#30

137 9 0
                                    

Flashback on

"Axel mananih ko ga kumpul?" tanya Ale.

"Gatau gue, tadi dia bilang ada urusan dulu sebentar." kata Revan

"Axel mau bantu gue, dia katanya lagi mata-matain Oliv." kata Elang.

Mereka pun berbincang-bincang seraya menunggu Elang yang tak kunjung datang setelah beberapa jam.

AXEL'S POV

Gue pun datang ke sebuah caffe yang merupakan tempat Oliv dan teman-temannya biasa kumpul. Entah kenapa gue mau jadi mata-mata Oliv demi Elang, gatau mungkin gue terlalu sayang sama sahabat-sahabat gue makanya gue mau buktiin ke mereka kalau dugaan gue benar tentang sifat buruk Oliv, ck.

Gue pun duduk di sofa pojok tempat yang pas untuk melihat Oliv. Awalnya memang merasa bertiga sedang berbincang, tapi datang seorang laki-laki yang sedikit tampan tapi ya teteplah tampanan gue haha. 

Cowok yang datang itu mencium pipi Oliv dan duduk disamping Oliv, cowok itu memeluk Oliv dari belakang dan mengendus leher Oliv. Oliv yang diperlakukan seperti itu bukannya risih tapi malah menikmati. Apa dia lupa bahwa dia punya Elang? Oh ngga gue yang lupa kalau dia emang cewek brengsek yang gapantes buat sahabat gue.

Dan setelah itu gue pun tak lepas dari mata-mata gue, Oliv pun melirik gue dan menyipitkan matanya seperti mengenali gue. Shit!.

Gue berjalan cepat menuju motor gue dan berniat akan memberi tahu Elang juga yang lainnya bahwa gue sudah mendapatkan informasi dan gue berangkat menuju base camp.

Tapi Oliv berhasil mengikuti gue dari belakang dengan menggunakan mobil yang sangat kencang dan jalan saat itu tidak ramai. 

Dan caffe tempat mereka kumpul pun sudah dekat, tapi Oliv masih ngikutin gue dan mobil itu semakin kencang sampai akhirnya saat gue akan berhenti tepat depan caffe itu, 

BRUUKK! 

Hantaman keras dari mobil Oliv yang menabrakku dari belakang hingga aku terlempar ke aspal sangat keras dan saat itu juga gelap. 

AUTHOR'S POV

Ale dan yang lainnya pun mendengar suara hantaman dari luar caffe dan mereka pun segera keluar. Terlihat motor Axel yang sudah hancur dan Axel yang tergeletak di aspal membuat mereka meneriaki nama Axel. 

Elang yang diam mematung meliaht kejadian itu pun lemas tak berdaya. Apalagi melihat bahwa mobil yang menabrak dan sedikit hancur itu adalah mobil kekasihnya yang selama ini ia banggakan di depan para sahabatnya. 

"Bodoh gue bodoh kenpa gue ga denger apa kata lo Xel." seraya memukuli dirinya dan menjambak rambutnya keras." 

Ale pun menelfon mobil ambulan seraya menangis, 

Saat dirumah sakit, mereka semua pun emosi, marah, dan sedih. Emosi dan marah kepada Oliv yang tidak tau diri dan mereka pun menyesali mengapa tidak pernah mendengarkan ucapan Axel. Sedih karena kabar dari dokter bahwa Axel kritis. 

Hoodie army yang Axel pakai saat kejadian itu terjadi pun tergantung di sebelah ranjang.

Elang yang merasa paling bersalah pun memukuli dirinya selalu, Revan dan Nino pun mencoba menghenntikan aksi dari Elang itu. Sedangkan Ale menundukan kepalanya dan menangis terus.

Beberapa jam kemudian, dokter keluar dari ruangan. 

"Apakah ada dari keluarga pasien?" 

"Kami semua kelurganya dok." ucap Ale yang lemas. 

"Maaf sekali, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi nyawanya tidak bisa diselamatkan."

Saat itu juga semua tangis pecah di ruangan itu. "Semua gara-gara Lo LIv. Gue.Benci.Lo." kata Elang penuh penekanan.

Flashback off

Lexi yang mendengar cerita dari Ale pun menangis lebih keras. "Keanapa abang gapernah cerita sama Lexi saat Lexi tanya soal Axel? Kenapa bang?" seraya memukul dada Ale.

"Lexi sayang sama Ka Axel bang, Lexi sayang!" 

"Ka Axel yang selalu buat Lexi nyaman, selalu buat Lexi senyum, Lexi sayanggg Ka Axel bang.. hikss. hikss.."

"Lexi sayang Axel.." lirihnya.

Semua orang yang mendengar ucapan Lexi pun menangis karena mereka pun merasakan betapa sedihnya Lexi persis seperti sedihnya mereka saat ditinggalkan seorang Axel.

"Ka Oliv jahat! KA Oliv jahat kenapa harus Axel? hiks..hiks.. Lexi benci Oliv! Lexi benci!" masih melampiaskan kepada Ale dengan memukul dada bidangnya.

Elang pun yang melihat Lexi betapa sayangnya dia dengan Axel yang entah bagaimana ceritanya ia bisa bertemu dengannya dan merasakan perasaan itu sedih dan menangis sampai seperti itu pun langsung memeluknya, diikuti yang lain. 

"Lexi gapercayaa kalau Axel meinggall.. hikss.hikss.. bawa Lexi ke pemakamannya." 

"Iya besok abang antar kamu ya sayang." 

"Zee lo temenin tidur disini ya sama Lexi. gua khawatir Lexi kenapa-kenapa. Gamungkin kalau gua yang jagain dia disini tidur bareng dia."

Besoknya.

Lexi tak mau sarapan, ia hanya diam tanpa suara. Sekali nya bicara ia hanya mengeluarkan sepatah dua kata saja.

"De, makan dulu ya." 

"Anterin Lexi." dengan nada bicara yang sangat dingin.

"Lo harus makan dulu de, perut lo kosong." 

Tiba-tiba Riqzi datang dan mengisyaratkan kepada Ale biar dia yang tangani.

"Hei, kamu makan ya? mau aku suapin ga? perut kamu kosong, kalau kamu datang ke pemakamannya dalam keadaan sedih. aku gajamin kalau Axel seneng kamu tengokin dengan keadaan kamu yang ga vit gini." kata riqzi.

"Sini aku suapin ya, buka mulutnya."

Lexi pun akhirnya menuruti apa kata Riqzi.

Kini di mobil, bersama yang lain pun berangkat ke pemakaman Axel.

Lexi pun menangis setelah melihat batu nisan yang bertuliskan,

AXEL GINTARA bin WILAR GINTARA lahir 14-10-2000 wafat 28-09-2017

Lexi nangis terisak seraya memegangi nissan dan menaburkan bunga diatas tanahnya. 'Lexi sayang Axel.' batinnya.







HALF ALIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang