part 5

35 5 5
                                    

Author (pov)
Untuk kepergian Angga kala itu, mungkinkah seorang Rindu telah menemukan penggantinya? Apa mungkin Bintang? Siapa dia?

Ririn (pov)
Pagi ini, aku rasa semesta sedang membuatku bahagia. Bangun dari tidurku, lantas aku merasa pergi kesekolah yang paling utama

"Ma, Rin duluan ya. Nanti kesiangan lagi" pamitku pada Mama pagi itu

Aku melihat jam tanganku, pukul 6:30. Untunglah, masih ada bis terakhir yang bisa aku tumpangi. Aku memasang earphone ku, menyetel lagu favoritku. Sesekali aku bersenandung mengikuti iramanya dan tak lama bis datang.
Bali punya cara sendiri untuk membuatku lupa, bahwa aku. Punya banyak masalah yang tak kunjung terselesaikan. Keramahannya membuat aku ingin menetap lebih lama, sudah nyaman rasanya.
Beberapa menit kemudian, aku sudah tiba dipersimpangan sekolah. Mau tidak mau aku harus menyebrang, karna letak halte yang berada di sebrang sekolah

Brakkk!

Inginku hari ini sirna, hanya berbayang. Betapa langit begitu biru, semesta punya banyak cerita. Sampai aku lupa, bahwa ceritanya bukan hanya tentang bahagia. Aku tersenyum tipis, memejamkan mata. Samar samar, kudengar suara berisik di sekitarku. Dan seorang Bintang, aku harap saat bangun ku kelak, aku lupa bahwa aku pernah tersakiti oleh yang namanya laki laki.

Harapku kala itu, aku ingin terlelap dengan mimpi, yang tak harus ada realita yang menyakitkan. Harapku kala itu, aku ingin terlahir kembali, tapi tidak dari seorang ayah sepertinya dan harapku kala itu, aku tak ingin terlahir sebagai indigo. Yang tak harus jatuh cinta pada Angga yang jelas sudah tak ada.

"Rin..... Rindu!" suara itu, aku tau itu Bintang. Tapi kali ini, ini bukan lagi rumahku, apalagi ruang UKS, rumah sakit. Tapi kumohon, biarlah aku bermimpi lebih lama

Bintang (pov)

"Rin, bangun dong"
Kenapa aku secemas ini, kenapa aku sepeduli ini. Rasanya, baru kali ini aku merasa begitu takut kehilangan. Aku takut, aku takut kamu sama seperti aku yang dulu, Rin. Aku takut, kamu terlalu lama bermimpi dan saat kamu sadar. Kamu sudah terlanjur mengaggapnya nyata dan tak ingin terima, kalau itu semua hanyalah sekedar mimpi. Aku takut itu semua, Rin.

Aku melihat tubuhku yang kini lebih tepatnua seperti seorang pembunuh, seragam putihku kini telah berganti warna menjadi merah. Tanganku yang berdarah.
Aku menuju washtafel, membersihkan itu semua. Namun lagi lagi, bayang itu kembali.

"Aaaaa!!" aku mengacak rambutku

Tak lama setelahnya, wanita paruh baya datang menghampiriku di kamar rawat Rindu. Dengan kecemasan yang tertulis jelas di wajahnya bisa aku simpulkan bahwa dia ialah ibunya Rindu.

"kamu temenya Rindu ya?" tanya nya padaku

"iya tan, Bintang" jawabku sampil menyalimi tanganya

"makasih udah mau nolongin Rindu ya"

"iya tan"

Aku pernah gila karna masa lalu. Percaya atau tidak, melangkah tanpanya tak semudah merancang masa depan. Aku percaya, percaya bahwa masa lalu itu hanya sekedar cerita lama namun tetap tak ingin di dua. Kalau saja aku tak harus ada kala itu, mungkin tak akan begini. Namun, aku tak ingin menyesalinya. Karna, mengenal dirinya pernah menjadi hal yang paling aku bahagiakan.

Setelah nya, aku rasa kepulangan memang tempat paling nyaman untuk tidak kembali meratapi masa laluku. Namun lagi lagi, ego sungguh membuatku terpaku dengan inginnya. Saat ini, setelah berpamitan dengan ibunya Rindu. Aku tak sedang berada di rumah apalagi di sekolah, aku duduk di kursi penonton. Ya, lapangan balap yang membuatku hampir mati, karna kecelakaan 3 tahun yang lalu.

