"Aku terlalu bersemangat mengejar cinta mu. Sampai aku lupa, bahwa ada hati yang harus ku jaga."
.
Langit yang cerah kini berubah warna menjadi hitam, sebentar lagi hujan pasti akan turun. Gue masih sibuk dengan bola yang sedang gue mainkan, setelah bermain game selama beberapa jam dan akhirnya gue bosan, gue memutuskan untuk bermain Basket di lapangan sekolah.
Hari ini banyak sekali guru yang tidak masuk, sehingga membuat orang-orang bebas melakukan kegiatan nya. Sama seperti yang gue lakukan dengan Putra dan Rafly tentunya, bermain Game dari pagi hingga siang tadi.
Seketika perkataan ayah terdengar di telinga. Gue baru sadar nanti malam harus menghadiri pesta pernikahan kolega bisnis ayah. Kembali gue menghela nafas pelan.
Jam menunjukan pukul 4 sore, bel pulang sekolah sudah terdengar dua jam yang lalu. Itu artinya gue sudah bermain basket selama dua jam. Pantas saja kaki sudah terasa kebas dan keringat sudah bercucuran.
"Afirld!!" Suara perempuan terdengar di belakang gue dengan sangat lantang. Perasaan sekolah sudah sepi dari satu jam yang lalu.
Gue menghiraukan panggilan itu dan kembali bermain basket dengan santai.
Saat ingin memasukan bola ada seseorang yang mencubit pinggang gue dari arah samping, bola yang ingin masuk kedalam ring itu malah terpental jauh.Sialan siapa yang berani cubit gue. Ketika gue membalikkan badan ternyata ada nek lampir yang sedang menunjukan wajah garang nya.
"Shit! Ngapain?"
"Afirld-- Kamu engga capek?" Rengek nya manja yang membuat gue bergidik ngeri.
"Afirld.. Aku dari dua jam yang lalu liatin kamu. Apa kamu enggak capek? Pasti kamu belum makan siang kan? Minum juga belum pasti. Udah mendung ayo kita pulang, dari pada kamu di marahin bunda nanti.."
Jengah dengan ucapan cewek bawel ini, gue memutar bola mata. Tidak kah ia capek berbicara panjang seperti itu? Badan gue terasa sangat gerah, dengan santai gue membuka kancing seragam dan kaus yang menutup tubuh gue.
"Kyaa!! Afirld! Kamu mau ngapain?" Zeline sudah menutup matanya.
Sialan, gue baru sadar kalau ada nenek lampir di sini. "Sono balik." Ucap gue dan mengambil bola yang berada di pinggir lapangan.
"Afirld. Pakai baju nya, ada perempuan di sini. Mending kamu pulang deh, bentar lagi hujan." Suara Zeline menggema di sekolah yang sepi ini.
"Balik sendiri.."
"Iya aku mau pulang, asal kamu pulang.."
"Nggak ada urusan."
"Kita kan pacaran, Afirld.." Rengek Zeline kembali.
"Ayo pulang.." Zeline berjalan menghampiri gue yang tengah mengambil bola. Seketika hujan turun sangat deras di sertai petir yang bergemuruh.
Gue tersadar, kepala Zeline masih tertempel perban. Dari pada luka itu infeksi terkena air hujan, gue berlari kearah Zeline dan merangkulnya melindungi dari air hujan dan berlari menuju koridor.
Wajah Zeline pucet dan matanya memerah. Sebentar lagi pasti ada tangisan.
"Hikss.. hiks.." Sudah gue duga.
"Cengeng!" Desis gue.
"Hiks.. Afirld, kalau tadi Afirld kena petir gimana? Zeze kan takut. Hiks.. Afirld kalau sakit masuk angin gimana? Zeze kan khawatir.."
Buset ni orang kebanyakan nonton sinetron kaya nya. Mana mungkin gue kena petir, baru buka baju bentar aja di sangka masuk angin. Untung gue sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Girlfriend suddenly
Teen Fiction"Kamu belum minta maaf sama aku tentang kejadian tadi. Gimana kalau tadi sore aku mati?" "Tinggal kubur." "Afirld! Kamu engga pernah bisa romantis sama cewek ya?" "Lo bukan siapa-siapa gue." "Fix. Hari ini kita jadian." Gue menginjak rem. Dan cewek...