Tak pantas bahagia?

6 4 1
                                    

"Sri....kamu liat itu anak kamu, aku malu menganggap dia anak, kelakuannya seperti wanita tak punya harga diri. Pergi ke klub malam, pulang tengah malam, kalau sampai dia kenapa kenapa gimana? Kalau dia hamil di luar nikah bagaimana? Bisa mempermalukan keluarga! Itu didikanmu selama ini ha! Dasar bit*h.
Kelakuanmu dimasa lalu turun kepada anakmu!" Ucap papa Saafia pada mama.
"Hei! Laki laki tak tahu diri, kau pikir kau ini siapa? Kau bukan seorang suami lagi, kau bahkan tak seperti seorang ayah, bukannya kau yang selama ini pergi ke diskotik bersama wanita wanita yang tak tahu diri itu. Bukannya kau sendiri yang mengajari anakmu untuk berbuat sepertimu! Asal kau tahu saja, aku sudah lelah dengan semua penderitaan ini!" Balas mama dengan nada amarah yang sama besarnya dengan papa.
"Hiks..hiks...hiks.. hentikan!" Ucap Safiaa pada mantan suami istri itu, "tiada sesiapapun yang mengajari aku ke klub malam, aku belajar sendiri, karena kalian...,Kenapa? Kenapa harus aku? Kenapa aku menjadi korban keegoisan kalian berdua!"

Papa kembali mengucapkan kata kata kasar dan kembali tersulut emosi, " kau lihat anakmu ha!" Plak, mama di tampar oleh papa hingga menangis menahan perih,"kau tidak bisa mendidik anak? Sehingga anakmu begitu!."
Safiaa menjerit,"Diammm!"
Plak, sebuah tamparan berhasil melesat di pipinya memberikan bekas kemerahan. Bukan tamparan itu yang sakit, namun hatinya yang terasa sakit, sakit sekali. Melihat ibunya ditampar oleh sang ayah.
"Kau memang putriku, putri yang aku sayangi, tapi bahkan kelakuanmu tak pantas menjadi putri dari keluarga Atmowijoyo. Kau hanya mempermalukan keluarga ku.

Masih terngiang jelas di benak Safiaa, kejadian 1 tahun lalu itu. Pertengkaran kedua orangtuanya.
Rasanya sedih sekali melihat keluarga yang tak harmonis. Frustasi dengan semua memori masa lalu yang suram membuat Safiaa memilih menjadi anak yang memiliki pergaulan yang kurang pantas. Lahir di keluarga Atmowijoyo memang sulit, keluarga itu adalah keluarga terhormat dan terpandang karena perusahaan  perdagangannya hingga ke beberapa  negara Maju. Keluarga yang memiliki harta yang berlimpah ruah namun sangat jarang memiliki kebahagiaan didalamnya. Atmowijoyo adalah nama sang kakek buyut Safiaa yang sudah lama meninggal dunia, namun nama keluarga itu masih dipakai hingga ke Safiaa. Keluarga besar Atmowijoyo tak pernah ada yang akur, kalaupun ada itu sangat jarang. Sepupu sepupu Safiaa contohnya, mereka ada yang memilih tinggal di Paris, London dan Amerika.
Bahkan ada yang memiliki helikopter pribadi, dan ada juga yang pulang pergi ke luar negeri hanya untuk shopping saja.

