Obsesi

19.1K 328 41
                                    

Alex hampir gila karena terlalu menginginkan gadis itu didekatnya. Isabella Hamilton, sejak malam itu namanya selalu terngiang diotakku.  Berbagai rencana sudah ku siapkan untuk merebutnya dari musuh bubuyutanku, si bajingan tua itu. Bagaimanapun caranya, Bella harus ada didekapanku.

***

Bagai petir yang meyambar ditengah siang bolong, Bella sangat terkejut saat tiba-tiba Mr. Joe memecatnya tanpa alasan yang jelas, membuat Bella lemas dan menangis seketika.

"Kenapa, Mr. Joe? Tolong, maafkan apapun kesalahan yang tidak aku sadari." ujar gadis malang itu sambil terisak. Baginya, kantor ini, semua karyawan disini, Mr. Joe dan keluarganya sudah menjadi kehidupannya. Berat bagi Bella untuk melepasnya begitu saja.

Dengan berat hati Mr. Joe mengusap wajahnya yang terlihat frustasi.  "Bella, kau tidak pernah membuat kesalahan apapun, Nak." pria paruh baya itu bangkit dari duduknya dan bergerak hingga berhadapan dengan Bella dan mengusap rambutnya lembut, bagaimanapun juga Isabella sudah seperti anaknya sendiri.

Ini juga berat untuknya, tapi ia tidak punya pilihan lain. Seketika ingatannya kembali pada beberapa menit yang lalu saat anak muda sialan itu tiba-tiba datang menghampirinya.

Brakkk

Pintu terbuka dengan kencang hingga membuat Joe kaget dan mengalihkan tatapannya dari berkas yang sedang ia kerjakan.

'Ah, setan berwujud manusia ini lagi. ' batinnya dengan malas.

Dengan santai, Alex duduk dihadapan Joe tanpa permisi. Menatapnya lancang dan memulai pembicaraan tanpa basa-basi.

"Aku tidak mau membuang waktuku, aku ingin membuat penawaran." ujar Alex santai.

"Aku menginginkan sekertarismu, Isabella Hamilton." Joe yang awalnya tak acuh dan mengabaikan pria itu dengan membaca berkasnya kembali, kini langsung mengangkat tatapannya dan menatap Alex dengan tidak suka.

"Kau pikir kau siapa anak muda?" ujarnya tak kalah sinis.

Alex memajukan badannya sedikit lebih dekat dan menatap Joe dengan angkuh. "Charity, anakmu. Sudah menjadi rahasia umum kalau dia sangat mencintaiku. Kau tau itu kan, Joe?" Joe menatap Alex geram, rasanya ia ingin sekali menghajar anak muda itu saat kembali diingatkan alasan mengapa ia membenci Alex.

Ya, selain karna Alex adalah pesaing perusahaannya, pemuda ini juga yang membuat putrinya tergila-gila hingga putrinya berani melawan orangtuanya sendiri. Itu membuat Joe sangat membenci Alex, karena ia sudah merebut Charity darinya dan membuat Charity menjadi pembangkang.

"Kau pun tau, kalau aku tidak pernah mencintai anakmu yang manja itu. Kalau bukan karena bisnis, aku tidak akan mempertahankannya untuk berada didekatku, aku tau bahwa hanya Charity yang menjadi kelemahanmu." lanjut Alex

"Bajingan!" Joe bangun dari duduknya dan menggebrak meja, rasanya ia ingin membunuh pria ini sekarang juga.

Alex kembali menyandarkan diri dengan santai dan menatap Joe dengan senyum kecut menghiasi bibirnya.

"Tenang, Tuan Joe yang terhormat. Aku kesini untuk membuat penawaran bukan untuk berperang. Berikan Isabella padaku dan aku akan mengembalikan Charity padamu. Jika kau menyetujui, aku akan melepas Charity dengan cara yang lembut dan manis, akan ku jamin bahwa keluargamu akan kembali utuh dan bahagia. Tapi jika kau menolak tawaran ini, aku tidak akan segan-segan untuk membuat Charity patah hati hingga ia mungkin akan melukai dirinya sendiri, dan aku tidak akan bertanggung jawab atas itu. Kau sendiri yang akan menerima rasa bersalah atas kesedihan putrimu."

