Memastikan kembali jika dia sedang tidak bermimpi, gadis itu mendekatkan posisi tidurnya. Dia mendekat perlahan pada pemuda yang tengah tertidur itu. Risa yang masih tidak percaya jika Theo bersikap baik padanya.
Risa menatapnya cukup lama menikmati pemandangan seindah itu. Apa yang Tuhan rencanakan untuk hidupnya, setelah sekian lama akhirnya dia bisa merasakan perhatian kecil dari suaminya yang terkesan dingin padanya selama ini.
Jari-jari mungil itu menyentuh pipi pemuda itu, ternyata benar dia sedang tidak bermimpi saat ini. Kenyataan jika Theo akhirnya menganggapnya ada.
"Eh," Kaget Risa saat tangannya tiba-tiba di tahan.
Sepasang matanya bertemu mata milik Theo yang perlahan terbuka dan menatapnya. Perasaan mulai tidak enak, ketika ketakutan itu muncul.
"A-aku hanya ingin memastikan aku tidak bermimpi. Maaf, aku sudah membangunkanmu," ucap Risa ketakutan ia menarik tangannya pelan untuk kembali ke posisinya.
"Kapan kamu bisa sadar jika kamu sedang tidak bermimpi?" tanya Theo menahan gadis itu.
"I-ini rasanya aneh dan aku masih belum percaya jika ini bukan mimpi," ucap Risa dengan tak menatap pemuda yang sedang menatapnya sedekat itu.
"Aku tidak akan mengganggumu kamu boleh tidur lagi-"
Ucapannya terhenti saat pemuda beranjak bangkit dan menindihnya. Jantungnya Risa langsung berdetak kencang dan takut pemuda itu mendengarnya. Ia mencoba mendorong tubuh uda itu di hadapannya, tapi Theo memegang kedua tangannya.
Risa terkejut ia hanya bisa menatap pemuda itu di hadapannya, posisinya saat ini membuat dia tidak nyaman. Wajahnya dapat merasakan hembusan nafas pemuda itu dan Risa tak sanggup membalas tatapan Theo.
"Ternyata kamu..."
Theo tidak melanjutkan ucapannya membuat gadis itu kebingungan dan penasaran dengan apa yang akan di katakan suaminya.
"A-apa?" tanya Risa gugup karena mereka sedekat itu.
"Secantik itu," ucap Theo melanjutkan ucapannya.
"Hah?" Kaget Risa ketika mendengar apa yang di katakan Theo baru saja.
"Ternyata kamu secantik itu." Ulang Theo memperjelas ucapannya.
Wajah Risa langsung tersipu malu dan memanas apalagi ketika mendengar jelas apa yang di katakan Theo. Bisa-bisanya Theo memujinya di situasi tak nyaman seperti ini pikir Risa.
"Kamu pasti salah liat," ucap Risa yang tidak mau mengakui jika dia cantik.
"Tidak, kamu memang cantik." Kata Theo membuat gadis itu terkejut mendengarnya.
"K-"
Ingin membantah pujian tak benar dari suaminya, Risa hanya bisa terdiam ketika bibirnya di sentuh oleh bibir milik Theo. Jantungnya seakan-akan memberontak untuk keluar dari tubuhnya, begitu cepat berdetak.
Mungkin, Theo dapat mendengar suara jantungnya, karena tidak ia bayangkan sebelumnya jika Theo akan menciumnya untuk pertama kalinya. Saat, Theo melepaskan ciumannya ia menatap Risa yang terkejut.
Risa dengan cepat menarik selimutnya dan berhasil membelakangi pemuda itu. Jantungnya sudah tak karuan dengan perlakuan Theo seperti itu.
Setelah, ini dia tidak akan tidur dengan nyenyak saat bayang-bayang wajah Theo terus ada di pikirannya.
.
.
.Tatapan pemuda itu yang mulai berubah dan Risa dapat merasakan kehangatan dari sikap Theo. Risa yang melamun dia berjalan keluar dari kamar setelah menyiapkan keperluan suaminya.
Theo menghentikan langkahnya membuat gadis itu tersentak kaget. Apalagi, saat pemuda itu masih menggunakan handuk di pinggangnya dan membiarkan ia melihat tubuh setengah telanjangnya itu.
Risa yang panik dia membelakangi pemuda itu yang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Dia yang ingin menghindari suaminya gagal total.
"Kenapa?" tanya Theo dengan berjalan melewati gadis itu mengambil kemejanya di atas kasur.
"T-tidak papa," ucap Risa kembali berjalan keluar kamarnya.
"Bisa kamu bantu aku." Kata Theo membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
"A-apa?" tanya Risa membuat Theo sedikit tersenyum menatap punggungnya.
"Tanganku keram. Bisakah kamu bantu pakai kan dasi di leherku." Pinta Theo sebenarnya dia berbohong.
Gadis itu menganggukkan kepalanya perlahan membalikkan tubuhnya dan Theo sudah memakai pakaian kantornya. Risa berjalan ke arahnya dan berdiri di hadapan pemuda itu.
"Susah, ya." Kata Theo yang lalu duduk di tepi tempat tidur.
Theo yang berpostur tubuh tinggi menyulitkan gadis itu untuk memakaikannya dasi. Gadis itu berdiri di hadapan Theo yang duduk agar mempermudahnya memakaikannya dasi.
Tangannya bergemetar karena di tatap seperti itu oleh Theo, apalagi kejadian semalam masih terbayang-bayang di benaknya. Risa merasa tidak nyaman, setiap pemuda itu menatapnya.
Saat, ia mencoba fokus tiba-tiba tangan Theo menarik pelan tubuhnya sampai sangat dekat dengannya.
"Apa-"
Ucapan gadis itu terhenti saat Theo mencium bibirnya untuk kedua kalinya, Risa sampai terkejut setengah mati. Ia melihat jelas wajah Theo bersentuhan dengan wajah mungilnya.
Theo mengusap kepalanya lalu beranjak berdiri dan mengambil beberapa berkas di meja kerjanya. Gadis itu ingin sekali pingsan saat ini juga. Kenapa bisa Theo dengan mudah menciumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In The Past
Teen FictionAku hanya punya cinta untuk mempertahankan rumah tangga kita. Mungkinkah, cinta yang ku miliki dapat mengubahmu untuk mencintaiku balik. ~Risa Adrianii