part 1

107 11 2
                                    

Author (pov)

Rindu
Membuat yang pergi ingin kembali
Membuat yang pulang ingin lebih lama
Namun kepergian tak pernah membuat kembali selain hanya ilusi kenangan yang menjanji

Lili (pov)

Pagi ini, sebelumnya cuaca membaur dengan semesta. Matahari bertahta dengan sempurna, dedaunan menguning layu. Tumbuh tunas baru, bersama merdunya kicauan burung siang menjelang senja. Awalnya tak ada yang aneh, hanya ada secangkir kopi yang mulai mendingin di atas meja dengan tv yang menyala bersama angin yang membuat daun berguguran. Sunyi, hanya ada suara dari tv yang terdengar. Jelas memang, aku tau jika tak akan ada terjadi apa apa hari ini. Hingga akhirnya

"Rindu ga mau Ma!" mengambil kunci mobil yang terletak di atas meja kecil di dekat tv
"Mau sampai kapan kamu bergelut dengan ilusimu!"
"brakk" pintu itu tertutup, menghalau burung yang sedang bertengger ria di atas pohon itu. Mobil itu mulai pergi bersama dengan amarah yang masih menyatu. Sore itu, tak lagi indah setelah kepulangan nya dari sekolah.

Ya, anggap saja dia wanita yang pembangkang. Aku tau, kalian pasti akan berfikir begitu. Sudah lah, aku saja mungkin tak akan mau jika di jodohkan pada usiaku yang masih 17 tahun dan dengan orang yang bahkan aku tak kenal. Ditambah lagi, sekolah saja belum tamat. Mungkin itu yang ia rasakan saat itu, masa muda nya masih jauh.

Tin... Tin....
"Buruan dong mas, lama banget sih. Udah lampu ijo tu" gerah Rindu pada seorang pengemudi vespa itu
"Sabaran atu neng, lagi PMS ya? " guraunya melayani
"motor butut masih di pakai" cletuk Rindu saat itu
Ia langsung melajukan mobilnya membawa segala bengal yang mulai membuih dalam kepalanya. Hingga akhirnya ia berhenti, di sebuah rerumpun ilalang menjulang hijau dengan bunga putih di pucuknya. Matahari mulai tenggelam, bersama kapal nelayan yang mulai menjauh menambak sedikit ikan dengan resiko kematian kalau tidak biasa. Ah anggap saja aku tau betul tentang perikanan.
Rindu ghishayli, ia remaja SMA semester akhir, yang dalam beberapa bulan lagi bakal sibuk sama masa depan yang bagi dia, cuman cita cita yang sampe sekarang aja dia masih belum tau. Belum lama ini, ia hampir saja masuk rumah sakit jiwa karna perilakunya. Ah sudah lah, nanti saja ku ceritakan.
Sore itu ia mengutuk semesta, wanita seperti Rindu mengutuk semesta? Mau setomboy apapun dia, dia tetap wanita. Tak akan ada yang berubah.
Aku duduk di samping Rindu kala itu. Menikmati senja, ntah kapan aku akan bertahan lebih lama dengan vananya dunia ini. Lampu lampu kota mulai menerang dengan langit yang semakin menggelap.
"AAAA!!! " jerit Rindu sambil merebahkan tubuhnya
Kalau aku jadi ilalang itu sudah pasrah sajalah. Aku tak akan membantah lagi.
Lagi lagi memorinya kembali melaju mundur, memutar setiap angan yang membuatnya merasa kembali. Benar benar kembali kepada tragedi 3 tahun yang lalu
"kamu tau Ri, kenapa namamu Rindu"
"kenapa?"
"kamu mampu membuat yang pergi ingin kembali, sejauh apapun itu"
"tapi...."
"dia menghancurkan segala yang baru!"
"Hmmm...."
"Tidak! Dia hanya ingin kau bernostalgia, menari bersamanya di alam pikiranmu, menaburkan sedikit bumbu hipnotis di dalamnya sekalipun itu hanya sekedar mengingat"
Wahhh sempurna sudah, hanya kenangan itu lah yang membuat wanita setegar Rindu dapat menangis hanya karna kenangan. Sungguh rindu tak memandang mangsanya, bahkan seorang yang bernama Rindu.

••••

"kita putus!!!" kedai kopi yang semula sepi hanya terdengar suara barista mengolah kopi buatannya dengan sedikit senda gurau pengunjung, tiba tiba terisi dengan hentakan tangan Rindu yang memukul meja hingga membuat semua pengunjung tertuju padanya tanpa terkecuali. Beberapa detik setelah melihat sekitar yang mulai nampak membicarakannya, hingga akhirnya ia memutuskan meninggalkan kafe itu
"Rin, tunggu" ia masih dengan jalan nya menjauh meninggalkan kafe
"Rindu!!" kini, langkah kaki nya terhenti.
Laki laki itu mengambil posisi di depan Rindu dengan wajahnya yang masih penuh tanda tanya
"kenapa kamu mutusin aku?"
"ga ada"
"aku butuh alasan kamu"
"sudahlah, apa semua penyebab itu butuh Alasan"
"temuin gue di taman" Rindu langsung mematikan telfon nya tanpa mendengar jawaban dari orang yang ia telfon
Rindu pergi meninggalkannya di depan taman dekat kafe itu. Ia hanya diam, ia rasa itu memang sudah kepusan Rindu. Ketika Rindu menjauh, ia mengacak rambutnya. Melempar kaleng minuman di depannya. Sungguh, Rindu sudah gila aku rasa.
"A' baksonya. Goceng aja" tawar seorang tukang bakso yang lewat setelahnya
"brisik!" sentak Ryan
"aduh, anak muda ada masalah selesain di jalan. Kayak ga ada tempat lain" tukang bakso itu langsung meninggalkan Ryan

•••••

Senja mulai tenggelam, magrib mulai datang. Adzan mulai berkumandang, namun Rindu masih melajukan mobilnya menuju puncak. Sesekali ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganya.

Tring.... Tring....
Suara ponsel itu berhasil membuat Rindu terganggu, dan ia melihat nama yang tertera di ponsel nya "Ryan"
Ia benar benar kesal. Ia tak mengangkatnya hanya membiarkannya suara ponsel itu terus menggangu nya beberapa kali. Hingga yang kesupuluh kalinya ia tak melihat nama yang tertera di ponsel itu dan segera mengangkatnya.
"brisik tau ga!"
"ini Firly, Rin" Firly dari seberang ponsel tertengak saat mendengar bentakan Rindu yang kesal.
Setelah sampai di puncak ia memberhentikan mobilnya di warung nasi uduk itu. Setelah tiba ia sudah melihat Firly yang mengangkat tangannya ke arah Rindu.
"kenapa lagi Rin?"
"pak, wedang jahe 1 ya"
"kenapa Fir?"
"lo kenapa Rin? Putus lagi?"
Rindu hanya mengangguk tanpa bicara sepatah katapun, sambil menyeruput wedang jahe itu.
"sama dia ini Rin" lanjut Firly sambil menunjukkan foto Ryan

"yap" jawab Rindu singkat"Rindu,  ini cowok ke 20 dalam bulan ini yang kamu putusin""aku ga bisa Fir""kenapa?  Angga?  Sadar Rin,  mau sampai kapan kamu terus berteman dengan ilusimu"Rindu langsung terhenyak mendengar perkataan Firly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"yap" jawab Rindu singkat
"Rindu, ini cowok ke 20 dalam bulan ini yang kamu putusin"
"aku ga bisa Fir"
"kenapa? Angga? Sadar Rin, mau sampai kapan kamu terus berteman dengan ilusimu"
Rindu langsung terhenyak mendengar perkataan Firly. Ia langsung meletakkan cangkir wedang yang ia pegang
"tau apa kamu tentang perasaan aku Fir"
Rindu langsung pergi meninggalkan warung itu tanpa ada sepatah katapun.

Setelah tiba di rumah. Ia melihat ayahnya yang sedang menunggunya,
"dari mana Ri?"
"ketemu Firly tadi yah"
"ya udah, kamu istirahat. Mama udah nyiapin makanan tu"
"iya yah"
Rindu pergi meninggalkan ayahnya menuju kamarnya. Saat membuka pintu, Rindu terhenti.
"jangan ikuti aku lagi"
Dappp, aku terdiam. Melihat sekeliling, tak ada orang. Apa dia bicara padaku?
"iya kau, makhluk yang mungkin tak akan terlihat oleh orang lain"
Apa! Tidak mungkin Rindu bisa melihatku. Mustahil!

Ini bukan cerita pertama aku, tapi ini pertama di wp yang ini. Baca ya, sampai seterusnya. Jangan bosan, kayak dia 😂. Becanda doang. Omong omong, bagi kalian yang baca atau ada request, apapun tentang kelanjutannya komen aja. Jangan malu malu, jangan pelit bintang juga ya. Ga bayar kok, gratis. Ga akan nyesel, kayak kamu suka sama dia. Soalnya aku ga suka php (alay 😑). Ga usah di bahas, jangan lupa share juga ya sama teman dia. Bantu ramein buat baca. Makasih banyak semua, kalau kalian banyak baca. Aku jadi semangat buat ngelanjutin 😊

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang