Prolog

42 5 1
                                    

"Ga, aku pamit," mata getar berkaca-kaca dari dua bola mata itu kini menatapku murung.

"Iya, kamu hati-hati ya, jangan lupa jaga kesehatan! Aku bakal selalu hubungi kamu," ucapku pelan menatapnya dalam, berusaha menguatkan perasaan dan keyakinan nya untuk pindah ke switzerland, dengan orang tua dan kakak nya. Karena mungkin itu yang terbaik untuknya.

"Dirga,"

"Ya?" balas dirga pelan.

"Tapi aku takut," gadis ini benar-benar sangat mudah cemas dan khawatir dalam berbagai macam keadaan. dirga tau alasannya. Tapi dirga yakin, dia bisa merelakan semuanya, dan mengikuti alur cerita yang telah dibuat oleh Sang Pencipta.

Dengan tatapan mendalam, dirga bertanya, "Takut apa?"

"Aku takut, suatu saat nanti kamu akan ninggalin aku," dirga pun tersenyum.

"Kita jauh, Ga. Sesuatu buruk bisa aja terjadi diantara hubungan ini" ucap gadis itu dengan raut ketakutan.

"Hei, aku ada disini," meletakkan tangan gadis tersebut di

"apa jaminannya, kalo kamu akan tetap bersama aku?" tanya gadis dihadapannya.

"nggak perlu jaminan apapun sha, hati aku udah terukir nama kamu. jadi nggak mungkin ada yang mampu menghilangkan ukiran tersebut dihati aku" ucap ku menenangkan

gadis dihadapannya yang semula takut sekarang mulai bisa bernafas lega. ini adalah hari terakhir mereka. esok adalah hari2 penuh rindu yang harus mereka lewati.

Sangat amat berat memang untuk menerima kenyataan bahwa Marsha benar-benar harus meninggalkan nya. Untuk waktu yang sangat lama. Bahkan, hanya 5% kemungkinan Marsha bisa kembali untuk bersamanya lagi. Papa Marsha harus pindah ke Switzerland karena ada urusan bisnis. Dan mereka harus ikut pindah serta menetap disana untuk waktu yang sangat lama.
-
"Marsha! Sudah waktunya kita berangkat," seru Papa Andreas.

"Iya, Pah!" saut Marsha, kini mereka benar-benar harus berpisah. Tak ada satu kata pun keluar dari mulut mereka masing-masing. Hanya tatapan mendalam mereka yang sudah mewakili semua nya.

"Aku, cinta kamu."

"Aku, juga." balas Dirga, yang melambaikan tangannya pada Marsha saat ia sudah masuk ke mobil.

Papa marsha mengklakson mobilnya, pertanda selamat tinggal pada Dirga, dan Dirga hanya membalas dengan senyuman yang menyimpan kesedihan.

~

hai semua semoga kalian suka ya :)

AUDIERGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang