When I Meet You (3)

11 5 1
                                    

Pukul 7 lebih 15 menit. Dara telat. Ia menyesal mengerjakan tugas pada malam hari. Biasanya setelah makan malam, ia langsung mengerjakan dan jika pekerjaannya telah selesai, ia akan langsung tertidur.

Tapi tadi malam ia mengobrol dulu dengan pangeran penyelamatnya, Glitza dan berbincang hingga larut juga lupa mengerjakan tugas. Bodoh. Tapi, tak apa, asal ia bertemu dengan Glitza kemarin.

Kini bus yang ia tunggu tak kunjung datang juga. Ayahnya sudah menawarkan tumpangan tadi. Tapi, ia menolak karna ingin pergi bersama temannya. Padahal, ia tak memiliki teman naik bus. Ia hanya tak ingin merepotkan ayahnya yang ia tahu sedang sangat sibuk di kantornya.

Sudah sepuluh menit berlalu. Lima menit lagi ia diharuskan sudah berada di sekolah. Ia tahu jalanan kota memang semacet ini di pagi hari. Tapi mau bagaimana lagi. Ia telat bangun. Ia pasrah jika nanti nya akan dihukum. Karna memang salahnya.

Setelah memikirkan apa hukuman yang akan ia dapat nantinya. Sirene polisi menggema di tengah macetnya jalanan di depan Dara. Mobil polisi itu membawa rombongan dengan mobil sport putih yang kemarin Dara lihat dan 3 sedan mewah kemarin sedang membelah jalanan.

Dara terpaku. Anak sultan bebas. Apa saja akan dilakukan agar ia terhindar dari macet.

Dara mencebikan bibirnya.

Mengapa ada orang tidak adil di dunia ini? Mengapa orang itu harus memakai polisi? Memangnya dia siapa?

Semua juga ingin tidak terlambat, semua juga tejebak kemacetan. Mengapa ia tidak nikmati saja keadilan yang ada?

Memang sih, jika ada uang kenapa tidak. Tapi Dara kesal, seolah-olah uang dapat membeli keadilan.

Saat menolehkan kepalanya ke arah jalanan, ia terkejut saat seseorang sudah berada di hadapannya.

"You'll take the bus?" Orang yang berada di list paling atas yang tidak ingin ditemuinya berada di hadapannya.

Dara mengalihkan pandangannya dan melangkah mundur sedikit karna jarak mereka yang bisa dikatakan terlalu dekat.

Saat melihat ke belakang tubuh cowo jangkung di hadapannya, satu mobil polisi, satu mobil sport putih dan tiga buah mobil sedan mewah berada di sana. Mengapa mobil itu berhenti? Bukannya sudah ada polisi yang menjanjikan?

"Hey, don't be a bitch. I ask you, dude." Ujarnya dengan tak sabaran.

"Gak usah sok ingrris lo di depan gue. Jaga mulut, lo!" Dara menghentakkan kaki nya dan berniat jalan kaki saja walaupun sekolah lumayan jauh untuk digapai, setidaknya ada pergerakan dan perjuangan yanh akan ia lakukan.

Saat akan melangkah menjauh, Dara mendapat tarikan yang memaksa dari seseorang yang ia tau sebagai teman sebangkunya.

"Lo apaan, sih! Kenal juga enggak!" Dara memukul-mukul lengan besar yang kini menyeretnya memasuki mobil sport putih.

Tunggu. Jadi, mobil itu milik si bule KW ini? Si songong? Serius? Dia seseorang yang selalu kini ia umpat? Baguslah! Ia tidak menyesal sama sekali mengumpat tentang laki-laki tak memiliki rasa keadilan ini. Tapi, jika iya si bule ini yang memilikinya coret kata "ingin memacari" nya pada kamusnya. Taksudi ia memacari bule Kw ini.

Terlalu lama melamun, tubuh dara terdorong memasuki mobil yang kini wangi nya menenangkan. Yang awalnya ia akan memprotes, menjadi lebih tenang setelah mencium wanginya.

Seseorang yang ia panggil bule KW itu, kini berada di kursi pengemudi. Dara terkesima sebentar. Seragam yang di kenakan tak ada rapih-rapihnya, rambutnya yang berantakan tapi terlihat akan sangat lembut saat di sentuh dan urat-urat cowo itu yang berada di sepanjang lengannya saat memegang setir. Itu membuat Dara sedikit terkesima.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When I Meet You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang