Jace menelan saliva yang sejak tadi terasa begitu pahit, tolong! Ia begitu mencintai Lorna dan itu sudah berlangsung lebih dari empat tahun.
Malam ini gadis itu, Lorna mencium pria lain di hadapannya. Parahnya pria itu adalah Alexander, Jace tahu betul siapa pria yang sedang ia hadapi saat ini."Apa yang kau lakukan Lorna?"Alexander melepas pautan gadis itu, sedikit menggeser tubuhnya tanpa melepas pandangan sedikitpun dari Lorna yang kini melirik kembali ke arah Jace, pria itu menunduk saat mata hazel itu melirik dan memilih pergi tanpa basa-basi sedikitpun.
"Lorna!"pekik Alex sedikit tegas membuat wanita itu kembali menatapnya.
"Sorry!"Lorna hanya mengucapkan sepatah kata, ia langsung melejit. Berlari kecil dari hadapan Alexander yang masih memikirkan tingkah tidak biasa gadis itu.
Brakkk!! Lorna menabrak seseorang saat ia sampai di bibir pintu club, mata hazel itu segera menyorot dan ia mengerutkan keningnya lama.
"Daddy.."sebut Lorna pelan.
"Kenapa kau di sini?"tanya Ferdinand Dulce dengan wajah prince charming-nya yang masih terlihat sepadan.
"Harusnya aku yang—""Mr. Dulce. Tuan Alexander sudah menunggu mu di private class, bisa aku minta platinum card milikmu?"seseorang dengan wajah datar langsung memotong ucapan Lorna, membuat Ferdinand langsung mengangguk dan meraih sakunya.
"Jadi kau masih terus menjilat ludah mu sendiri?"tanya Lorna menuding tajam.
"Lorna!"
"Jangan katakan ini demi aku dad, kau tahu sejak dulu aku tidak pernah membutuhkan semua ini,"Lorna memotong, menahan matanya agar tidak setitikpun cairan kecil keluar dari matanya.
"Aku tahu yang terbaik Lorna,"ucap Ferdinand datar, pria itu melirik ke arah pria tinggi yang sejak tadi menunggunya dan memberikan card yang ia minta.
"Aku harus masuk,"Ferdinand mengeluh lalu melangkah masuk ke dalam club dengan tatapan dingin. Sungguh Lorna begitu merindukan sosok hangat dari pria itu, Ferdinand Dulce yang memiliki banyak cinta bukan keluarga yang berantakan seperti saat ini.
____________
"Lorna, syukurlah kau sudah pulang. Maaf aku tidak bisa menghubungi mu. Alex mengambil ponselku," Olivia segera melangkah saat melihat sosok yang ia nantikan sejak tadi.
"Tidak masalah Olivia, aku bahkan pulang tanpa memikirkan mu,"balas Lorna sambil terkekeh.
"Owh.. Lihat! Kenapa matamu? Kau baru saja menangis?"Olivia menyentuh mata gadis itu, mengusapnya lembut penuh perhatian.
"My daddy,"ucap Lorna membuat Olivia langsung mengerti.
"Kau perlu sesuatu untuk menenangkan diri Lorna?"tawar Olivia membuat gadis itu melirik. Oh Please jangan alkohol lagi, itu hanya menambah masalah.
"Ayo ke kamarku,"ajak Olivia sambil menarik lengan gadis itu. "Ayolah Lorna kali ini bukan Alkohol, para pria di club tadi memberikan ku ini. Kau pasti suka,"sambung Olivia meyakinkan.
"Okay, semoga kau benar,"ucap Lorna mengikuti langkah Olivia untuk beranjak ke kamarnya.
"Apa ini Olivia?"tanya Lorna sambil melihat sebuah pil bulat berwarna ungu layaknya vitamin.
"MDMA, kau akan melupakan pikiran yang menempel di otak mu itu,"ucap Olivia sambil mendekatkan pil itu ke arah mulut Lorna.
"Olivia tapi—"Lorna melirik mata sahabatnya itu, tajam seperti Alexander dan sangat mirip. Ia mengeluh dan membuka mulutnya membuat Olivia langsung memasukkan pil tersebut ke dalam mulut Lorna.