Hari yg suntuk ini dimulai dengan ospek di Universitas Merdeka. Matahari yg sungguh terik dan panas menghujam kami. Sungguh menyebalkan. Apalagi para senior dengan seenaknya menyuruh kami untuk membawa benda yang tak lazim. Seperti, karton tebal yg diikat dengan tali rafia dan dijadikan kalung, dua buah telur asin (entah untuk apa), dan bekal yg disebut 2S3T (Sayur, sambal; telur, tahu dan tempe). Dan parahnya lagi, kami hanya boleh memakai kemeja putih dan rok hitam (bagi yang laki-laki memakai celana). Kami tampak seperti pegawai negeri sipil yg berjajar di lapangan.
Selain baris-baris, kami juga disuruh memainkan games yg ditentukan oleh para kakak-kakak senior itu.
"Sekarang, waktunya bermain games ranting estafet. Jadi, kalian bernyanyi sambil mengoper ranting ini. Yang menerima ranting saat lagunya selesai dia akan kita beri hukuman. Setuju?" Ujar Kak Tri yg wajahnya menyebalkan itu.
"Setuju!!" Sahut para mahasiswa.
Kami semua menyanyikan lagu balonku sambil mengoper ranting. Dan yg menyebalkan, aku yg menerima ranting paling terakhir!
"Nah kamu yg cewek itu maju ke depan!"
Aku dengan rasa jengkel maju ke depan.
"Sekarang, kamu harus menyimpan nomor telepon saya.😉" ucap Kak Abdul.
Hei, hukuman macam apa itu?!
"Terus? Aku harus lakukan apa terhadap no.telp ini? Apa mau ku goreng saja?" Kataku ketus.
"Ah, enggak, dia cuma bercanda, jangan didengarkan." Sahut Kak Tri dengan nada takut.
"Kak, ini sudah waktunya istirahat." Sahut salah satu mahasiswa yg tampaknya ingin pergi dari sini.
"Ah, nnggg... okay... sekarang kalian boleh istirahat." Jawab Kak Abdul gagap.
Ah, akhirnya selesai! Aku segera pergi ke kantin untuk menyerbu makanan.
Ospek ini dilakukan selama 3 hari. Untungnya, di hari rabu ini adalah hari terakhir ospek.Selesai istirahat, aku bertemu Kak Tri dan Kak Abdul lagi di lapangan.
"Karena hari ini hari terakhir kalian ospek sama kita, kalian harus tulis kesan dan pesan. Kalau mau kasih hadiah juga boleh." Ucap Kak Abdul dengan wajah yg seperti meminta-minta.
Hmm, sepertinya aku tahu hadiah yg cocok, yaitu sebuah bom buku atau bangkai tikus yg ada di jalanan.
"Ih, Kak Tri itu ganteng banget deh, aku mau kasih dia coklat ah." Bisik cewek yg ada dibelakangku pada temannya.
"Silakan, kalau aku sih gak mau, soalnya tingkahnya menyebalkan. Apalagi Kak Abdul." Jawab temannya. Hei, dia benar sekali!😂
"Temani aku ke kantin dong! Sekalian ke toilet." Ucap cewek tadi
"Males amat."
"Oke deh kalau nggak mau."
"Hei kamu, boleh temani aku ke kantin? Mmm.. sebelumnya maaf kalau kamu gak kenal aku." Ucap cewek tadi menepuk bahuku.
Aku agak kaget.
"Ya."
Kami berdua ke kantin bersama dengan agak canggung.
"Buat apa sih, ke kantin? Kan ini bukan jam istirahat." Tanyaku dgn nada agak ketus.
"Aku mau beli cokelat untuk Kak Tri dan Kak Abdul." Jawabnya sambil tersenyum. Lesung pipinya terlihat.
"Buat apa kasih cokelat ke dua orang gila itu?"
"Yha nggak apa-apa sih, soalnya mereka sudah membantu kita dalam ospek. Ngomong-ngomong, kamu mau memberikan mereka apa?" Jawabnya dengan nada polos.
Aku hampir tertawa. Membantu katanya?
"Hmm, aku mau kasih mereka bangkai tikus. Atau kalau kamu punya pakaian dalam yg bau, aku bisa memberikannya pada mereka." Ujarku datar.
Tak kusangka, dia tertawa renyah. Lalu dia berkata,
"Kamu pintar ngelawak juga, ya. By the way nama kamu siapa sih?"
"Namaku Luna Aurelia Permata, dan aku tidak melawak." Jawabku.
"Owh, perkenalkan, namaku Rifanna Renata. Salam kenal, ya."
"Yo."
"Aku panggil kamu apa, nih?"
"Apa saja asalkan jangan susanto."
Cewek yg bernama Rifa itu tertawa lagi.
"Duh, kita keasyikan ngobrol, ya. Yuk, ke lapangan lagi!" Ajaknya.
"Iya." Jawabku.
🦄🦄🦄
Pukul lima. Saatnya pulang.
Puk! Tiba-tiba ada yg menepuk bahuku.
"Hei, pulang bareng yuk, Luna." Ucap orang itu. Ternyata itu Rifa.
"Boleh."
Akhirnya kami pulang bersama dengan jalan kaki. (Kos-an ku dekat dgn kampus)
"Kamu nge-kos dimana, sih?" Rifa mulai membuka pembicaraan.
"Di kos-an Mawar" jawabku sambil memasang earphone.
"Owh, kalau aku sih tinggal di rumah kakak. Dekat kos-an kamu sih."
"Oh."
"Kamu kalau jawab pertanyaan kenapa singkat, sih?" Tanya Rifa. Sepertinya dia agak jengkel.
"Memangnya pertanyaanmu itu soal essay? Terserah aku dong." Jawabku cuek.
"Iya deh."
..
"Itu rumahku. Aku duluan ya, Luna. Sampai ketemu besok." Kata Rifa, tersenyum padaku.
"Oke."
🦄🦄🦄
Jangan lupa kasih bintang untuk cerita ini😘 maaf ceritanya terlalu pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-Liku Hidup Luna
Teen FictionLuna adalah sesosok wanita yg sering mendapat sahabat palsu hingga merubah sifatnya yg tadinya pendiam menjadi galak dan cuek.