjalanan ketiga ku menuju lantai dasar aku tergelincir, tanganku yang memegang laptop menabrak tiang penyangga dan kakiku yang mencoba menahan agar benturan laptop dan tihang tidak terjadi lebih keras pun menabrak pinggiran tiang yang penuh dengan baut yang terbuka.

"Srettt, brug, tranggg". "astagfirullahaladzim, yaallah...." Tubuhku ambruk, sambil mengamankan laptop. Namun, trek bagian depan laptopku pecah. Sakitt kakiku, kesall karena kecerobohanku, kaget karena kejadian ini dan takut akan laptopku rusak bercampur aduk. Sepersekian detik muka ku memanas siap menumpahkan lelehan air mata yang siap meluncur. Tapi seketika kulihat sekitar "tidak ada orang, alhamdulillah" aku segera bergegas ke lapangan, kalau sampai ada orang melihat kejadian tadi, satu kampus bisa rame ngetawain aku. Ucapku dalam hati.

Sambil terpincang dan masih dengan wajah syok aku tiba di lapang kampus, dengan muka sok "aku baik-baik saja". aku mempersiapkan senam, setelah kegiatan dimulai, sakit itu makin terasa, akupun pergi ke toilet untuk memeriksanya. Saat aku lihat, betapa terkejutnya aku, celana seragam kampusku sampai sobek di bagian dengkul, dan setelah aku lihat luka dalamnya, "astagfirulloh, kaya orang abis kecelakaan jatuh dari motor". Dengkulku terluka dan bagian dengkul kebawah memar memar, kesakitannn. Aku masih dengan sumpah serapahku akan kecerobohan ini tak kuasa menahan tangis, sendiri, tidak ada satu orang pun yang tau di kampus ini. Sedih ! tapi apalah artinya, aku tidak suka terlihat lemah dimata orang lain, tidak suka bercerita hal-hal yang menurutku tidak penting seperti hal ini yang akan menambah beban orang lain. Aku bergegas ke kelas karena waktu semakin mepet, gairah untuk masuk kelas semakin menipis melihat tugas-tugasku belum beres ditambah -luka jatuh- yang lumayan membuat kesakitan.

1 jam menahan sakit, luka yang belum diapa apakan, rasanya mata ingin kembali menumpahkan hujan. Akupun berlari ke ruangan himpunan, disana aku cari tas P3K untuk mengobati diriku (sendiri). Di ruangan itu aku jejeritan sendirian, sambil mengobati luka yang sedikit dalam dan banyak memar. Aneh memang, orang lain saat terluka meminta bantuan. Sedangkan aku, lebih memilih diam. Aku sendiri bingung, mengapa aku terbiasa memndam segala sesuatu sendiri. Kejadian pagi ini, aku tidak menyangka akan mendapat pengganti kebahagiaan sore harinya.

*Flashback berakhir*

"eh a asan, damang a ? kamana wae a meni awis tepang". refleks aku menjawab begitu sadar orang yang memanggilku adalah mantan kakak senior ku di sekolah dan di karate.

"aya wae ais, uih kuliah atanapi damel ?" jawabnya dengan logat seperti orang sunda tulen, padahal beliau adalah keturunan sumatra.

"Alhamdulillah kuliah a hehe". jawabku

Cinta(ku) Dalam DiamWhere stories live. Discover now