Ahh, akhirnya ospek selesai juga! Akhirnya juga aku bebas dari dua orang menyebalkan itu. Hari ini aku memakai baju pink dgn overall hitam. Rambutku hanya diurai. Sebenarnya bisa dibilang aku feminim, tapi banyak yg bilang aku tomboi. Ada juga yg bilang sok judes dan banyak gaya. Apanya coba?
Aku segera menuruni tangga untuk sarapan. Setelah sarapan, aku segera memesan taksi online. Sekdar info, orangtuaku super sibuk, mama adalah manajer di perusahaan tata boga dan papaku seorang direktur di sebuah perusahaan percetakan.
*whistle*
Handphoneku berbunyi. Rupanya ada pesan whatsapp dri seseorang.
'Hai, ini Rifa. Bagaimana kalau kita berangkat bareng?'
Oh ya, aku lupa, kemarin dia meminta no. Whatsappku saat pulang bareng.
'Hmm, aku sudah pesan taksi online.'
'Di cancel saja. Kirim alamat rumahmu ya! Aku bawa mobil pribadiku nih!'Menyebalkan. Pasti dia hanya mau pamer mobilnya.
'Oke. Cepat, ya. Nanti telat nih.'
Selang beberapa menit, Rifa sampai di rumahku dengan mobil merahnya.
"Lun, ayo naik!" Teriaknya.
"Iyaa, gak usah teriak-teriak juga kali."
Kami sampai pada tepat waktu. Kami melihat pembagian kelas di mading. Ya, walaupun satu jurusan tetap dibagi-bagi menjadi beberapa kelas. Satu kelas hanya 15 orang. Kebetulan, aku dan Rifa satu kelas, yaitu di ruangan 3. Kami segera masuk.
Aku lupa bilang pada kalian, aku kuliah di jurusan Bahasa Inggris. Bahasa Inggris memang pelajaran favoritku sejak kecil. Dan kebetulan, aku berhasil masuk ke jurusan ini.
Lumayan ngantuk juga saat kuliah. Apalagi suara dosen yg mengajar seperti bunyi nyamuk yg mengganggu.
"Hmm, kita akan lanjut ke vocabulary. Ahh, dokumennya ketinggalan di ruangan saya. Hey, kamu yg berbaju pink itu, bisa ambilkan saya dokumennya?" Ujar Pak Wildan, dosen kami. Sebenarnya kurang pantas dipanggil bapak, karena masih muda sih. Hehehe.
"Saya, pak?" Kataku, baru sadar.
"Ya iyalah, kamu pikir Anto yg saya panggil?"
Sontak semua tertawa.
"Gak lucu." Ucapku kesal.
"Apa kata kamu? Berani ya ngelawan saya?"
"Kalau iya memang kenapa!"
(hening)
Aku segera pergi dengan langkah kaki berat. Aku sangat mengantuk. Aku mengambil dokumen secara asal sehingga ada yg mau robek. Ah, biar saja.
Saat perjalanan kembali ke ruanganku, aku agak sempoyongan. Mungkin efek mengantuk. Hoaammm.....Bruk!
Aduh! Aku menabrak tiang listrik, eh seseorang maksudnya. Huh, dokumennya jadi berantakan tak karuan! Rupanya dia juga membantu memunguti. Saat berdiri, dia malah melongo melihatku. Apaan sih!
"Heh! Malah bengong aja! Lu kurang makan tah?!
"Eh, maaf. I..ini kertasnya." Ucapnya gelagapan. Dan aku baru sadar dia cowok.
"Sorry, td gw ngantuk." Kataku cuek.
"Enggak apa-apa, btw kamu jurusan apa? Di ruangan berapa?"
"Jurusan bahasa inggris ruangan tiga. Memang kenapa, sih?"
"Nggak apa-apa, kenalkan aku Andika Ahmad Prananta dari jurusan hukum."
Jiahh, dia malah memperkenalkan diri!
"Ohh."
"Nama kamu siapa?"
"Luna Aurelia Permata."
"Salam kenal, ya."
"Ya."
🦄🦄🦄
Saatnya istirahat.
"Lun, ke kantin yuk!" Ajak Rifa.
"Ayo."
Saat kami mau keluar, ternyata cowok yg ku tabrak tadi menunggu di ambang pintu. Aku kaget bukan main.
"Hai, kamu Luna kan?"
"Iya, mau apa kamu kesini?"
"Boleh minta no. Whatsappnya?"
"Nih 0899xxxxxx"
"Ok, makasih. Boleh ke kantin bareng gak?"
"Enggak." Jawabku polos.
"Mmm, ya udah deh. Sampai ketemu nanti." Ucapnya dengan wajah agak kecewa.
Aku dan Rifa segera memesan makanan di kantin dan memakannya di tempat nongkrong khusus kampus.
"Hey, siapa itu tadi?" Tanya Rifa.
"Tadi saat ngambil dokumennya Wildan eh Pak Wildan, aku tak sengaja menabraknya."
"Ohh. Kenapa kamu tolak ajakannya? Padahal ganteng juga dia. Putih, tinggi, cool gitu. Beruntung banget kamu ketemu yg begituan." Kata Rifa, mesem-mesem. Aku hampir tertawa melihatnya.
"Beruntung apanya? Dia aja nggak jelas gitu. Datang-datang minta no. Whatsapp. Terus sok akrab lagi, pakai nawarin ke kantin bareng."
"Yha, nggak semua orang bisa diajak begitu sama orang ganteng."
"Tapi dia nggak ganteng tuh."
"Kamu pernah pacaran gak sih?"
"Gak."
"Jangan-jangan kamu gak normal ya?"
"Hey, jangan sembarangan kalau ngomong! Aku juga punya bias."
"Hahaha, aku cuma bercanda Lun."
"Kau sendiri pernah pacaran?"
"Sekarang ini malahan udah punya pacar."
"Hadeuh,, terus ngapa lu terpesona sama si Andika itu?"
"Haha gak lah, kan dia milikmu.. btw namanya Andika ya?"
"Milikku apaan, baru aja kenal."
"Ah sudah yuk, masuk kelas, takut dosennya udh dateng."
"Ayo."
🦄🦄🦄
Pulang kuliah. [Pukul lima sore]
"Ahh, capek banget sih." Keluhku.
"Yha namanya juga menimba ilmu. Harus butuh pengorbanan." Sahut Rifa.
Tiba-tiba Andika datang kepada kami.
"Hai Luna."
"Iya."
"Pulang bareng, yuk."
"Terus Rifa bagaimana?"
"Kan aku bawa mobil sendiri, Lun. Sana."
"Hey!" Kataku sambil menyenggol sikunya.
"Bye Luna."
"KAMU GAK SETIA KAWAN YA!!" Teriakku sampai-sampai orang-orang nelihatku.
"Mau gak?" Tanya Andika. Menurutku itu menyebalkan sekali.
"Ya udah kalau maksa."
Sepanjang di mobil aku hanya mendengarkan lagu dari earphone sambil membuka insta.
"Oh ya, aku lupa tanya, kamu tinggal dimana?"
"Perumahan Permai."
"Ohh oke."
.....
"Yg ini kan, rumahmu?"
"Iya. Makasih."
Entah kenapa aku tersenyum. Padahal itu hal yg kubenci.
🦄🦄🦄
Jangan lupa di klik bintangnya😍.
Lain kali aku bakal berusaha agar ceritanya lebih panjang😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Lika-Liku Hidup Luna
Fiksi RemajaLuna adalah sesosok wanita yg sering mendapat sahabat palsu hingga merubah sifatnya yg tadinya pendiam menjadi galak dan cuek.