Sorot mata hazel lorna sedikit meredup, baru kali ini ia merasa begitu takut saat berada di dekat Alexander.
"Kenapa kau di kamar ku Lorna?"Alex mengulang pertanyaannya sambil menatap seluruh wajah gadis itu.
"JAWAB!!!"Lorna langsung terkejut saat suara Alex meninggi, apalagi tangan pria itu memegang kuat sudut bahunya dan mengguncang keras.
"Aku... Aku hanya ingin mengambil vitamin Olivia,"Lorna menjawab dengan nada terbata membuat mata Alex langsung menyipit dan melirik ke arah ruang walk in closet.
"Aku rasa kau salah masuk ruangan Lorna, Kau tahu aku tidak suka jika milikku di sentuh orang asing"ucap Alex bernapas tipis hingga gadis itu bisa merasakan kemarahannya yang sedikit mereda. Mungkin itu karna Olivia.
"Aku tidak menyentuh apapun, sungguh!"
"Kau pikir aku percaya begitu saja?"potong Alex sambil melempar tatapan sinis dan tajam bersamaan rambutnya yang terjatuh di kening hingga terlihat begitu manly di mata Lorna.
"Aku.... Benar-benar tidak mengambil apapun... Akkkhhh" Lorna tiba-tiba meringis sebelum menyelesaikan ucapannya. Pria itu membalikkan tubuhnya ke belakang dan melekatkan kedua tangannya di tembok hingga ia tidak bisa bergerak.
"Aku akan memeriksanya,"Alex berbisik tepat di sebelah telinga kiri Lorna dan menurunkan tangannya perlahan ke beberapa bagian tubuh gadis itu.
"Alex....."Lorna terkejut saat tangan kekar pria itu perlahan menyusup masuk, menyapu kulitnya langsung dari pinggul. Ia bergerak namun tangan Alex lebih cepat menahannya untuk tetap melekat di tembok itu.
Lorna sedikit mendongak hingga merasakan tubuh kuat Alex sangat dekat, bahkan aroma tubuhnya pun tercium begitu kuat.
"Kau tahu... Kenapa aku tidak pernah ingin bersahabat dengan mu seperti Olivia? Karna kau dan keluarga Dulce hanya serangga atau hama bagiku,"Alex sedikit menarik rambut Lorna ke belakang lalu menyusup kembali ke bagian lebih sensitif hingga gadis itu merasa sangat tidak nyaman.
"Alex please...."Lorna sedikit berbisik saat tangan pria itu melewati tengah dadanya, itu hal paling tidak nyaman yang ia rasakan. Ia tidak peduli pada kalimat terakhir Alex soal keluarganya karna itu memang benar, keluarga Dulce terlalu sering bergantung pada perusahaan Alexander.
"Kenapa?"tanya Alex sedikit kaku dan akhirnya menurunkan tangannya lalu memutar kembali tubuh gadis itu hingga kedua mata mereka bertemu. Alex menurunkan pandangan menuju tepat ke arah bibir yang terakhir kali ia cium. Singkat tapi Alex tidak lupa bagaimana rasanya.
"Aku tahu kau pergi ke club malam bersama Olivia. Kau pengaruh buruk untuknya,"tuding Alex tanpa melepas pandangannya hingga mata hazel itu langsung menaikkan pandangan menatap ke arahnya.
"Alex aku tidak-"
"Mau berbohong? Bau Alkohol sangat tercium kuat dari bibirmu Lorna!"potong Alex seakan tahu isi kepala gadis itu. Lorna ingin bergerak menjauh namun tangan pria itu tetap menahannya.
"Ada apa lagi Alex? Apa kau belum puas menuding dan menyentuh tubuhku? Aku sudah katakan aku tidak mengambil apapun,"Lorna sedikit berani dan melihat pria itu tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangannya ke arah bawah, menyentuh kancing jeans gadis itu sedikit.
"Apa kau gila? Kau bisa periksa barang-barangmu,"pinta Lorna sedikit menjauh. Ia bahkan tidak membiarkan Erick menyentuh tubuhnya, mereka hanya berciuman dan berkali-kali mengelak permintaan kekasihnya sendiri.
"Kau tinggal di rumah ku dan lancang masuk ke ruangan ku, sekarang kau ingin mengaturku? Sebaiknya kau buka atau aku yang akan memaksamu!"pinta Alex sambil melihat Lorna menggigit bibirnya kuat-kuat.
"Aku tidak akan melakukan itu, kau bisa katakan padaku jika ada barangmu yang hilang!"Lorna melewati Alex dengan sangat berani menuju ke arah pintu kamar.
Alex ikut melangkah menarik lengan gadis itu dan mendorong ke arah ranjang king size-nya. Ia memaksa menarik kancing jeans Lorna yang berusaha melindungi diri.
"Alex!!!"pekik Lorna merasakan jemari pria itu berada di sekitar underwear. Gadis itu diam seketika saat Alex kembali menjauhinya dan menunjukkan sesuatu pada Lorna.
"Kau begitu berani, padahal kau mencuri milikku,"pria itu tersenyum tipis sambil meremas benda kecil mirip flashdisk yang bertuliskan nama keluarga Lorna- Dulce.
"Kenapa ada nama keluarga ku di sana? Apa yang kau sembunyikan?"tanya Lorna sedikit kasar menatap pria itu setelah merapikan pakaiannya.
"Kau tidak berhak tahu apapun,"Alex memegang lengan gadis itu dan memaksa Lorna untuk segera keluar dari kamar sambil memberikan vitamin milik Olivia.
"Alex.. Aku perlu tahu.. Alex!"Lorna memekik berkali-kali hingga pria itu mengeluarkannya dari ruang tersebut.
Brukk!!! Lorna menendang pintu kamar yang kini terkunci dan Alex hanya diam tanpa peduli dengan gadis itu. Ia menatap kembali benda kecil itu dan menyimpannya di tempat yang lebih aman.
Lorna terpaksa kembali ke kamar Olivia sebelum tidur ke tempatnya. Namum gadis itu sudah tertidur pulas, sungguh Olivia terlihat seperti sedang ingin mengerjainya.
"Lain kali, aku tidak akan pergi ke club malam dengan mu,"ucap Lorna sambil menaruh vitamin itu di atas meja lalu segera meninggalkan Olivia tanpa membangunkan gadis itu.
Lorna membaringkan tubuhnya di ranjang saat ia sampai di kamar, tubuhnya terasa letih dan mencoba menghapus pikirannya tentang perlakuan Alex barusan."Hama katanya.. Tapi dia menyentuh ku.. Pria munafik!"maki Lorna tampak geram sambil memejamkan matanya rapat-rapat.
"Lihat saja, aku akan mencari tahu kenapa dia menyimpan data tentang keluarga ku."Lorna membatin lalu kembali membalikkan matanya. Sungguh sentuhan tangan pria itu di tubuhnya membuat ia terus ingin bergerak. Itu adalah hal paling tidak di inginkan oleh Lorna, Ia tahu jika Olivia mengetahuinya gadis itu pasti akan salah paham. Apalagi jika Alex membuka mulut jika Lorna masuk ke ruang walk in closet sambil mencuri sesuatu yang tidak seharusnya ia tahu.
_____________
Keesokan harinya ...
"Alexander...."panggil Olivia sambil memotong makanannya yang ada di meja makan. Pria itu melirik berpindah ke arah Lorna yang menekan-nekan ujung pisaunya di roti miliknya.
"Kau tidak ikut makan?"tanya Olivia ikut mengambil roti dan mengoleskan selai.
"Aku sudah sarapan di kamar, kau tau aku tidak bisa makan jika melihat serangga tanpa buah dada seperti dia,"ucap Alex terdengar menyindir fisik Lorna. Mata gadis itu langsung tajam mengarah ke arah pria yang baru saja melontarkan kalimat hinaan.
"Oh ayolah Alex, jangan terlalu membenci Lorna. Kau bisa jatuh cinta dengannya,"ucapan Olivia spontanitas dan ia tidak menyadari kedua pasang mata itu kini tertuju ke arahnya. Gadis itu menggigit rotinya lalu melihat ke arah Lorna dan Alex secara bergantian.
"Itu tidak mungkin, Jasmin lebih baik darinya,"puji Alexander menyebut nama seorang wanita yang di kenal jelas oleh Olivia.
"Kau tahu seleraku Olivia,"papar Lorna sambil tersenyum mengejek ke arah Alex yang memutar tubuhnya ke arah lain.
"Alexander!!!"panggil Lorna membuat pria itu sedikit menoleh.
"Aku rasa kau harus melihat dirimu di cermin, aku hanya ingin berbaik hati agar kau tidak malu di luar sana. Cungkil sisa selada yang ada di gigimu!"Lorna langsung menutup mulut karna menahan tawa, ia merasakan Olivia menendang kakinya cukup kuat. Alex hilang ekspresi sekarang, malu, canggung dan semuanya bersatu.
"Aku tidak perlu perhatianmu,"balas Alexander melangkah cepat ke arah pintu untuk memeriksa giginya seperti yang di katakan Lorna.