So Unexpected

13 5 0
                                    

12 November 2018.                10.21 PM

17 tahun adalah umur yang dijadikan sebagai batasan 'kelegalan' seseorang dalam segala hal. Dan itu yang ditunggu-tunggu oleh Ani.

Sayangnya, Ani resmi 17 tahun, satu bulan dua hari lagi.

"Ma, kalau Ani ulang tahun yang ke-17, kado mama apa?" Ani bertanya kepada ibunya saat mereka sedang bersantai menonton televisi di ruang tengah yang ukurannya 2x2 meter.

Ya, begitulah. Rumah Ani memang kecil.

"Mama ndak tau. Nggak ada uang mama," jawab ibunya dengan logat Bataknya. "Yang penting sehat-sehat. Itu aja kita udah bersyukur."

"Hmm..." Ani hanya mengangguk saja. Berusaha memaklumi mengingat keadaan ekonomi mereka sedang tidak baik-baik saja dua tahun belakangan.

"Ke kamar lah aku dulu kalau begitu, Ma."

"Iya." Jawab ibunya sembari mengganti channel televisi.

Tak sampai satu menit, Ani sudah berbaring di kasurnya. Kasur kapas yang sudah berusia sama dengan dirinya.

Karena bosan dan tidak tau mau melakukan apa, Ani memutuskan untuk memainkan ponselnya.

Dihidupkannya data selular, dan detik berikutnya beberapa notifikasi menggantung di layar bagian atas. Dan kebanyakan berasal dari grup chat Whattsapp SMP.

Ani menyentuh layar ponselnya, dan sejurus kemudian layar menampakkan isi percakapan di grup SMP.

Ani tertegun.

Fariq: yang ultah besok nggak muncul yaw. Jauh kapalnya we.

Putra: Iya, si laknat kmbng. Woi, nyet @AriZain

Rupanya—sosok yang Ani tak tau mendefenisikan atau menjelaskan siapa dia bagi Ani, dia berulang tahun besok.

Ari Zain.

Orang yang dulu mengatakan ia menyukai Ani. Dan Ani juga mengatakan bahwa dirinya menyukai Ari.

Tapi tak ada kejelasan hubungan.

Bisa-bisanya Ani lupa hari apa besok. Padahal dari kemarin-kemarin Ani sudah memikirkan tanggal 13 November ini.

Padahal, tahun-tahun sebelumnya Ani tak pernah lupa. Bahkan dari jauh-jauh hari Ani sudah mengingatnya, biasanya.

Rupanya sekarang sudah berbeda.

Rupanya sekarang sudah banyak yang berubah. Baik dirinya atau orang-orang yang dia kenal dahulu.

Fian: We belajar kalian. Besok masih ujian

Gina: ujian apa kita woi?

Fian: Aku saja yang ujian

Gina: lah kok?

Fian: Diacuhkan oleh kamu. Itu ujian yang berat bagiku. Eeeaaaakkkk :v

Putra: Ajg. Mau muntah gw.

Fariq: Ngalay iss. Jjq.

Gina removed Fian from the group

Ani tersenyum singkat melihat percakapan antara Gina dan Fian.

Fian si penggoda dan supel yang tak pernah berubah. Yang tak pernah berhenti  mengejer Gina.

Gina yang juteknya tidak berkurang-kurang. Dan orang yang tak pernah lelah menolak Fian.

Bagi Ani, dua orang itu lucu sekali. Karena dari Sekolah Dasar sampai SMA, sekelas terus.

Ani hanya tersenyum sembari mengingat kedua orang itu. Iya kemudian menutup ponselnya saat dirasa tak ada sesuatu yang perlu.

Dan tiba-tiba saja, rasa kantuk menyerangnya dengan cara yang luar biasa.

***

Ani sedang berdiri di pinggir kolam renang. Ia tidak tau jelas dimana kolam ini berada, tapi tempat ini terlihat familiar.

Hari ini ulang tahunnya.

Ia rasa begitu.

Ani melakukan pemanasan, sama seperti teman-temannya lakukan. Setelah selesai, ia langsung melompat ke dalam kolam.

Berenang-renang santai dan terkesan tidak jelas.

Setelah berpuluh menit kemudian, semua orang disuruh naik oleh guru penjas, karena sesi renang untuk hari ini sudah selesai.

Ani berjalan bersama teman-temannya menuju ruang ganti setelah tadi sudah mengambil tas di kursi semen di sisi kolam.

Ani lama sekali berganti pakaian, sehingga tak ada lagi orang di sekitar kolam renang.

Tinggal ia sendiri.

Tiba-tiba, seseorang datang dari belakang punggung Ani dan memanggil namanya.

"Ani..."

Ani berhenti. Kakinya lemas. Tali tas di bahunya melorot sedikit ke bawah.

Ani berbalik.

"Zain?"

Ia terbiasa memanggil Ari dengan nama Zain.

Ada sesuatu yang aneh. Dan Ani merasakannya. Di alam sadar dan bawah sadarnya.

"Hai?!" Sapa Ari Zain ramah. Wajahnya terlihat sumringah, penuh kebahagian yang ingin ia luapkan segera.

Ia menyodorkan sesuatu pada Ani. Sebuah kotak berpita indah.

"Selamat Ulang Tahun..."

Ani terdiam. Membeku di tempat.

Sebuah pertanyaan muncul di otaknya.

"Selamat Ulang tahun..." ulang Ari sekali lagi saat Ani tak juga menerima kotak di tangannya.

Ani menerimanya. Tangannya bergetar.

Ini nyata.

"Kenapa?"

"Hah?" Ari tidak mengerti maksud pertanyaan Ani.

"Kenapa kamu kasih ini? Bukannya kamu suka sama Vina?" