*****
Sudah setengah jam terlewati, Bunga hanya membolak-balikkan halaman buku. Rasanya sekarang ini, tak ada mood yang bisa mendukungnya untuk belajar. Buku yang ada di hadapannya kini terlihat seperti lembaran kosong.Dia mencoba mengalihkan kegiatan nya dengan kegiatan yang sangat ia sukai, menggambar. Tapi rasa nya, tetap, sama saja. Tak ada niatan sekali pun untuk melakukan semua kegiatan itu.
Bunga beranjak menuju kasur nya dan melihat ke arah langit-langit kamar nya. Kemudian ia memejamkan matanya sebentar. Dan kemudian ia terbangun karena getaran dari HP nya. Ia kembali duduk dan mengambil HP nya berharap ada balasan dari Bryan.
Ia menggeser beberapa menu, namun yang ia temukan bukanlah balasan chat dari Bryan. Nomor yang tidak dikenal tertera di chat tersebut. Bunga tak tau siapa sosok itu, karena yang pasti nya orang yang dekat dengan nya langsung ia simpan nomor orang tersebut.
Chat tersebut bertuliskan sapaan tanpa memberi keterangan siapa pemilik nomor tersebut. Bunga kemudian membalas nya dan balasan nya hanya dibaca oleh orang tersebut. Bunga langsung melempar HP nya ke kasur kembali karena terlalu malas untuk meladeni orang tidak jelas seperti itu.
Ia kemudian melangkah kan kaki nya keluar kamar dan kembali menutup pintu pelan agar tidak terdengar kakak nya. Bunga berjalan dengan hati-hati menuju balkon untuk menikmati angin malam. Ya sebenarnya bisa saja di kamar Bunga sendiri dengan cara membuka jendela, namun menurutnya dengan pergi ke balkon, rasanya lebih tenang dari pada di kamar.
Bunga kini tengah berada di balkon rumahnya. Suasana luar rumah sudah sangat sepi, padahal baru menunjukkan pukul 21. 20 WIB. Ya mungkin karena kebanyakan dari tetangga nya adalah pegawai kantoran jadi banyak yang tidur awal-awal agar bisa berangkat dini hari menghindari macet. Apalah daya diri nya yang terbiasa datang sekolah hampir telat karena terjebak macet.
Ia kemudian melihat ke langit yang lebih luas, langit yang lebih menenangkan dari pada langit di kamar nya. Bintang-bintang bertebaran dimana-mana dan ada beberapa bintang yang warnanya lebih mencolok daripada yang lainnya. Ia mencoba menunjuk bintang tersebut. Dan seketika itu pula, ia teringat obrolan nya dengan kakak nya tadi.
On Flashback
Rendy terdiam melihat ke arah tv lagi tanpa mempedulikan Bunga. Bunga semakin kesal dengan kakak nya itu dan langsung duduk di sebelah Rendy.
"Mas Rendy....... kasih tau!!! Ada apa dengan Tante Dian, terus kenapa mama sampai ngantar ke bandara?" Tanya Bunga. Rendy hanya diam dan menikmati film yang ia tonton.
"Oke deh, Bunga nggak tanya yang itu. Tapi Bunga ada satu pertanyaan biar cepet ke intinya deh," ucap Bunga lagi.
"Kenapa sih lo? Tumben sebegitu ingin tahu nya..padahal mama cuman ngantar tante Dian."Bunga mengerutkan keningnya karena semakin kesal dengan kakak nya. Ia memajukan badannya untuk lebih dekat dengan Rendy.
"Soalnya ini ada hubungannya dengan Bryan kan?" Tanya Bunga.
"Lah kok malah tanya gue? Ya gue ga ngerti lah apa hubungannya," jawab Rendy."Udah lah Mas Ren..cepet kasih tauuu..kemana tante Dian pergi dan kenapa mama sampai nganter ke bandara segala?" Tanya Bunga dengan kesal.
"Katanya cuman satu pertanyaan, lah itu barusan ada tiga pertanyaan kan satu nya udah gue jawab gatau." Goda Rendy. Bunga kemudian mencubit pinggang Rendy dengan sangat kuat dan membuat Rendy merintih kesakitan."Huu iya iyaa...Tante Dian ke Jerman. Udah? Puas?" Jawab Rendy. Bunga langsung kaget.
"Ha? Jerman? Ngapain kok sampai ke Jerman?" Tanya Bunga lagi.
"Ya mana gue tau..tanya ke mama nanti sana," jawab Rendy dan kembali menonton film.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Dan Matahari
Teen Fiction(Hiatus sementara) Sudah bukan menjadi hal yang asing lagi tentang kedekatan bumi dengan matahari. Mereka selalu bersama, meskipun matahari selalu menimbulkan sisi gelap dan terang untuk Bumi. Tetapi bagi Bumi, itu adalah sesuatu yang wajar, ia juga...