"adek sama kakak gak ikut ma?" Tanya Sasa saat tau adik dan kakaknya tidak ikut ke Jakarta.
"Adek kamu sibuk sama tugas sekolahnya, udah kelas tiga dia kan. Kalau kakak kamu sibuk jagain Reza."
Sasa yang mendengar itu menepuk keningnya, "Oh iya aku lupa, kakak udah melahirkan yah. Aku kemarin sibuk banget ma ngurus toko aku yang di Semarang terus abis itu langsung ke Bandung, jadi gak sempet pulang."
"Iya kakak kamu ngerti kok, kemarin juga udah kamu kabarin kan dia nya, dikasih hadiah juga."
Sasa baru meresmikan toko nya didaerah Semarang dua minggu lalu dan bertepatan dengan kakaknya yang melahirkan. Karna tidak sempat pulang ia mengirimkan paket khusus perlengkapan bayi beserta kereta bayi.
Itu pun bukan Sasa sendiri yang membelikan melainkan Yuna tetangga sekaligus sahabatnya sejak dia tinggal di Jakarta. Dia sangat sibuk sehingga Yuna menawarkan diri untuk membantu, sekalian ia juga ingin memberi hadiah untuk kakak sahabatnya itu.
"Padahal aku pengen banget pulang ma, mau liat Reza soalnya kan dia cowok sendirian selain kak Riko suami kakak." Jawab Sasa dengan wajah cemberut sambil melihat foto Reza yang dikirimkan oleh Mira, kakaknya.
Melihat tingkah Sasa ibunya pun tertawa, "kamu pasti bakalan seneng kalau liat dia secara langsung, soalnya pipi dia tembem banget terus juga matanya coklat terang kayak kamu."
"Eh beneran ma? Tapi difoto kok gak keliatan coklat sih?" Ujarnya sambil mengerutkan kening.
Sasa itu mempunyai mata coklat terang, itupun dia dapat dari neneknya yang memiliki keturunan Belanda. Tidak heran jika ia memiliki wajah yang cantik dengan hidung yang mancung dan mata yang indah. Begitu pula dengan badan yang tetap langsing sekalipun hobinya adalah makan.
"Foto yang di kirim ke kamu itu foto waktu umur Reza baru dua hari, fotonya juga pas malam jadi gak keliatan." Jelas ibunya.
Sasa hanya mengangguk dengan mulut yang tetap mengunyah.
"Temenin mama yah Sa." Ucap ibunya tiba-tiba.
"Kemana ma?" Jawab Sasa.
"Ketempat itu loh ibu Wati, kamu ingat gak? Yang waktu kamu kecil sering dikasih makanan sama dia."
Keningnya berkerut berusaha mengingat masa kecilnya, masalahnya dia sering dibawa pergi oleh nenek dan ibunya ke tempat teman mereka. Dan ia juga selalu akrab dengan para orang tua itu. Namun setelah berpikir beberapa saat ingat mulai ingat.
"Ah iya ma aku ingat, yang aku sampai makan dibawah meja itu yah karna didapur penuh dengan masakan. Kira-kira gimana yah kabar ibu Wati sekarang? Terus mama dapat alamatnya dari mana?" Jelasnya sambil terkekeh.
"Mama ketemu kemarin pas dibandara, tapi gak sempet ngobrol terus cuman dikasih nomor handphone sama alamatnya aja."
"Yaudah habis makan kita langsung kesana ma."
🌻🌻🌻
"Ini Sasa beneran udah segede gini Nur, mana cantik banget lagi aduhhh."
"Haha iya Wati, kan dia dikasih makan jadi yah bertumbuh kembang lah."
Sasa hanya bisa tersenyum, selain merasa tersipu karena pujian oleh ibu Wati juga karena merasa sakit dipipi nya yang sejak datang sudah di cubit-cubit.
Setelah itu ibunya dan ibu Wati sudah asik berbincang, sedangkan ia hanya ditanya beberapa kali saja. Merasa jengah dengan obrolan dua ibunya itu ia pamit keluar untuk melihat-lihat sekitar rumah yang dimana terdapat taman dan kolam ikan koi. Ia akhirnya berdiri sambil melihat ikan-ikan yang sedang berenang.
Sasa sempat berpikir tentang Yudha, anak ibu Wati yang merupakan mantan pacarnya ketika SMA, walaupun ia hanya menganggap sebagai cinta monyet tetap saja ia merindukan anak itu. Namun melihat hanya ada ibu Wati saja ketika ia dan ibunya datang membuatnya tau bahwa Yudha pasti sedang bekerja.
Sasa hanya mempunyai dua orang mantan, yang pertama Yudha ketika mereka masih SMA dan yang kedua ketika ia sudah bekerja, dengan seseorang yang membuatnya sampai malas untuk membuka hatinya lagi kepada pria hingga saat ini.
Jika hubungannya dengan Yudha berakhir dengan baik-baik, berbeda dengan 'dia' yang harus membuat luka yang bahkan masih berbekas sampai sekarang.
'gimana kabar kamu? Udah sukses belum dengan impian kamu sebagai pembalap motor. Atau kamu mungkin sedang bahagia dengan pendampingmu itu.'
Tidak ia tidak menangis, karena Sasa bukanlah seorang gadis yang lemah melainkan seorang yang tangguh. Ia sudah pernah berada dititik paling rendah pada hidupnya, jadi menangis karena pria bukanlah dirinya. Ia hanya merasa kecewa.
"Sa?" Tenggelam dalam lamunan nya Sasa sampai tidak sadar jika ada seseorang berdiri didepan nya. Ia mengerjapkan matanya.
'kok muka ini orang gak asing yah'
"Lo Sasa? Beneran Sasa yang dulu buluk itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost My Love
Fanfiction"Itu orangnya Sa?" "I don't know he can be so damn hot right now"