Kalian tau, ntah sejak kapan aku sudah tak menggeluti hobiku lagi. Aku rasa, karna trauma lebih ingin di utamakan untuk saat ini. Tiba tiba

Kringgg

Tak lama setelahnya

"woyy bro, gila. Udah lama ga ketemu gua, semenjak gua sama anak anak di skors" ucap Radit sambil menepuk bahuku

"Bi, lo kenapa njir. Baju lo penuh darah kyk gitu, lo jatuh lagi?" tanya zany padaku

"Aaaaaa!!! Kacau, aku ga tau harus kayak mana woy"

"apanya Bi?" tanya Arya

"eh, btw gua denger ada anak baru ya masuk ke sma kita. Cantik juga isunya gua denger" lanjut Radit sambil menunjukan foto anak baru itu, yang namanya Rindu

"gila, cantik parah. Lo yakin ga tertarik Bi?" ucap gaza

"astagfirullah, aku lupa kalau lo ga bakal peduli mau secantik apapun cewek di sekolah kita" lanjut Radit sambil menepuk jidatnya

"dia kecelakaan" lanjutku

"siapa? Ni cewek, kok lo tau Bi"

"tadi pagi" jawabku

Kala itu, sebab mereka masa lalu tak jadi menjerumusku lebih dalam dengan ketakutanku yang jika akan terjadi mungkin akan membuatku gila.

Rindu (pov)

Wahai raga yang pedih akan masa lalu, betapa rapuh jiwa ini jika terus terikat akan hal ini. Jika mati mampu membuat semua lebih tenang, aku harap lebih baik begitu. Namun nyatanya, tuhan masih ingin memberiku kejutan selanjutnya. Kamu tau, aku selalu menganggap hidup itu seperti lotre bergilir. Ada saat nya kamu dapat hadiah yang kau inginkan, atau mungkin tidak dapat sama sekali selain kekecewaan.
Dalam tidur panjang itu, aku bertemu sang tuan. Aku tertatih mengikuti jalan panjangnya, lantas aku terhenti. Dengan nafas terengah engah aku bertanya padanya

"tuan, masih jauh kah?"

"apanya?" jawab sang tuan

"tawa yang mereka sebut kebahagiaan itu"

"maka kamu salah mengikutiku, tunggulah dia yang lebih mengerti tentang bahagiamu"

Lantas, aku merasa hidup kembali. Semula tubuhku yang kaku, aku merasa kembali bernyawa. Aku menggerakan tanganku perlahan, lantas aku melihat seorang laki laki yang sedang merebahkan kepalanya di samping tempat tidurku, mungkin kah bintang. Aku menyentuh kepalanya, lantas ia terbangun.

"Ri, lo udh sadar?"

Aku hanya mengangguk pelan, semua alat yang melekat di tubuhku ini hampir membuatku tak dapat bergerak leluasa, bahkan untuk berkata saja aku tak sanggup.

"kamu udah hampir seminggu koma, Ri" ucap Bintang

Tak lama setelahnya, firly yang tidak mengetahui bahwa seminggu ini aku koma, langsung menge chat ku dan menanyakan perihal laki laki yang bernama Bintang, yg beberapa minggu lalu aku ceritakan padanya bahwasanya dia seperti rengkarnasi dari Angga. Namun, kala itu Bintang lebih berhak menjawabnya. Sebab tubuhku lebih kaku dari itu semua, dengan sigapnya Bintang langsung mengirim foto yang baru saja ia ambil dan mengirimnya ke Firly

Lalu ia membalas
"sudah cukup jangan tanya lagi, dia sedang denganku saat ini"

"akan ku minta klarifikasi dari mu setelah kamu membaik" ucap Bintang padaku

Sang tuan, kumohon bantu aku menjelaskan semua ini pada Bintang. Kumohon, sudahi lah kujutan tuhan untuk ku. Masih berapa banyak kejutan yang tak kunjung usai itu.

Oke guys, makasih buat yg udh mau baca sampe part 5 ini. O ya, author cmn mau bilang. Sebenernya author itu, bkn ga sempet up. Part nya udh siap, cmn masalahnya author nungguin target readers. Mangkanya jangan lupa share juga ke temen kalian buat baca, kalau mau cepet up 😅. Maaf ya, auto pemaksaan, o ya bintang nya juga jangan lupa. Gratis kok, dan follow juga akun nya biar buat author lebih semangat lagi buat ngelanjutin sampe ending. Sekian, salam dari author

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang