"Otot Jimin mengalami penurunan fungsi."
Taehyung mengernyit tidak mengerti atas penjelasan singkat dari nyonya Park. Sementara jantungnya berdegup kencang dengan telapak tangan yang mulai berkeringat.
"Karena CPRS yang di deritanya membuat Jimin mengalami banyak rasa sakit yang berlangsung terus menerus dan membuatnya menjadi ketergantungan suntikan penenang. Dokter bilang, otot Jimin memendek dan kehilangan rentang normal gerakan."
"Jimin tidak bisa beraktivitas terlalu lama dan CPRS itu membatasi gerak tubuh Jimin. Berdiri dan berjalan saja baginya sekarang terasa seperti berlari marathon."
Nyonya Park menyentuh tangan Taehyung dan menggenggamnya. Matanya tersirat banyak kelelahan dan rasa sakit. Kedua mata nyonya Park berkilau lengkap dengan genangan air mata di kelopaknya.
"Lalu, baru-baru ini CPRSnya membaik."
"Tapi Jimin mendapat vonis baru.".
.
."Kardiomiopati, kerusakan otot jantung."
"Jimin bisa mati kapan saja."
.
.
.Taehyung memangku sebuah album foto dan perlahan membuka sampulnya. Taehyung memandang satu persatu foto yang di tempel rapi disana. Sampai akhirnya seseorang menyentuh kedua pundaknya, yang mengalihkan penuh atensinya. Gyuri tersenyum sembari memandang album foto di pangkuan Taehyung.
"Foto-foto lama dengan Jimin?"
Taehyung mengangguk kemudian menepuk sisi ranjang di sampingnya. Hari sudah larut dan sedikit banyak membuat Taehyung merasa bersalah karena membangunkan wanitanya di tengah malam.
Taehyung memandang sebuah foto dimana ia dan Jimin saat masih kecil bermain lumpur di halaman rumah. Tentu setelah itu, keduanya di amuk habis-habisan oleh orang tua Jimin. Taehyung tersenyum kecil seraya membalikkan halaman album pertama.
Sementara Taehyung sibuk membolak-balikkan halaman, Gyuri sibuk memandang wajah Taehyung yang semakin lama semakin meredup. Gyuri menghela nafas, memantapkan diri untuk berbicara dengan Taehyung. "Tae, kata dokter aku tidak bisa hamil."
"Apa?"
Taehyung sontak menoleh menatap Gyuri di sampingnya. Taehyung bahkan menutup album fotonya dengan Jimin dan meletakkannya di ranjang. Taehyung menyentuh tangan Gyuri dan mengelusnya lembut menggunakan ibu jari kala Gyuri menunduk.
"Sshh, Gyu. Tidak apa-apa."
Taehyung menyentuh kedua pipi Gyuri dengan tangannya. Ia mengangkat wajah Gyuri yang sudah merebak tak tertahankan. Taehyung mendekatkan wajahnya perlahan, dengan menghapus air mata yang menetes di kedua pipi Gyuri. Taehyung memautkan bibir keduanya, mengecup berkali-kali guna memberi semangat. Tapi sial, Taehyung juga merasa wajahnya memanas.
Ponsel Taehyung berdering, namun ia mengabaikannya. Berkali-kali deringnya mati dan kembali berdering. Persetan, Taehyung kini sudah menindih Gyuri dan sekarang sedang melepas kancing bajunya.
Ponselnya berkedip-kedip dan bergetar serta menampilkan sebuah panggilan dari;
Jimin.
•
Pagi-pagi buta Taehyung sudah berlarian di parkiran Rumah Sakit menuju pintu UGD yang lampunya masih menyala terang. Taehyung menghentikan langkahnya sejenak setelah memandang Tuan Park mengurus administrasi di bagian depan.