Part 11

5.6K 229 0
                                    

Kesabaran gadis itu akhirnya mampu meluluhkan hati kerasnya dan mencoba untuk memulainya kembali. Mungkin, butuh waktu yang lama untuk bisa menyiapkan ruang di hatinya untuk Risa. Tapi, akan dia usahakan jika dia benar-benar sudah selesai dengan masa lalunya.

Di tengah-tengah rapat sedang berlangsung, betapa terkejutnya semua karyawan di kantor itu. Kini, atasannya memakai cincin di jari manisnya.

Bagaimana tidak ketika isu perceraian mencuat sejak lama, kini di patahkan oleh Theo yang hari ini memakai cincin pernikahan.

Hal mengejutkan lainnya Theo kini memutuskan untuk tidak mengambil jam lembur kerja dan memilih untuk pulang lebih awal. Marvin yang sedang bermain game terkejut kepulangan kakaknya.

"Kamu mencari, Kak Risa. Dia sedang ke pasar beli bahan makanan," ucap Marvin dengan fokus bermain game, ketika sekilas melihat kakaknya ke dapur seperti mencari sesuatu.

Tanpa mengatakan apapun dia pergi kembali membuat Marvin menatap kepergian kakaknya. Apa dia menyusul Risa ke pasar pikir Marvin.

"Kerasukan apa dia," ucap Marvin merasa aneh dengan sikap kakaknya yang tidak biasa.

Risa yang senang pergi ke pasar di bandingkan ke supermarket. Dia yang sudah membeli kebutuhan rumah,  berjalan di pasar yang becek karena sekarang musim hujan.

Dia menatap ke arah di depan sana, seseorang menjadi sorotan tak lain Theo. Ia dengan berdiri bersandar ke mobilnya menjadi sorotan orang-orang yang pergi ke pasar.

"Ngapain dia di sini?" tanya Risa kebingungan dia masih terdiam ketika melihat suaminya.

Theo melihat gadis itu di balik kaca hitamnya dengan barang belanjaan di tangannya, dia berjalan pergi menghampiri Risa yang berdiri mematung.  Lalu, membawa belanjaan itu dan mengulurkan tangannya pada Risa.

"Jalannya licin hati-hati," ucap Theo membuat Risa terdiam tak menyangka pemuda itu datang untuk menjemputnya.

Risa yang diam membuat Theo meraih tangannya dan membawanya pergi ke mobil. Risa menatap tangannya yang di pegang pemuda itu, terasa ia sedang bermimpi atau mimpinya menjadi kenyataan.

"Kakiku bisa mengotori mobilmu. Aku jalan kaki saja, rumah tidak jauh dari sini." Kata Risa menolak untuk masuk ke dalam mobil.

"Kalau kotor aku bisa mencucinya," ucap Theo memaksa gadis itu untuk masuk ke dalam mobilnya.

Risa yang tidak pernah duduk di mobil suaminya, sekarang dia duduk di sampingnya. Dia masih tidak percaya hanya diam membisu, Theo melajukan mobilnya menuju rumah.

"Apa sesuatu terjadi?" tanya Theo ketika melihat gadis itu menjatuhkan air matanya tiba-tiba saat di perjalanan.

Dia masih diam dengan menatap ke depan mencoba menyadarkan diri, Risa memegang wajahnya. Bahkan, secara tak sadar dia menangis.

"Apa kamu sakit?" tanya Theo lagu dengan memberhentikan mobilnya, saat gadis itu semakin deras air matanya.

"Katakan sesuatu jangan buatku khawatir." Pinta Theo membuat dia semakin menangis histeris.

"Hei." Theo melepaskan sabuk pengamannya dan memegang tangan Risa yang memukul dirinya sendiri.

"A-apa aku sedang bermimpi saat ini? Apa aku sedang berhalusinasi lagi? Jika aku bermimpi aku ingin cepat bangun, kenapa aku selalu bermimpi di perlakukan seperti ini olehmu." Jelas Risa dengan menundukkan kepalanya sambil menangis.

"Aku pasti bermimpi." Kata Risa dengan menepuk-nepuk kedua pipinya.

"Kamu tidak bermimpi," ucap Theo menatap gadis di sampingnya, Risa menoleh menatapnya dengan mata masih menangis.

"Benarkah?" tanya Risa dengan menjatuhkan air matanya.

Di sini Theo dapat melihat jelas betapa gadis itu mencintainya. Saat, dia sedikit memperlakukannya dengan baik, ia langsung menangis dan menganggapnya mimpi. Sejahat itukah ia selama ini sampai membuatnya seperti ini.

"Sentuh aku dan kamu akan sadar jika kamu tidak bermimpi." Pinta Theo dengan mendekatkan wajahnya ke arah Risa.

Tangan mungilnya dengan perlahan-lahan menyentuh wajah tampan Theo. Ia dengan ragu memegang wajah Theo dengan kedua tangannya. Risa lagi-lagi menangis ketika dia tidak bermimpi.

"Bagaimana? Kamu tidak bermimpi bukan." Kata Theo membuat gadis itu tersadar dan mengalihkan pandangannya.

"K-kenapa bisa?" tanya Risa kebingungan dengan sikap Theo yang berubah dalam semalam.

"Saat, kamu merasa bermimpi kamu bisa memastikannya dengan menyentuhku, kamu bisa memukulku jika perlu." Jelas Theo dengan melanjutkan menyetir mobilnya.

Entah, syok atau terkejut gadis itu seperti tidak percaya dengan perubahan sikap Theo. Padahal, pemuda itu tidak melakukan apapun, tapi melakukan apa yang harus dia lakukan sejak dulu pikir Theo.

☘️☘️☘️

Marvin yang melihat kedatangan kakaknya bersama Risa, membuat dia tak habis pikir ternyata dugaannya benar. Kakaknya memang mencari keberadaan Risa sejak tadi dan menjemputnya dari pasar.

Apa yang sudah terjadi pada kakaknya pikir Marvin. Dia seperti bukan dirinya ketika bersikap baik pada Risa.

"Hei, apa yang terjadi? Kenapa bisa Kak Theo menjemputmu?" tanya Marvin ketika gadis itu diam di dapur untuk menaruh barang belanjaan.

"Pasti sesuatu sudah terjadi, ini sangat mencurigakan sekali. Katakan padaku apa yang membuat Kak Theo luluh dan bersikap baik padamu." Desak Marvin yang penasaran saat kakaknya berlagak aneh.

Risa masih diam dengan melamun panjang, dia juga sama sekali tidak percaya jika Theo bisa berubah. Mungkinkah, perkataannya semalam serius.

"Aku tebak pasti semalam terjadi sesuatu dengan kalian 'kan ngaku!" Seru Marvin membuat gadis itu kesal mendengarnya.

"Gak ada," ucap Risa dengan mengeluarkan sayuran dari kantong keresek.

"Pasti kalian melakukan malam pertama yang tertunda 'kan argh!" Teriak Marvin kesakitan ketika gadis itu memukulnya dengan sayur kangkung di tangannya.

"Pikiranmu itu kotor sekali," ucap Risa dengan menarik nafasnya.

"Kalau tidak bagaimana caranya Kakakku luluh dalam waktu semalam jika kalian tidak-argh." Satu pukulan melayang di perut Marvin ketika dia menggoda kakak iparnya.

Risa berjalan pergi meninggalkan adik iparnya yang tak akan berhenti menggodanya. Ia tak habis pikir dengan Marvin yang bisa mengatakan semua itu padanya.

Dia sendiri sedang memikirkan kenapa bisa Theo berubah dalam sekejap, mungkinkah dia terbentur sesuatu. Risa sedang ingin menenangkan pikirannya dan berpikir dengan jernih.

Stuck In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang