02:01 sorry

17 13 20
                                    

(lucas)

gue memang udah tahu pasti, kalau adik tiri gue itu seorang bajingan.



"mark, kok belakangan ini lo sama mina terus?"

"udahlah, cas. jangan kasi tau dia."

"tapi lo pacarnya rara, mark."

"ck. iya tau!"

"kalau dia tau gimana, mark?!"

"enggak. dia gak bakalan tau. dan gak boleh tau!"

telat, bro. she already knew.









gue gak bisa lihat cewek menangis. paling gak bisa.

dan kebetulan, ini yang ke-6 kalinya gue lihat rara nangis dan hati gue serasa retak lihat wajahnya yang sembab dan pipinya yang basah.

teganya si bajingan mark.

"kenapa lagi, ra?"

oiya, yang paling buat hati gue tersayat adalah ketika melihat senyum paksaan di wajahnya yang penuh air mata.

"gue gapapa, cas." balas rara. tentu saja, dengan senyuman terpaksanya.

"kenapa lo bisa ngomong kalo lo itu gapapa padahal dari tadi, mata lo terus ngeluarin air mata?"

gue mengeluarkan saputangan dari saku celana, dan menghapus air mata rara.

"ini... gue cuma..."

"cuma apa, ra? lo gausah sok tegar gitu. gue tau lo sakit. dan lo cuma buat diri lo makin sakit."

rara diam. dan kalau rara diam, gue makin gak bisa nahan kalau sebenarnya gue kecewa sama dia dan mark.

tapi kalau gue emosi sekarang, gue hanya akan menambah parah keadaan.

"maaf." lirih rara.

"maaf kenapa?"

"gue tau gue bodoh. tapi, cas. gue emang sayang berat sama mark. gue gak bisa lupain dia. gue udah coba, cas! tapi gagal..."

gue bisa lihat, sekarang rara malah tambah berantakan.

kalau boleh, gue cuma mau....

"iya ra, gue tau. maafin gue juga, udah buat lo selama ini merasa salah."

....peluk rara.

-----

"bro, tolong lo jemput rara, ya?"

gue mendecih, "lagi?"

"gue ada janji sama mina. mau temenin dia ke mall."

"kencan ya?" tanya gue sinis.

mark gak jawab pertanyaan gue, dia langsung melempar kunci motornya ke gue dan pergi begitu saja. cih, dasar.

mau gak mau, gue harus mau.

meski gue tau, seharusnya gue gak nurut sama si mark agar dia sendiri yang bertanggung jawab, tapi masalahnya gue juga gak bisa membiarkan rara sendirian nunggu kehadiran mark jemput dia.

setelah memakai helm, gue langsung ngebut menuju sekolah.

rara ikut eskul, jadi pulangnya sore. sedangkan gue sebenarnya sudah pulang dari tadi.

di gerbang gue bisa lihat sosok rara sedang menunggu. dan entah mengapa saat ini gue rasanya ingin sembunyi. kenapa? karena gue bisa lihat jelas, senyumnya mengembang.

gue tahu, dia lagi bahagia menunggu kehadiran mark. namun, apa yang akan terjadi kalau dia tahu kalau gue yang datang, dan bukan mark?

akankah senyumannya hilang?

gue benar-benar pengen sembunyi.

gue gak mau senyumannya rara hilang.

maaf, ra. lagi-lagi lo harus ketemu sama gue.


"rara!"

rara menoleh ke arah gue, wajahnya penuh dengan tanda tanya. wajar, dia pasti bingung kenapa gue yang muncul.

"lucas? mark mana?" tanya rara.

gue berhenti di tempat. gue mikir dulu, apakah gue harus jujur sama rara? tapi gue gak mau rara nangis lagi.

"mark lagi..."

"oh pasti lagi sama min—"

"mark lagi sakit!"

"sakit?"

oke. bagus, lucas. alasan yang gak berguna sama sekali.

"erm... iya! tadi dia sempat bilang kalau dia pusing. yaudah gue deh yang jemput lo pulang. hehe, sori ya?"

gue berharap rara enggak menangis lagi. karena sekarang gue bisa lihat jelas raut wajahnya berubah menjadi kecewa.

"oh gitu ya? yaudah deh."

shit! yang gini nih, kelemahan gue!
gue tahu rara hurt deep down, tapi dia coba baik-baik saja.





"rara, senyum dong. gue ajak lo main, mau?"

dan entah kenapa kalimat itu keluar tiba-tiba dari mulut gue.

----

what do you think about this story so far?
komen ya^^

no longger | mark lee ft. lucasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang