Matahari Pertama

96 10 1
                                    

Arrived 04.00 pm.

Udara dingin langsung menusuk dadaku. Iya jelas sekali, karena kami datang ke Tokyo pada saat musim dingin. Aku langsung menuju kedai kopi bersama kedua sahabatku.

"EEHH AKU MAU COKLAT PANAS AMA ROTI COKLAT YA,  RAE!!!" Teriak Rin dengan suara toa nya.

"Coklat coklat coklat. Gendut mampus" ledek Runa.

"Ya bodoklah kan badan badan gw juga." Protes Rin.

Njir, ributnya kek mak mak di pasar_-. Batinku.

"Iya sabar nona nona, ini lagi gw antriin." Kataku melerai mereka berdua.

"Hehe" Mereka nyengir tanpa dosa.

Aku pun memesan makanan dan minuman sesuai apa yang diinginkan. Untungnya pegawai kedai ini bisa berbahasa Inggris, jadi aku tidak kesulitan. Ya aku masih memakai bahasa Inggris karena aku belum sepenuhnya menguasai bahasa Jepang. Si Runa sih lumayan jago, tapi dia mager ngomong. Ngeselin kan?
Aku pun ke meja tempat duduk Runa dan Rin sambil membawa pesanannya mereka.

"NAH GINI DONG JADI TEMEN KUDU BISA DIANDALIN!" Rin ngegas dengan toa nya.

"Sante anjay gausa nge gas nge gas." Kataku.

"Arigatou gozaimas." Kata Runa.

"Doitashimashite." Balasku ala ala Jepang absurd.

"Lah sok Jepang kalian." Rin sewot.

"Udah diminum, Markonah! Ngoceh mulu." Runa tak mau kalah dengan Rin "Habis ini kita ke rumah baru dan tata tata."

"Iya iya ah." Rin bersungut-sungut.

"Tadi gw uda mesen taksi di depan bandara buat nganter kita ke rumah baru. Dia datang 20 menit lagi. Ayo buruan." Tuturku.

"Ah iya iya iya." Rin megap-megap karena rotinya belum habis.

Akhirnya, Rin mempercepat tempo makannya karena aku dan Runa sudah menyuruhnya cepat. Ya, kami harus sabar menghadapi si tukang makan yang satu ini. Apalagi kalau sudah PMS, beuhh serasa ketemu singa marah.
Tak lama kemudian, taksi yang aku pesan datang. Kami pun menaiki taksi tersebut. Aku duduk di depan dan mereka berdua di belakang.

Bambang Wisanggeni

Eh, ini nama sopirnya? Dari Indonesia kah?

"Ih Runa kamu jangan ngerebut roti bakarku dong ah!" Rin ngambek tiba-tiba.

"Mbaknya dari Indonesia?" Tanya sopir itu.

"Ah..eemm iya. Bapaknya juga dari Indonesia ya?"
Tanyaku gugup. Dugaanku benar.

"Iya dek, bapak sudah lama di sini. Jadi sopir taksi di Jepang. Ngomong ngomong mau kemana?" Tanya sopir itu kepadaku.

"Ke Suika Street nomor 3 ya pak." Jawabku.

"Oke" kata bapak itu.

Kami pun langsung melakukan perjalanan ke rumah baru kami. Selama perjalanan, kami bertiga hanya diam menikmati indahnya Tokyo sore ini. Banyak orang yang pulang dari kantornya sehingga jalanan macet. Kedai kedai kopi pinggir jalan ramai oleh karyawan kantor yang beristirahat untuk melepas penat. Tetapi, itu semua hal yang indah bagiku.
Gedung gedung tinggi terlihat di kanan dan kiriku.
Dan berbagai pusat perbelanjaan yang mulai ramai oleh para remaja untuk menikmati sat-night.

Suika Street

Papan itu terlihat di depanku. Dan pak sopir tadi mengarahkan mobilnya ke jalan itu. Akhirnya, sampai juga kami di rumah baru.

"Oke kita sudah sampai." Kata sopir itu memberitahukan.

"Ahm..ok. Rin Runa turun ambil barang barang kalian." Komandoku.

"Siapp." Kata Runa.

"Ini ya pak uangnya. Terimakasih" kataku sambil memberikan ongkos taksi.

"Terimakasih nak." Jawab supir itu.

Aku turun dan mengambil barang-barangku. Aku segera membuka pintu rumah ini.

Cekrekk

Fyuhh...akhirnya aku sampai di Tokyo. Rumah ini sangat nyaman. Karena hawanya sejuk dan rindang. Pepohonan tertanam di sana sini. Jadi betah rasanya.

"Nah Rae pandai milih rumah." Komentar Rin.

"Wah iya dong siapa dulu." Aku berbangga diri "ayo cepat kalian beresi barang-barang kalian. Baju dimasukan ke lemari kalian dan tata tempat tidur kalian. Aku akan mengurus ruang tamu dan dapur." Komandoku.

"Rae kek emak emak deh." Runa menimpali.

"Iya iya Rae iya." Rin meng-iyakan perintahku.

Kami sibuk dengan pekerjaan masing masing. Aku menyapu lantai ruang tamu dan mengepelnya. Setelah aku pel, kutata interior ruang tamu seperti karpet, pajangan, meja, dll. Ruang tamu selesai beralih ke dapur.

Skip~~

"Akhirnya selese juga nih kerjaan." Kata Rin lega.

"Hahaha iya. Capek juga. Mau tidur ah." Runa juga lelah.

"Mandi dulu bambank bru tidur." Kata Rin.

"Eh iya heheh... Rae mana?" Tanya Runa.

"DISINI DISINI LAGI BEBERES DAPUR." Teriakku.

"YAUDIN KALAO LAGE BERSIH BERSIH. NANTI BIKININ RAMEN INSTANT YAK AKO LAPER." Teriak Rin ala toa nya.

"RUNA JUGA."

"HMMM IYAAAAAA." Balasku.

Setelah dapur selesai, aku segera memasak untuk makan malam. Ramen Instant jadi pilihan. Simple dan terjangkau harganya.

"RUNAAA RINNNN SINII." Teriakku.

Tiada angin tiada hujan mereka tiba-tiba duduk di meja makan.

"Hehe udah stand bye kok " Rin cengengesan.

Aku langsung duduk bersama mereka berdua dan menyantap makanannya. Enak dan lezat. Cocok untuk dimakan di malam hari yang dingin ini. Kami bertiga makan dengan lahap karena kami sudah kelaparan sejak tadi.
Setelah makanan habis, aku langsung memberesi mangkuk dan gelas kotor serta mencucinya. Rin dan Runa sudah masuk kamar sejak tadi selesai makan. Sepertinya mereka langsung tidur karena aku tau mereka kelelahan. Setelah selesai mencuci piring, aku pun ke kamar untuk beristirahat.

Sudah kuduga.

"Tidur ae terus. Gendut mampus kalian." Gumamku.

Aku memutuskan untuk membuka jendela sebentar. Terlihat pemandangan kota malam di bawah. Walau rumah baruku tidak tingkat, tapi bisa melihat kota di  malam hari karena posisi rumahku yang berada di daerah atas kota Tokyo.
Akhirnya mataku tinggal 5 watt dan aku memutuskan untuk tidur. Mengingat besok aku harus bersih-bersih lagi.

Good night, Tokyo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AbsurdnisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang