"Bisa ga sih lo ngalah dikit sama cewe? lo gatau mana yang urgent mana yang enggak!""INI URGENT BUAT GUE! Lo mau tanggung jawab kalo perut gua abis di gerumut cacing?!"
---
Begitu sinting nya cowok yang sedang berseteru dengannya kali ini, didepan tukang martabak yang sedari tadi melongo lihat tingkah mereka berdua. Harus di apakan? Martabak rasa green tea ini sisa satu, mau ga mau harus ada yang ngalah.
"Salah sendiri dateng nya kemalem--"
"DIEM!" bahkan ucapan dari penjual nya pun di potong oleh mereka berdua. Berniat untuk melerai, malah di semprot abis-abisan. Untung masih bisa sabar.
"Sekarang gue minta baik-baik. Tolong, stranger aneh yang gatau asalnya dari mana, ngalah ya, besok-besok dateng lagi kesini. Lebih sorean kalo bisa," dengan pelan dan penuh penekanan gadis itu memohon. Tapi sepertinya, itu tak mempan untuk cowok keras kepala yang sedang mengerutkan bibir nya dari tadi.
"Kalo gue maunya sekarang gimana?"
"Ih! lo cari aja tukang martabak lain yang masi buka!"
"Lo aja! kenapa harus gue? kalo gue mau nya disini mau apa?!" dengan tangan melipat di depan dada nya, pria ini seolah menantang.
"Ini penting banget! Tante gue di rumah lagi ngidam martabak green tea buatan dia!" gadis itu menunjuk keras penjual tersebut dengan telunjuknya.
"Terus apa peduli gue?"
"Nyebelin banget sih! Bisa ga sih lo pergi dari sini!"
"Lo aja yang pergi,"
"STOOP! HEY!" penjual martabak itu sudah tak bisa menahan emosi nya lagi karena melihat kerusuhan mereka di tempat nya.
Ini sudah pukul 22:40, seharusnya ia sudah menutup gerobak nya dan pulang. Tapi mereka justru mengacaukan itu semua, dan akhirnya ia angkat bicara, "Kalo mau berantem jangan disini! Ini udah malam! Harusnya saya udah pulang! Kalian malah ribut aja,"
"Pak, bapak ko mar--"
"Iyalah! Gimana ga marah? Kalian ribut malem-malem gini! Kalo ga disini gapapa deh! Udah biar adil, kalian pulang aja! Biar martabak ini saya bawa pulang buat anak istri saya,"
"EH EH!" cegah mereka berdua, seolah tak ada yang rela pulang begitu saja dengan tangan kosong.
"Gabisa gitu dong pak, saya duluan kesini, say--"
"Saya yang duluan! Pak, saya mohon dong hati nurani bapak, coba bayangin istri bapak lagi ngidam terus bapak rela gitu pulang aja ga wujudin keinginannya?"
"Ya, iya juga sih--"
"Eh ya enggak! Bapak juga harus bayangin, kalo anak bapak kelaperan ga makan apa-apa, malem-malem gini, bapak tega cuma liatin mereka tanpa kasih apa yang mereka mau?"
"Yeeuu! Itu beda! Lo bisa cari makanan lain, bego!"
"Lah ga usah ngegas dong, kok lo--"
"HEH SSSTT UDAH! BERHENTI UDAH!" kini bapak penjual martabak itu mengambil keputusa, "Kalo masih ada sisa green tea dan adonan nya juga saya bikinin dari tadi, cuma kan ini udah abis! Liat, kosong semuanya," ia tunjukkan semua baskom tempat adonan tersebut yang sudah kosong.
"Yaahh pak, terus gimana," gadis itu pasang muka memelas agar bapak tersebut tak tega dengannya, lalu memberikan martabak itu padanya.
"Yaudah, karena saya ga tega sama tante kamu, saya kasih ini ke kamu aja ya,"
"YASSS!" secara spontan gadis ini mengepal kedua tangannya penuh semangat.
"Dan kamu, gini ya, kamu kan cowok, masa kamu ga mau ngalah sama dia? Kamu bisa cari makanan lain ya, dia lebih penting karena tante nya lagi ngidam, ngerti?"
"Gak! Palingan itu alesan dia doang!"
"Eh! Jangan kurang ajar lo ya! Kalo gue ga bohong mau apa lo?"
"Sttt! Eh udah! Udah malem, pulang sana," ucap bapak tersebut.
"Nih, pak," gadis itu memberi uang nya pada bapak itu, "Makasih ya pak!" dan pergi.
"Ah! dasar cewek menyebalkan. semoga gue gk bakal ketemu dia lagi. ih amit amit ya allah" dan cowok itu pun naik keatas motornya. Lalu pergi dengan penuh kekesalan.
--
hai guys
ini adalah karya pertama kita
mohon maaf jika ada kesalahan kata dan sebagainya
semoga kalian suka yaaaa
author sayang kalian😘u_phoria2
KAMU SEDANG MEMBACA
AUDIERGA
Teen FictionDisinilah adanya suatu pembuktian bahwa orang ketiga tidak selalu jahat.