Joe menahan napas, pikirannya berkecamuk karena pilihan yang diberikan Alex. Ia benci mengakui bahwa perkataan Alex ada benarnya, putrinya itu sangat mencintai Alex hingga ia selalu menuruti apa kata Alex, ia tau bawah putrinya hanya akan pergi jika Alex yang menyuruhnya. Tapi dilain sisi, Bella—gadis malang yang sudah tidak punya siapa-siapa itu juga sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Bella yang selalu menghiburnya saat Charity selalu melawannya. Bella yang selalu membantunya mengembalikan keadaan perusahaan saat Charity yang menjadi alasan perusahaan ini diambang kehancuran. Dan sekarang ia harus melepas Bella? Entah kenapa, rasanya lebih berat ketimbang melepas Charity untuk pria bajingan ini. Bella terlalu baik dan lemah untuk berada dibawah kuasa Alex.

"Bagaimana, Pak Tua?" ujar Alex yang tak lagi punya rasa hormat pada Joe.

Joe nampak berpikir dalam diamnya, sungguh ia dilanda kebingungan yang sangat menyiksa.

"Ku beri kau waktu 1 jam dari sekarang, itu sudah lebih dari cukup untuk Bella berkemas. Jika aku tidak melihat Bella keluar dari kantor ini, maka kuanggap kau menolak penawaranku dan aku akan melancarkan aksi ku pada Charity. Kau hanya perlu bersiap untuk melihat hancurnya anakmu sendiri."

"Aku permisi." Tanpa basa-basi lagi Alex berdiri dan merapihkan jasnya. Lalu bangkit dan keluar ruangan itu.
Diluar, ia tidak melihat Bella lagi tapi ia tampak tersenyum senang.

"Aku hanya perlu menunggu satu jam, sayang. Dan kau akan menjadi milikku." batin Alex.

Joe kembali tersadar saat Bella yang masih menangis kini mengguncangkan tangannya. "Setidaknya jelaskan padaku apa alasan kau memecatku tiba-tiba,  Mr. Joe.  Aku mohon," dengan tangisan yang pecah Bella kembali memohon. Membuat Joe makin berat hati untuk melepas asistennya ini, tapi ini juga bukan keinginannya. Ia berada diposisi yang sangat sulit.

"Bella, kau gadis yang kuat." Joe memegang pundak gadis itu untuk memberi kekuatan. "Melepasmu adalah hal yang berat bagiku, tapi hanya ini jalan terbaik untuk kita semua saat ini. Kasih sayangku dan istriku tidak akan pernah berhenti walau kau jauh dari kami, kau tetap anak kami Bella. Kapanpun kau butuh, datanglah. Percayalah, ini juga hal yang sulit untukku, tapi aku tidak punya pilihan lain. Dan alasan yang mau minta belum bisa ku berikan. Aku harap kau mengerti."

Isabella menangis sejadi-jadinya. Setelah beberapa lama menangis akhirnya ia mengusap air matamya dan berusaha tegar.

"Terimakasih atas semua kebaikanmu dan keluargamu, Mr. Joe. Aku akan selalu mengingatnya dan membalas semua kebaikanmu." seulas senyum menghiasi wajah sedih Bella walaupun itu terasa berat baginya.

Mr. Joe menarik Bella kedalam pelukannya dan mengusap kepala gadis itu dengan sayang. "Semoga Tuhan selalu melindungimu, Nak.  Doa kami akan selalu menyertaimu."

***

Sudah satu jam lebih lima menit, Alex melirik jamnya kemudian mengalihkan pandangannya pada pintu masuk perusahaan itu. Gadis yag ia tunggu tak kunjung keluar dari sana.

Dengan geram Alex memukul setirnya, "Shit, pria tua itu tidak bisa diajak bekerjasama." ia hendak saja mengambil ponselnya untuk menelfon Charity dan melaksanakan aksi jahatnya saat suara ribut terdengar.

Ia menoleh kearah pintu dan mendapatkan Isabella yang dibantu beberapa satpam yang sedang kesusahan membenahi barang-barangnya yang tidak sengaja jatuh berantakan.

Senyum kemenangan terbit dari wajah tampan Alex.

"Gotcha!" tanpa menunggu lama lagi ia menancapkan gasnya dan kembali ke kantornya untuk menjalankan rencana selanjutnya untuk membuat Bella menjadi miliknya.

Tapi sebelum itu, ia akan mengurus sampah kecil bernama Charity.

Tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Black DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang