Sebuah Pertemuan

79 9 4
                                    

IRENE

Hari ini gue udah siap jadi siswi SMA. Setelah pulang dari alam mimpi gue mandi dan pake baju sekolah baru. Seneng dong pastinya, udah pake baju putih abu-abu. Apalagi, sekolah gue ini sekolah favorit dan elite di kota gue. Setelah tempat tidur rapi, gue pergi sarapan bareng bonyok.

Seperti biasa, setiap pagi gue diantar sama Mang Ucup, sopir pribadinya bokap gue. Di sekolah baru gue ini, setiap hari pertama tahun ajaran baru diadain konser musik. Anggap aja sebagai perkenalan senior kepada junior. Konser ini dibuka oleh OSIS dan diisi oleh anak band sekolah.
Konser musik ini berlangsung dari pagi hingga sore. Rasanya emang agak sedikit bikin bosen, mungkin karena gue gak terlalu suka musik.

"Hai, Ren!'' sapanya.

"By the way, lo mau kemana?" tanya gue basa-basi.

"Gue mau beli popcorn, lo ikut gue aja, daripada bengong?" ajaknya.

"Tapi kan acaranya belum selesai, emang boleh?"

"Boleh, udah ikut aja, temenin gue!"

Oh iya, gue belum kenalin diri gue, ya? Oke, oke gue kenalin diri deh. Nama gue Adellia Irene Lathief, gue tinggal di Bandung bareng bonyok. Abang gue udah gak serumah, dia kuliah di Surabaya, namanya Irfan. Temen gue yang tadi itu, namanya Vita. Lengkapnya, Vita Mardiana. Dia itu temen gue dari SMP.

"Vit, gue tunggu di taman aja ya, tempatnya kan deket, tuh!" ucapku sambil menunjuk penjual popcorn.

"Tunggu gue, don't go anywhere!" pinta Vita dengan suara mengancam. Tapi gak nakutin sih, malah lucu dengernya.

Namanya juga Vita, kalau ngapa-ngapain itu lama banget. Beli popcorn apa lari marathon sih? Rasanya pengin gue tinggalin dia. Huffftt ... lama. Angin sepoi-sepoi khas kota kembang ini meniupi rambut gue. Mengacak-acak poni yang tadinya tertata rapi.
BuGue melamun lagi. Mata gue hanya tertuju kepada para senior yang berlalu lalang di sekitar taman. Lamunan gue hilang ketika seorang lelaki lewat di depan gue. Gue tak tahu dia siapa, tapi dia senior di sekolah ini. Sepertinya, gue kenal tapi dia siapa?

"Woi, jangan melamun entar kesambet loh, mau lo?" cerocos Vita.

"Apaan sih lo, abisnya lo lama banget tahu kayak belinya di Jakarta," omel gue kesel ke Vita.

"Iya, iya maaf, tadi gue ditanyain banyak hal sama senior, kan gak mungkin dong kalau gue kabur gitu aja?" jelasnya untuk membela diri.

"Lo tahu gak senior yang pake jas tadi?" tanya gue penasaran.

"Cieee.. lo naksir kak Dennis, ya?"

"Enak aja, emangnya lo yang semua cowok ditaksir. Kera jantan aja lo naksir," canda gue

"Ya gak gitu juga kali," jawabnya ngambek.

"Gue becanda, serius juga boleh wkwkw," gue pun jadi ketawa.

Hello the readers!! Ini karya pertamaku, loh 😄

Maaf ya, kalo banyak typo nya! Jangan lupa vomment... Tunggu kelanjutan kisahnya, ya!☺

Shelter From RainWhere stories live. Discover now