#1

230 17 0
                                    

Bugh!

"#$!&...." Nesa yang sedang menelungkupkan wajahnya di meja langsung menatap horor Lana, cewek yang baru saja melempar asal tasnya ke meja Nesa. Sedangkan Lana? Dia hanya memberikan cengiran polosnya lalu ikut duduk disamping Nesa.

"Astagfirullah, ukhti...," celetuk Ahna yang tiba-tiba berdiri di samping mereka sambil mengelus dada.

"Lah, sejak kapan lo disitu?" heran Lana.

"Sejak kemaren malem mungkin...," ucap Ahna acuh. Lana yang mendengar itu pun dengan asal mengambil bolpoin yang entah dari mana lalu melemparnya kearah Ahna.

"Jelas-jelas lo datengnya barusan!" sahut Lana sewot.

Plak!

Dua tepukan Nesa dan Ahna mendarat di pipi Lana.

"Jelas-jelas lo tau, masih nanya!" sewot Nesa. Sedangkan Lana yang baru menyadari hanya cengar-cengir tak berdosa.

"Ana datengnya dari tadi pagi jam enam. Dosa kalo bilang dari kemarin. Afwan ya ukhti-ukhti...." Pungkas Ahna tetap dalam ustadzah mode on-nya.

*****

"Jadi, kita harus menentukan apa dulu?" tanya bu Fatma pada murid-muridnya setelah menerangkan materi pelajaran. Kini beliau memberi soal dan dibahas bersama-sama.

"Frekuensi kumulatif!"

"Titik tengah!"

"Garis tepi!"

Kira-kiranya itu lah yang diucapkan para murid-murid kelas XII-IPA 2.

"Garis tepi gimana to? Nggak ada garis tepi disini, kan sudah saya bilang berkali-kali untuk mencari data berkelompok jika modus yang ditanyakan. Maka untuk mencarinya kita harus menentukan...." pancing Bu Fatma dengan kesal.

Hening.

"Aduh, kalian ini gimana sih?! Ya kita cari dulu letak modusnya!" untuk ke-sekian kalinya guru matematika itu menuliskan apa yang sebenarnya sudah ditulis.

"Makanya to, buku itu dibaca di rumah! Jangan dijadikan pajangan saja!" ucapnya berapi-api lalu menuju ke tempat duduknya.

Tak lama dari itu, bunyi pergantian jam pelajaran terdengar.

"Baiklah anak-anak, saya berpesan ya pada kalian. Nanti malam jangan lupa buku ini dibaca, supaya pertemuan kita yang akan datang kalian semua bisa. JANGAN LUPA!" Ulang Bu Fatma sambil berdiri dari kursi, membereskan buku dan berjalan keluar kelas.

"Siaaaaappp...," sahut seisi kelas serempak. Dilanjutkan dengan kalimat sakral sebelum guru meninggalkan kelas. "Terima kasih, Buuu...."

Satu detik


Dua detik








Tiga detik.

"Wahahahahahaha." Tawa semua murid kelas IPA 2 pecah seketika.

"Njir, tuh orang gak inget umur ya," celetuk salah satu siswa, membuat murid yang lain tertawa.

"Ho'oh. Udah tua sukanya marah-marah tambah tua baru errrrrggg." Omel satunya lagi sambil menirukan seperti orang tercekik membuat murid-murid yang lain mendengar malah semakin tertawa kencang. Termasuk juga tiga orang ini: Lana, Ahna, Nesa.

"Buahahahaha. Njir omongannya." Ucap Lana.

"#$!&... bat." Ucap Nesa sambil tersenyum-senyum.

Sedang Ahna? Jangan lupakan yang satu itu. Dia hanya tersenyum kecil, beristighfar dalam hati. Entah kenapa, padahal menurut Nesa maupun Lana apa yang dikatakan siswa itu lucu.

_Padahal kelucuan sesuatu tidak hanya diukur dari tawa sekelompok orang, kawan:)_











Spam" author:
'jangan lupa tinggalkan jejak
Kritik saran sangat dibutuhkan
😊😊😊'

Nikah Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang