Menerka hati part 3

9 1 0
                                    


yah, setelah sekian lama akhirnya bisa juga update. semoga seneng dengan ceritanya

selamat membaca.

***

Lima tahun lalu,

"Icha, kamu pulang sendiri hari ini, Yudha gak pulang bareng kamu, " tanya Vanya ke Carren, saat SMA dulu di sekolah dia dipanggil Icha. Singkatan dari nama tengahnya Lisyya.

"Oh, Yudha katanya ada janji mau ke toko buku sama Dandi, jadi aku pulang sendiri hari ini," jawabku datar pada Vanya.Yudha sendiri adalah sahabatku dari kecil dan juga kami bertetangga. Aku dan Yudha mulai masuk sekolah bersama-sama mulai dari TK,SD,SMP hingga SMA kami masuk di sekolah yang sama dan kerennya lagi bisa di satu kelas yang sama pula.Orang tua Yudha juga sangat baik kepadaku dan keluargaku, saat kedua orang tuaku pergi keluar kota untuk dinas ,aku akan tinggal dan menginap di rumah Yudha, dan kami sudah lengket seperti dua saudara. Hanya saja belakangan ini , Yudha sepertinya menyembunyikan sesuatu dariku.

"Mmm, ya udah kalau gitu hati-hati ya,Cha. " pesan Vanya, lalu kami pun berpisah tepat di pertigaan jalan, karena jalan ke rumahku dan Vanya berbeda arah.

Pada saat sudah tinggal 1 blok lagi menuju rumah , terdengar keributan di gang kecil di ujung jalan, dengan takut-takut aku mendekati tempat itu dengan perlahan dan mengintip apa yang sedang terjadi di sana. Aku melihat segerombolan orang sedang mengeroyok seseorang hingga babak belur di sana.

"Heh, kali ini elo gak akan bisa sombong lagi ,Bhi, ini pembalasan gue, kalau lo berani masih deketin Yona, habis lu gue hajar, " ancam salah satu pemuda tersebut yang aku rasa sebagai kepala gengnya itu. Sementara pemudah yang mereka pukuli tadi terbaring lemah hampir tidak sadarkan diri.

"Yo teman-teman,kita cabut dari sini , udah puas gue ngehajar kunyuk satu ini," kata pemuda itu lagi dan memerintahkan anak buahnya untuk meninggalkan tempat itu semua.

Pemuda yang dihajar tadi hanya bisa meringis menahan sakit di sekujur tubuhnya, dan dia masih mencoba untuk bangun dan duduk, setelah bersusah payah akhirnya dia bisa juga duduk. Setelah itu dia mencoba menarik nafas dalam-dalam.

" Kamu gak perlu sembunyi lagi, " katanya tiba-tiba mengejutkanku yang sedari tadi diam bersembunyi karena takut ketahuan. Dengan takut-takut aku beranjak perlahan mendekati pemuda tadi.

"Kamu gak apa-apa kan?" tanyaku padanya.

"Heh, gak apa-apa bagaimana, kamu gak lihat ya aku bonyok kayak gini," jawabnya ketus. Ihh, ini abang galak banget, pikirku, pantes aja kalau dikeroyok, nih anak emang mau nambah dibonyokin nih ,pikirku dengan kesal.Akan tetapi melihat kondisinya babak belur begitu ,aku menjadi sedikit iba padanya.Perlahan aku duduk disampingnya.

"Kamu bisa jalan, aku bantu antar kamu pulang ke rumah kamu," kataku menawarkan bantuan walaupun dengan sedikit ragu dan takut.

"Biarkan aku istirahat dulu sebentar,"pinta pemuda itu. Wajahnya memar dan bengkak, darah mengalir dari pelipis matanya karena dipukuli tadi, bajunya kotor karena terkena injakan dan tendangan, dan aku merasa melihat pemuda itu sangat menyedihkan dan berpikir mengapa dia bisa sampai dipukuli seperti itu.

"Jangan pernah memikirkannya, karena walaupun kamu memikirkannya, kamu toh juga tidak akan mengerti," kata pemuda itu lagi membuatku terperanjat, bagaimana dia bisa membaca apa yang ada di dalam pikiranku, aneh, pikirku.

"Memangnya aku mikirin apa, jangan sok tau gitu deh ,yang pasti aku gak akan tanya mengapa kamu bisa sampai babak belur seperti ini, " kataku seraya mengambil saputangan dari dalam tasku dan membersihkan luka pemuda itu, sementara dia pun diam saja seakan tidak lagi merasakan rasa sakit akibat dihajar sekelompok orang tadi.Dia hanya termenung sambil tangannya memegang dadanya yang mungkin terasa sakit.

Matanya melirik ke arahku," Kamu bisa mengantar aku pulang?" tanya pemuda itu kemudian.

" Iya, bisa. Memangnya di sini ada orang lain lagi yang bisa kamu minta tolong buat ngantarin kamu pulang," jawabku sedikit galak padanya.

Aku mengantar pemuda itu ke rumahnya sesampainya di rumahnya aku langsung pamit dan pergi.

"Makasih ya, udah ngantarin aku pulang ke rumah,"

" Iya,sama-sama. Tapi kamu kok bisa di hajar sampe babak belur gini, memangnya kamu ada maslah apa sama mereka ?"

"Gak ada kok,"

"Gak ada gimana, hmm, ya udah kalau kamu gak mau cerita, gak apa-apa, saya juga maklum, lagian kita juga baru ketemu ,"

"Kamu sendiri, apa gak takut sama aku setelah kamu lihat hal tadi,"

"Sebenarnya aku juga gak tau kenapa aku mau nolongin kamu , padahal aku sendiri penakut, tapi aku sendiri ga tau kenapa hatiku berkata bahwa kamu sebenarnya orang baik, dan perlu pertolongan,dan aku juga di ajarkan bahwa menolong itu seharusnya tidak melihat siapa , apa dan bagaimana orang yang kita tolong,"

"Mmm, sekali lagi makasih,"

Beberapa hari kemudian , di sekolahku muncul anak baru pindahan dari Jakarta . Cowok tinggi, berambut cepak, berwajah ganteng, dan juga kata mereka dia termasuk anak yang berotak encer, menurut teman-temanku sih. Aku sih gak terlalu perduli dengan hal itu.

Tidak lama kemudian, bel sekolah berbunyi tanda pelajaran akan segera di mulai. Kemudian Pak Jun, guru matematika, masuk ke kelas bersama dengan seorang murid laki-laki.

"Selamat pagi , Pak , " kami serempak memberi salam begitu Pak Jun masuk kelas.

"Selamat pagi anak-anak , hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Jakarta, "

"Ayo Dira ,silahkan perkenalkan diri kepada teman-teman di sini , " kata Pak Jun mempersilahkan pemuda itu untuk memperkenalkan drinya .

" Nama saya Wandira Rizqi Abimanyu , biasa di panggil Dira" kata pemuda bernama Dira itu memperkenalkan dirinya.

" Nah, Dira . Kamu bisa duduk di bangku kosong di sebelah sana ya , " kata pak Jun memperslahkan Dira untuk ke tempat duduk di belakang yang kosong. Dan Dira pun bergegas pergi ke tempat yang di tuju . Semua mata-mata cantik memandangi nya dan berkata ,"Hallo,Ganteng , lihat sini dong, " wkwkwk. Akan tetapi si pemuda itu dengan tatapan lurus terus menuju ke tempat duduk itu tanpa menoleh sedikit pun, berlagak cool like freeze . Dan mata semua anak cowok memandangi dengan sedikit sinis dan penasaran . Ada apakah gerangan?

Akan tetapi sebelum sampa ke tempat duduk yang di tuju , Dira berhenti sejenak, dan kemudian kembali berjalan dan kemudian duduk di bangkunya .

"Nah, anak-anak kita akan lanjutkan pelajarannya , " sambung Pak Jun sambil membuka buku dan mulai menuliskan persamaan di papan tulis.

***

bersambung ...

Wisata CintaWhere stories live. Discover now