Ahna menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Lana secara kasar menabrak punggungnya.
"Aduh!" keluh Ahna sambil mengerang tertahan.
"Kenapa coba ngerem mendadak? Perlu gue servis kaki lo?"
Oke, Lana kembali dengan mulut pedasnya.
"Barusan lihat pangeran lewat." Ahna berbicara sambil menggosok punggungnya yang sakit.
"Siapa? Oh, yang biasa itu?"
"Biasa gimana?" sewot Ahna, ia menatap Lana dengan tatapan menusuk.
Melihatnya ditatap seperti itu, Lana segera mengalihkan pandangan. Demi Nesa yang lagi telponan sama Yoga, tatapan Ahna itu sangat tajam. Bukan cuma setajam silet, mangga di atas pohon dilirik Ahna saja, paling langsung jatuh.
"Biasa aja ngelihatnya!" kesal Lana. "Maksud gue, kayak yang biasanya. Alfa, kan?"
"Nah, betul ukhti...." Ahna kembali berjalan setelah menjawab Lana, cewek yang masih memegangi dadanya yang bergemuruh karena mendapat tatapan itu.
Tatapan Ahna memang hebat.
"Tungguin!"
"Cepetan!"
Setelah membeli makan di kantin, mereka langsung kembali ke kelas. Ehm, terlihat melupakan sesuatu.
"Gue kayak lupa apa gitu," ucap Ahna saat mereka berdua berjalan di tengah lapangan.
"Apa? Gue enggak. Otak lo aja kali, error gara-gara telat makan siang."
Ahna bersiap mengeluarkan kalimat mutiaranya kalau saja tak ada panggilan keras dari ujung lapangan. Saat ia menoleh---
Dug!
"Aduh! Sepatu gue!" teriaknya, tak menyadari bahwa ia kini menyita perhatian publik. Eh, perhatian warga sekolah maksudnya.
"Sorry." Celetuk seseorang yang muncul dari kirinya.
Ahna menoleh, melihat cowok yang tak asing baginya. Cowok ini seperti ... temannya A---
"Kak," sebuah suara tak asing menyapanya.
Ahna menoleh ke samping kanan, dan ia terkejut. Ada Alfa.
"I-iya...." Oke, dia mulai gugup.
"Maafin temenku, ya? Enggak sengaja tadi. Kakak udah aku teriakin, tapi masih cepetan bolanya. Jadi kotor deh, sepatunya," sesal Alfa.
Cowok itu berjongkok, membuat hati Ahna berdesir tak karuan. Ia mengira bahwa Alfa akan membersihkan sepatunya yang terkena lumpur.
Ya, hari ini hujan turun pagi. Menambah kegalauan di pagi hari bagi warga sekolah, terutama buat cewek; yang diputusin pacar; dan yang menunggu doi peka. Hujan sudah menjadi waktu paten untuk mengenang masa lalu.
Untung saja pagi hari diajar Bu Fatma. Mengingat masa lalu di pagi hari itu sama saja bunuh diri. Karena bagi yang tidak mengerti materi hari itu, siap-siap saja dimarahi. Sebenarnya marah itu tak apa, hanya saja kalau orang sepuh, kelas Ahna sudah angkat tangan.
Kembali ke detik ini, jantung Ahna berdegup kencang.
"Alf-Alfa, mau ngapain?" batinnya dalam hati. Bahkan hatinya ikut terbata-bata saat membatin.
"Maaf ya, Kak." Alfa pergi begitu saja setelah mengambil bola di dekat kaki Ahna.
Membuat cewek itu menganga. Ahna ingin pingsan saja saat ini. Sudah cukup ia berharap. Alfa tak pernah sekalipun peka! Atau mungkin, cowok itu berpura-pura tidak peka? Zaman sekarang kebanyakan begitu, kan?
Ahna mengajak Lana kembali berjalan, setelah membuang nafasnya kasar. Berharap kepada manusia memang menyakitkan.
Dan mungkin, ia tadi terlalu lebay. Sampai berteriak seperti itu, padahal sepatunya hanya terkena lumpur sedikit.
Sesampainya di kelas, ia meletakkan nasinya dengan kasar, semacam bantingan, tapi untungnya nasi itu masih kuat menjalani hidup. Eh, kuat untuk tidak berceceran maksudnya.
"Nasi gue mana?" tanya Nesa saat baru melihat dua sahabatnya masuk kelas.
Biasa, pejuang LDR baru saja telpon sama doi. Itu akan menjadi hal bersejarah karena sudah dua minggu ditinggal skripsi. Mungkin nanti ditinggal lagi, sepertinya....
"Yah, lupaaa...." Lana menepuk jidat Nesa.
"Gimana, sih? Kan gue laper." Nesa merengek seperti anak kecil. Memang dia masih kecil. Tampangnya saja yang preman, hatinya kayak anak kurang belaian—manja.
"Ahna juga...," kesalnya pada Ahna yang tengah menelungkupkan muka.
"Sssttt, nanti tanduknya keluar, kena juga Lo!" ucap Lana layaknya pengancam.
"Kenapa dia?"
"Biasa. Alfa...."
"Salah sendiri nggak ikut kantin. Tanggung aja tuh laper!" sentak Ahna tiba-tiba.
Ahna memang seperti ini. Kadang religius macam anak pondok, kadang bijak saat menghadapi masalah, kadang juga bermulut pedas melebihi Lana.
Seperti memiliki banyak kepribadian.
*****
Spam" author:
Hai...
Ini cerita pertama hasil kolaborasi gua dan dua teman gua MegaMendung_& nurulatikahna
Jangan lupa follow akun mereka juga😊salam kebad
Kritik dan saran sangat dibutuhkan...😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk!
RandomKisah cinta tiga gadis remaja. Yang satu doinya sholih, sayangnya nggak peka-peka. Yang satu LDR-an, tapi suka dianggurin, kayak nggak punya pacar. Yang satu suka ngebayangin doi, tapi tokoh di wattpad doinya dia :(. Bacalah, kamu akan tertawa sekal...