Siapakah dia?

28 6 1
                                    


Waktu berjalan sesuai kodratnya. Rupanya bulan telah berganti. Mentari pagi mulai malu-malu menampakkan wajahnya, membangunkan ayam jago dari tidurnya. Para ayam jago pun saling bersahutan seakan beradu kemerduan suara.

"Irene, bangun udah setengah 7, Mang Ucup juga udah nunggu dari tadi, kok belum bangun sih??" perintah mama dengan suara keras kepada Irene. beg

"Setengah 7??" Irene terlonjak dari tempat tidur kemudian bergegas mandi tanpa sarapan. Irene sangat terburu-buru, karena takut terlambat.

"Gak sarapan, Ren?" teriak mama.

"Gak mah, makan dikantin aja, buru-buru nih. Mang Ucup, ayo!"

IRENE

"Mang, cepet ya!" pinta gue.

" Gak bisa cepet-cepet atuh neng, bahaya. Lihat tuh, macet!" jelas Mang Ucup dengan logat khas Sunda.

Mobil berhenti tepat di depan pintu gerbang. Sumpah, gue gak percaya dengan apa yang gue lihat, gue telat. Sebenernya, guru dateng jam setengah 8, kepsek gue keterlaluan banget, lo tau? Peraturannya, kalau ada siswa yang telat gak boleh masuk seharian. Padahal, jam pertama itu jamnya Pak Eko, guru Sejarah yang udah ngasih gue tugas banyak banget. Coba deh, lo bayangin udah capek-capek ngerjain sampe begadang, terus gak dikumpulin?

"Hey, lo telat ya?" sapa seorang laki-laki, kayaknya sih senior.

"Udah tau, nanya lagi," jawab gue jengkel, udah tau nanya.

"Santai, lo mau masuk?"

"Ya, jelas lah," timpal gue dengan meninggikan suara.

"Ikut gue, jangan bawel!" perintah orang misterius itu.

Akhirnya, gue ikut sama manusia misterius itu, daripada gak bisa masuk. Setengah gak percaya, ternyata pintu belakang sekolah gue bisa dibuka. Padahal gue gak pernah lihat pintu ini terbuka.

"Thanks, ya!" ucap gue melembut.

"You're welcome, gue Reza kelas 11 IPA2. Habis ini lo hati-hati ya, takut ketauan guru BK," nasihatnya.

"Gue, Irene. Kelas 10 IPS4. Gue buruan, takut Pak Eko dateng," jelas gue lalu pergi.

Gue lari-lari ke kelas dan berharap Pak Yahya belum dateng. Akhirnya sampe juga, gue duduk sambil mengatur nafas.

"Ren, lo telat? Lo masuk dari mana?" tanya Vita pelan

"Selamat pagi anak-anak!" sapa Pak Eko ngagetin gue dan Vita. Sebenernya, gue berharap banget Pak Eko jangan dateng dulu, kok nongol sih?

"Selamat pagi, pak!" kompak semua murid.

"Irene, kamu habis lomba lari apa, kok terengah-engah?" pertanyaan Pak Eko buat gue kaget.

"Lomba lari? Emangnya, lombanya di mana, pak?" celetuk gue.

"Sudahlah, sekarang bapak mau manggilin nama kalian satu-persatu. Nama yang disebut harus maju menceritakan sejarah yang bapak maksud."

"Apa?" temen-temen gue kaget.

"Adellia Irene Lathief, maju dan ceritakan sejarah masuknya agama Hindu ke Indonesia menurut 9 teori yang ada!"

"Loh pak, bukannya Aaron dulu, ya?" tanya gue ngebela.

"Terserah saya dong," jawab Pak Eko sambil berkacak pinggang dan berekspresi melawak.

Gue langkahin kaki gue, gak siap. Gue nerveous. Usaha gue semalaman gak sia-sia. Gue bisa cerita, gak tahu deh bener enggak ceritanya.

KRIIING.....

Yups, waktunya istirahat. Gue bad mood mungkin gara-gara gue telat berangkat sekolah. Oh iya, gue lupa belum sarapan. Pantesan aja udah laper. Si perut emang gak bisa diajak kompromi.

"Ren, pergi ke kantin, yuk! Udah laper nih, gue. Oh iya, by the way ceritain dong gimana lo bisa masuk tadi!" ajak dan tanya Vita yang berdiri di samping gue.

"Ok,jadi gini...," ucap gue terpotong oleh kedatangan seseorang.

"Ren, lo dicariin orang tuh di depan," potong Egy teman sekelas gue.

"Siapa?" gue tanya sama Egy.

"Liat aja sendiri, kayaknya sih senior," ucap Egy sambil membolak-balik buku sejarah-nya.

"Kak Dennis, tuh kayaknya, ciee..," ledek Vita buat gue keri liatnya. Batin gue berkata itu bukan kak Dennis. SIAPA SIH, TUH ORANG?

Gue dan Vita keluar kelas. Ternyata..

"Hai!" sapanya

"Cie, yang diapelin, gue cabut ya Ren?" ledek si Vita yang buat gue jadi geram.

"Sini aja!" bisik gue sambil nahan tangan Vita.

"Em,,gue boleh minta nomor hp lo?" pintanya sambil menyodorkan hp.

"Hah?" jawab gue kaget dan mengangkat sebelah alis.

"Boleh gak, nih?" tanyanya lagi.

"Boleh," jawab gue sambil menerima hp-nya dan nulis nomor hp gue. Sumpah gue gak nyangka kalau Reza sampai nyamperin gue di kelas, buat minta nomor hp lagi.

"Nanti gue telfon pulang sekolah, ya?" ucapnya yang buat gue ngerasa aneh. Sebenernya tadinya gue gak mau ngasih nomor hp gue, tapi gimana lagi, dia udah nolongin gue dan dia senior gue, jadi ya,,,terpaksa deh.

"Apa?" heran gue. Reza pergi dari teras kelas gue dan gue gak tahu maksud ekspresi Vita yang dari tadi di sebelah gue. Dasar aneh!

"Ciee, Irene, cie..!" ledek Vita sambil menusuk-nusuk pipi gue. Gue geli, sumpah!

"Apaan sih, lo? Jangan toa deh!"

"Dia naksir lo, lo harus peka!"

"Dia itu yang bantu gue masuk tadi," gue coba jelasin ke Vita, daripada salah paham? Bahaya entar.

"Eh, itu kan kak Reza yang.." ucap Vita terpotong.

"Yang apa?" timpal gue.

"Yang pernah punya masalah sama kak Dennis, gak tahu juga apa masalahnya. Kayaknya sih, rebutan cewek," jelas Vita dengan nada sok serius yang buat gue jadi kepo.

"Lo serius? Atau lo lagi halu?"

"Udahlah, gak penting. Kita kan mau ke kantin, keburu masuk entar, yuk cepetan!" ajaknya narik tangan gue.

Hai... hai... hai..guys😄

Update 2 chapter loh ini, seneng gak? author harap the readers selalu membaca kelanjutannya ya😀

Menurut the readers, Irene endingnya sama siapa? Dennis atau Reza? Hmmmmm👀 aku tunggu jawabannya di kolom komentar, ya!

Jangan bosen-bosen buat vomment! 😂

Mari berteman: @putrinay23_ (Instagram)

Shelter From RainWhere stories live. Discover now