Last Goodbye

444 102 13
                                    

Pertemuan terakhir. Aku akan mengungkapkan segalanya.







































Jaemin POV

Semenjak malam Natal itu, aku tidak pernah melihat Mark hyung lagi. Atau bisa dibilang aku menghindarinya. Pesta akhir tahun yang seharusnya aku datangi pun aku lewatkan karena aku tahu dia akan disana.

Aku melihat kalenderku. Sudah tanggal 11 Januari. Hari ini adalah wisuda Mark hyung. Beberapa bulan lalu dia sudah memintaku untuk hadir di wisudanya -bukan hanya aku, Renjun dan yang lainnya turut diundang. Sebelumnya aku sangat tidak sabar menantikan ini karena aku ingin mengungkapkan perasaanku padanya sebelum dia kembali pulang. Tapi, saat sadar Mina nuna pun turut menjadi wisudawan hari ini aku tidak jadi mengikutinya.

Renjun menjemputku tadi pagi, tetapi aku berdalih tidak enak badan -itu memang kenyataan karena suhu tubuhku cukup tinggi. Aku sudah ke klinik diantar oleh ibuku karena dia sangat khawatir denganku. Aku jarang sekali sakit jadi aku tidak heran mengapa ibuku ini begitu khawatir.

"Istirahatlah sayang..." sebelum ibuku meninggalkan kamar, dia tidak lupa memberiku ciuman hangat di keningku. Sesekali dia usap kepalaku sayang, dan sebagai anak tunggal aku sangat menyukai hal ini.

Aku sudah makan dan minum obatku untuk meredakan demamku. Tapi, sampai sekarang aku masih belum bisa tidur. Hal ini karena ponselku terus berdering dengan nama Mark hyung tertera disana. Aku terus mengabaikan panggilannya, tidak tahu sudah keberapa kalinya. Aku lirik jam dindingku yang ternyata sudah menunjukan pukul 12. Pasti acaranya sudah selesai, pikirku. Namun, aku masih belum siap untuk berbicara dengannya.

***

Aku terbangun saat matahari sudah hampir terbenam. Mungkin efek obat penurun panas membuat tidurku cukup lama. Aku cek suhu tubuhku sendiri dengan tangan menempel di kening dan leherku. Demamku sudah mulai turun, jadi aku memutuskan untuk mandi -aku belum mandi sedari pagi.

Selesai mandi dan mengganti pakaianku, aku menghampiri ibuku yang sedang memasak untuk makan malam. Ayahku sepertinya sudah pulang karena ibuku menyiapkan 3 porsi makanan di atas meja. Dia sepertinya ikut khawatir karena anak satu-satunya ini sakit dan memilih untuk pulang cepat.

"Oh, padahal ibu akan mengantarkan makananmu ke kamar." ujar ibuku. Dia berjinjit dan menempelkan keningnya dengan keningku. Kembali mengecek suhu tubuhku.

"Syukurlah demammu turun."

Aku yang masih cukup lemas langsung duduk manis di samping kursi tempat ayahku duduk. Aku mulai mencicipi makanan yang sudah ada di mangkku. Tak lama kemudian, ayahku keluar dari kamar dengan rambutnya yang terlihat baru selesai dicuci. Seperti ibuku, ayahku akan menempelkan keningnya dengan keningku untuk mengecek demamku -kebiasaan keluargaku dari dulu.

"Kenapa jagoan ayah bisa sakit, hm? Apa kamu terlalu memikirkan sesuatu?" tanyanya yang sukses membuatku berhenti makan. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tersenyum padanya sebagai jawaban bahwa aku tidak memikirkan apapun. Ayahku tahu aku berbohong tetapi tidak ingin bertanya lebih lanjut karena dia mengerti jika aku tidak ingin membahasnya. Setelah itu, kami bertiga makan malam dengan tenang.

Aku yang pertama selesai dengan makan malamku karena aku tidak terlalu berselera untuk makan. Setelah kembali meminum obat, aku menidurkan tubuhku di sofa depan televisi sambil menonton berita yang sempat aku lewatkan tadi pagi. Ayahku duduk bersila di depanku sambil menyuapiku potongan buah persik yang entah kapan dia membelinya.

Last GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang