"Hanya ingin berjumpa, lalu menyapa. Tidak ingin menyakiti ataupun tersakiti. Hanya ingin menjadi Teman, bukan seorang mantan.".
"Bang!! Bangun woy! Ngebo mulu lo, gak inget sekolah? Udah siang ini. Di marahin Bunda baru tau rasa lo! Bang!! bangun gak lo?!"Suara speaker rusak terdengar di telinga gue. Suara yang tidak pernah absen di pagi hari pada jam yang sama. Gue heran sebenarnya siapa yang udah melahirkan itu anak, sampe suaranya melebihi Eyang-nya Tarzan.
" Bang Afirld!!"
Gue pun bangkit dari singgasana ternyaman sepanjang hidup Gue;kasur. Berjalan gontai kearah pintu, untuk melihat wajah yang sudah tak asing bagi gue.
"Hmm?"
"Ya Allah Bang, udah gue bilang kalau jam segini itu harus udah siap, gue udah cantik begini, lo masih kaya dedemit gitu? Gimana nasib gue berangkat sekolah bang-- Gue laporin ke bunda biar uang jajan lo di potong!"
"Berani bilang, gue gak bakal ijinin lo nebeng." Telak gue.
Dan ia langsung memutarkan tubuhnya 180º untuk menghadap gue. "Hehehe, ampun bang. Buruan makannya gue ada tugas pagi ini."
"Selow, masih jam setengah tujuh.." Santai gue sambil berjalan masuk kamar.
Air muka Syiska langsung berubah. "Lo bilang selow? Udah sia--"
Sebelum gue mendengar teriakan cetar dari adik tercinta, buru-buru gue menutup pintu kamar dan berlari menuju kamar mandi, untuk melakukan ritual pagi.
Selesai memakai seragam, gue berkaca di depan cermin dan cermin itu menampilkan sosok lelaki ganteng, siapa lagi kalau bukan gue.
Selesai dengan semuanya, gue berjalan kearah tangga untuk turun ke dapur sambil membawa tas di pundak dan ponsel di genggaman tangan.
"Liatin bun, tadi abang baru bangun engga solat subuh." Tuduh Syiska pada saat gue duduk di pinggir nya.
Gue pun menolehkan pandangan kearah Syiska yang wajahnya sedang menahan kesal. Gue tau ni anak pasti kesel sama gue.
"Kamu engga solat Bang?" Ucap Bunda yang langsung melihat gue dengan sorotan tajam. Menyerah sudah, kalau begini.
"Solat kok bun--" ucap gue santai sambil memakan roti yang sudah ada di depan gue.
"Bohong! Orang dia baru aku bangunin tadi." Bela Syiska pada diri nya.
"Bener Bang?" Tanya bunda untuk yang kedua kali nya.
Gue pun menghela nafas pelan. Harus kalem, gaboleh emosi, nanti kalau emosi dan ngelawan orang tua, gue dosa lagi. "Engga bunda--Tadi abang solat kok." Dalam mimpi lanjut gue dalam hati.
"Nah, dosa lo nambah lagi. Biarin dia jangan di kasih uang jajan Bun, biar kelaparan!" Telak Syiska yang menatap tajam kearah gue.
Tidak menghiraukan tatapan itu, kembali gue memakan roti yang sudah bunda siapkan. "Bun, abang ngambil roti aku.." Rengek Syiska kearah bunda.
"Apaan, gue kaga ngambil. Ini jatah gue."
"Ini punya gue, bang.."
"Bang!" Tegur ayah. Gue langsung memberikan roti yang sudah di gigit tadi, pantes saja roti itu berisi selai stroberi kesukaan nya.
"Noh gue kasih." Syiska langsung memberikan piring nya kearah gue.
"Noh roti selai kacang kesukaan lo. Lo kan sering di kacangin." Santai nya dan kembali menggigit roti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Girlfriend suddenly
Teen Fiction"Kamu belum minta maaf sama aku tentang kejadian tadi. Gimana kalau tadi sore aku mati?" "Tinggal kubur." "Afirld! Kamu engga pernah bisa romantis sama cewek ya?" "Lo bukan siapa-siapa gue." "Fix. Hari ini kita jadian." Gue menginjak rem. Dan cewek...