Saat itu, aku berada di kelas dua SMP. Masa dimana otakku mulai memperoses hal-hal romantisme. Lucu kalau mengingatnya. Aku yang polos namun banyak pengetahuan sangat ingin merasakan hal yang disebut 'pacaran'. Karna pacaran bukan lagi hal yang tabu untuk anak SMP sepertiku.
Hingga suatu hari, saat dimana aku bertemu dengannya.Saat itu aku sedang berada di kelasku. Keadaan kelasku tidak seramai kelas lainnya. Mungkin ada 10 sampai 15 orang saja yang berada di kelas. Beberapa dari mereka ada yang berkumpul bersenandung menggunakan gitar, ada juga yang berkumpul untuk menonton sesuatu dari layar laptop, ada juga beberapa yang memilih menjauhkan diri dan tidur dibagian pojok belakang kelas sambil mendengarkan musik. Iya, itu aku. Jangan tertawa.
Namun tak lama setelahnya, keributan tiba-tiba terjadi. Saat itu aku tidak mendengar apapun karna menggunakan headphone dan tertidur. Tiba-tiba aku merasakan meja tempatku tidur terdorong hingga aku terbangun.
Ternyata dua orang laki-laki sedang bertengkar dan alasan mejaku terdorong adalah seseorang dari mereka dilempar hingga mengenai mejaku. Aku terpojok hingga tidak bisa keluar dari tempatku.
Aku memperhatikan mereka, yang terjatuh berusaha untuk berdiri sambil mengelap darah yang berada di ujung bibirnya. Lalu satunya lagi yang berdiri mendekat ke laki-laki yang terjatuh, lalu mencengkram kerah baju lelaki tersebut. Semua yang menonton tidak ada yang berusaha untuk memisahkan. Otakku mulai mencerna semuanya. Saat laki-laki yang berdiri mulai meluncurkan bogemannya kepada laki-laki yang terduduk lemas dibawahnya, aku teriak tanpa kusadari.
"BERHENTI BEGO, LO BISA BUNUH DIA"
Aku ingat sekali, dengan wajah datar namun tremor hebat. Sekali lagi, kalian jangan tertawa.
Manusia manusia lain yang memperhatikan hanya diam membisu selama beberapa detik hingga menyebabkan keheningan di ruang kelas. Termasuk dia, dia yang akan meluncurkan bogemannya, dia memperhatikanku. Aku menatap matanya dengan berani walau tubuhku bergetar. Semua mata beralih memperhatikanku dengan tanpa suara. Hanya suara angin yang aku dengar. Aku ingat itu. Di ke sunyian itu aku menyuarakan pendapatku kepada orang yang sedang berada di tingkat kemarahan teratas.
"Sebelumnya gua minta maaf karna masuk kedalam lingkaran permasalahan lo.
Gua . . .
Gua . . .
Gua cuma mau keluar dari sini."Aku ingat ke tolol an haqiqi yang aku lakuin waktu itu. Sampai sampai semua orang tak bisa menahan tawa nya. Aku yang melihat hal itu merutuk didalam hati.
Setelahnya, aku melompati sebuah kursi yang tadi menghalangi jalan kaburku lalu menatap mereka.
"P-pokoknya! Gua kejebak njir. Dan lagi, daripada gua yang pergi dari sini, kalian bisa gak sih berantemnya dibelakang sekolah aja? Ngapain sampe ke sini sih!"
Ekspresi aku waktu itu bener2 beda banget sama apa yang aku rasain di otak dan di hati. Sebenarnya aku ciut, aku gemetar dalam hati, tapi ntah kenapa ekspresi wajahku benar-benar datar dan menantang.
Laki-laki yang ada dihadapanku menurunkan bogemannya, lalu menatapku sambil menaikan sebelah alisnya.
"Sorry(?)"
Tapi dengan wajah songongnya, aku tau itu tidak ikhlas, tapi aku tidak peduli saat itu. Yang ku ingat setelahnya, suara riuh bersorak memenuhi ruangan. Aku menjauhkan mereka berdua yang bertengkar. lalu menatap wajah laki-laki songong itu. Dia hanya mengangkat ke dua tangannya sambil tersenyum remeh ke arahku.
"Okey, Lu denger kata ni cewek kan? Gua tunggu dibelakang. Pulang sekolah"
Lalu dia pergi meninggalkan kelasku dengan diikuti banyak kerumunan manusia manusia hewan yang hanya bisa menonton mereka. Aku menarik nafas lega, lalu melihat ke arah laki-laki yang tadi hampir terkena bogeman mentah. Ia hanya menaikkan kedua pundaknya sambil berkata
"Okey, thanks"
Lalu dia juga pergi meninggalkan kelasku sambil menyentuh ujung bibirnya dan yang membuatku berfikir aku bodoh adalah DIA BERJALAN DENGAN SANTAI SEAKAN AKAN TIDAK TERJADI APAPUN TADI?!! Aku menatap datar dirinya yang pergi sambil meninggalkan banyak rutukan bodoh di otakku.
'Manusia aneh. Manusia atau hewan?'
Aku menggelengkan kepalaku heran sambil membereskan kekacauan yang terjadi tadi.Tak lama setelahnya bell berbunyi tanda jam istirahat terakhir selesai. Teman sekelasku mulai memasuki kelas sambil menunjukkan kedua jempolnya kepadaku.
"Anjir lu keren banget sumpah"
Ini namanya Haikal Rizky Fachrezy. Biasa aku panggill iki, eji atau ikal. Hobinya main Pabji atau ngajakin aku main mobil remot atau tamiya. Anaknya polos, kalem, adeknya geng kita, ganteng tapi lemot. Paling lucu sih pokoknya!! Dan Paling Agamis dibanding yang lainnya."Goblok, lo sok pahlawan banget ege" ujarnya sambil memukul belakang kepalaku pelan. Kalau yang ini gausah ditemenin. Namanya Ares Aditya Harditama. Biasa aku panggil arrres, atau tama, kalau gua kesel biasanya gua panggil HARDI, dia paling benci dipanggil itu. Hobinya gangguin gua sampe gua ngamuk. Anaknya asik banget, banyak temennya, banyak pacarnya. Ganteng juga tapi buaya. Mulutnya manis banget kalo sama cewek lain. Kalau yang ini tidak berakhlak. :)
"Lo menololkan diri ya len didepan cowok ganteng. Makanya tadi diajakin ke kantin tuh ngikut jangan malah rebahan dikelas" yang satu ini sambil melemparkan kiko setengah cair kepadaku. Kalau yang ini namanya Galang Varegan Lazuardy. Biasa gua panggil Egan atau Regan. Paling ganteng lah diantara yang lain. Agak cuek kalau sama cewek. (Belom taken btw), hobinya main basket + nyeramahin kita bertiga kalau ada salah. Yang ini sih agamis juga anaknya cuma kadang tidak berakhlak.
Iya! Mereka teman dekatku selama disekolah ini. Laki semua? Iya juga. Bangga? Nggak. Karena kita memang teman sd dari lama. Waktu tau kita SMP satu sekolah lagi, kami bahagia sih, tapi . . . aku sempat dibully sama teman-teman cewek sekelas karena dikira ngegatel sama mereka.
Yahh, pokoknya seperti itu awalnya.
Regan yang duduk di sebelahku menarik tanganku yang sibuk membereskan meja sambil memegang kiko.
"Lo gak kenapa napa kan?"
Terus tanpa aku sadari, saat itu tubuhku langsung gemetar hingga membuatku perlahan lahan terduduk di lantai. Mereka bertiga kebingungan melihat tingkahku yang berubah 360°.
"Heh anjir lo kenapa" kata Regan sambil memegang tanganku.
Ares dan Haikal juga ikut panik sambil memegangi tanganku. "Anjir ni bocah ngapa anjir" aku terduduk memegangi celana Regan dengan wajah menunduk melihat ke arah lantai. "Lo kenapa asu!" Bentak Ares. Aku menatap mereka perlahan sambil bergumam
"Gimana ini . .
Gimana ini . . .
Gimana ini . . . .""YA GIMANA APANYA COK!" Sentak mereka berempat.
"HUHUHUU, GIMANAA ANJIR, GUA BARU SADAR SAMA APA YANG GUA LAKUIN TADI!! GIMANA KALO KEJADIANNYA KAYAK DI WETPET WETPET GITU?!! GIMANA KALO GUA NANTI DIGANGGUIN BALIK SAMA DI . . ."
Saat itu! Mulut aku di tutup serentak oleh tangan besar milik Regan, Ares dan Haikal.
"Goblok" ujar mereka lalu melepaskan tangan mereka dari mulutku dan meninggalkanku yang terduduk di lantai sambil memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi tanpa membantuku berdiri.
"Emang punya temen kayak da'jal. HEH KALIAN KEMANA INI MASIH JAM PELAJARAN EGE!"
"Udud, bye"
💫💫💫
.
.
.TBC
💫Write :
Wednesday, 28-11-2018💫Upload :
Friday, 07-12-2018Re-upload :
Saturday, 26-06-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK WITH YOU - ON GOING
Teen FictionAku mengenalnya karena sebuah kesalahpahaman yang membuat kami berada di suatu hubungan. Kesan awal yang sangat dingin namun setelah mengenal nya lebih lama, itu membuatku berhenti di dia.