Setelah Jihoon dan Daniel pulang dari taman bermain, mereka semakin dekat. Bahkan mereka sudah berani untuk vidcall, padahal Jihoon dulu sangat tidak suka di telfon. Ya, ia sadar ia mulai menyukai Daniel, dan ia juga sadar Daniel masih menyimpan rasa kepada mantan kekasihnya. Cinta tidak bisa dipaksakan, batin Jihoon.
Dan beberapa hari kemarin Jihoon dengan segala keingin-taunya mencoba mencari identitas mantan kekasih Daniel.
Ong Seongwoo. Dia tampan, tinggi, rahangnya tegas dan pembawaannya yang selalu ceria dihadapan kamera membuat Jihoon bimbang, apa benar dia setega itu?
Dan pandangan Jihoon tersita ke sebuah percakapan di media sosialnya, yang berisi Seongwoo dan seorang wanita bernama Hojung. Jihoon mengangguk tanpa sadar dan berpikiran kalau Hojung ini adalah teman dari Seongwoo.
Tangannya kembali bergulir kebawah dan menampilkan percakapan yang membuatnya mengernyit. Ada Seongwoo, Hojung, Daniel dan satu lelaki lain yang ia tidak tau siapa. Yang membuat Jihoon bingung adalah, kenapa lelaki ini menyerang Daniel-nya seolah olah Daniel membuat dosa besar.
Jihoon mengeluskan kepalanya bingung. Matanya membaca kalimat yang dikirimkan di percakapan itu.
"Iya. Saya salah. Maaf saya dan perasaan saya selalu salah."
Dan ajaibnya mantan kekasihnya ini tidak menjawab di percakapan. Heol, batin Jihoon murka.
Atensinya berpindah kepada handphone nya yang bergetar menunjukkan nama Daniel layarnya. Dengan cepat Jihoon mengangkat panggilan dari Daniel dan kembali duduk dengan tegap.
"Hei, apa kabar?"
Jihoon merona, tangannya tergerak sendiri untuk meremas remas ujung bajunya gemas.
"A- aku... bersantai hyung. Kalau hyung, apa hyung sudah pulang kerja? Jangan lupa makan hyung trus mandi ya kalau ga nanti hyung bau."
Kekehan terdengar dari seberang sana, menandakan Daniel yang sedang menahan geli.
"Iya, ini sudah semua. Hei, sudah malam kenapa belum tidur?"
Jihoon mendongak melirik jam, sudah jam 10 malam.
"Err tidak bisa..."
"Why?"
"Takut..."
Kekehan kembali terdengar membuat Jihoon merengut. "Hyung aku tidak bercanda!"
"Hei, there's nothing to be afraid of. Sudah sekarang naik kasur lalu tidur, ok? Good night, cutie."
Panggilan sudah berakhir namun Jihoon masih enggan berubah tempat. Bahkan handphonenya masih tetap didepan telinga nya.
Tangannya perlahan ia julurkan ke dadanya, merasakan degupan yang makin menggila dan semakin gila disetiap detiknya.
"Hhhh apa yang harus kulakukan hyung, aaaaaakh."
.
Hari minggu yang sepi. Jihoon hanya berguling kekanan dan kekiri diatas tempat tidurnya.
Ia terduduk lalu termangu. Tiga hari lagi ia dan Woojin akan memasuki hubungan yang ke satu bulan. Ia menghela nafas, bahkan dari kemarin Woojin tidak bisa dihubungi.
Ia sadar Woojin tidak seberisik biasanya, balas pesan pun hanya seadanya. Dan ia memutuskan untuk menghubungi Woojin untuk mengajaknya berbicara.
Selesai, batin Jihoon.
Ia mengguling gulingkan badannya kembali kekanan kekiri, bosan. Jihoon mengambil handphone dan menghubungi Daniel, namun tidak diangkat. Ia melirik jam yang menunjukkan jam 7. Aneh, padahal biasanya jam 5 sudah bangun.