Hari ini pernikahan kathrin dan Rama dikediaman keluarga besar Atmowijoyo. Kathrin adalah sepupu Safiaa. Hari ini hari yang penuh kepura-puraan, semua berpura pura harmonis dihadapan tamu. Padahal tiada keharmonisan dikeluarga itu. Karena malas dengan keramaian Safiaa memandangi pemandangan di pulau bidadari ini dari atas balkon villa. Rebecca, John, Alex dan Monica menghampiri Safiaa mengubah ketenangan dan udara dingin mendadak berubah menjadi sedikit gerah.
"Hai," sapa keempat sepupu itu.
"Hai," balas Safiaa malas.
"Ngapain disini? Padahal kan acara di bawah," tanya Alex, diantara keempat orang ini, hanya Alex yang sederhana dan ramah.
"Lagi malas aja Lex dibawah."
"Btw, look jam gue dong sepupu sepupuku, bagus gak? if this is good, I want to buy one more! Ini dari Amerika lho aku beli." Monica menanyakan soal jam yang baru ia beli.
"Bagus sih! Cuma agak berlebihan dikit jamnya, warnanya agak mencolok, pilih yg soft aja maunya warnanya," sambung Rebecca.
John melihat kearah jam tangannya,"udah jam 12 siang, aku mau ketemuan sama pacar aku dulu, nnti aku kenalin deh, oh ya Lex, mobil Ferrari yang kemarin udah di bawa kesini kan? Aku mau jemput pacar aku pake itu."
"Udah kok, semalam udah dicek juga bagus kok mesinnya," balas Alex.
Safiaa tak menghiraukan.
Saat ini hatinya sedang gundah, berharap agar ketiga manusia yang sangat sombong itu segera pergi.
Akhirnya yang diharapkan terjadi juga, ya, ketiga manusia kecuali Alex, Dia tak masalah Alex disini. Saafia menuju ke bawah kolong tempat tidur, ia menyeret tas hitam yang berukuran sedang, lalu membukanya perlahan.
"Apa itu wiski?" tanya Alex yang melihat botol botol itu dikeluarkan dari dalam tas.
" ya."
"Saat seperti ini? Apakah cocok meminum wiski?"
Saafia tidak menjawab pertanyaan Alex dan malah balik bertanya " di rumah sebesar ini ada es batu kan? Ga mungkin dirumah ini ga ada."
"Kayaknya ada, buat apa?," tanya Alex penasaran, saat ini Alex takut sepupunya itu bakal mabuk apalagi di Villa itu sedang ada acara besar.
"Ada es batu gak?" tanya Saafia yang membuyarkan lamunan Alex.
"Untuk apa?"
Huft...saafia menghela nafas panjang, "kalau gue minum wiski pake es batu dan ruangan ini kan ber-ace jadi efek sampingnya gak terlalu berpengaruh," jelas Saafia panjang lebar.
"Oh," balas Alex lalu bergegas mencari es batu dari lantai bawah.
Kebetulan saat itu di acara banyak es batu yang belum dimasukkan ke dalam minuman hidangan untuk para tamu, Alex mengambilnya dan membawanya keatas.
"Nih," Alex menyerahkan gelas yang berisi es batu. Saafia menuangkan wiskinya kedalam gelas, lalu meminumnya, entah sudah berapa gelas yang sudah ia teguk .
"Alex, Lo itu adalah sepupu gue, elo yang paling ba...ik, hihihi," Safia tertawa, lalu mengelus lembut pipi Alex. Alex segera mendudukkan Saafia di tempat tidur, ia tahu jika ada orang lain yang masuk dan melihat keadaan Saafia, itu tidak akan baik.
Maka ia menutup pintu dan menguncinya.
Saafia terus mengoceh panjang lebar, sesekali bersendawa dan tertawa.
"Lex," safia menatap Alex sendu, "Gue gatau Lex, kenapa orang tua gue gak pernah akur, Lo tau gak lex? Kenapa? Kenapa ya Lex?"
Alex menggeleng.
"Oh," Saafia juga menggelengkan kepalanya mengikuti Alex, "gue tau, mereka pasti....Hoamm " ucap Saafia lalu menguap, "merek..a pas..ti..,apayah? Gue lupa lex," Saafia berdiri dan jalan menuju balkon, Alex khawatir dan segera mengikuti Saafia.
"GUA BENCI SAMA KEDUA ORANG BODOH ITU LEX, HAHAHA," Saafia meninggikan suaranya,"MEREKA GAK SAYANG SAMA GUE...MENDINGAN GUE MATI!"
"Saafia, mereka sayang sama kamu, cuma mereka memang nggak ada kecocokan lagi jadi mereka suka berantem," ucap Alex seraya menepuk pelan pundak sepupunya itu.
Saafia menepis tangan Alex secara spontan," AH, KAMU BOHONG!" saafia kembali masuk ke kamar dan duduk di meja rias," mereka ituh.., sini sini biar aku kasih tau, mereka Itu yah, EGOIS, JAHAT!  Dan sampai kapan..pu..n.. Me..re..ka.. Gak.a..kan..ber..u..bah."
Alex menatap Saafia iba, dia merasakan kesedihan sepupunya itu. Bagaimanapun, sekuat apapun Saafia menyimpan sakit hatinya, ia tetaplah manusia biasa yang bisa lengah dan ada saatnya dia mencurahkan semua gejolak hatinya.
"Saf," Alex mengelus rambut Saafia, "Saf, percayalah suatu saat Allah pasti memberikan kebahagiaan yang sangat sangat istimewa setelah semua penderitaan ini."
"HA! SIAPA? TUHAN MAKSUD KAMU? TUHAN ITU GAK PERNAH ADIL. DIA SELALU BIKIN HIDUP AKU MENDERITA! KAMU PIKIR DIA ADA? MANA? MANA? DIA GAK PERNAH ADA. GUE RASA ELO BAKALAN NYESEL PERCAYA SAMA DIA! GUE..," Saafia menunjuk dirinya,"SAMPAI KAPANPUN GAK AKAN MAU PERCAYA SAMA DIA!"
Alex tak mampu berkata apa apa, saat ini Saafia hanya berkata sesuai dengan nalurinya saja. Alex yakin Saafia akan balik seperti dulu.
"GU..E..MAU....MM..A..T..I..AJ..AAA, GUE MAU MAT..I,"ucap Saafia lalu hilang kesadaran dan terjerembab di lantai, Untungnya tidak ada luka yang ia dapatkan, Alex mengangkat Saafia ke tempat tidur lalu keluar dan mengunci Pintu kamar dari luar, sebelum itu, tidak lupa ia mengunci pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon, dan hati Alex sudah lega.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

On The Way HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang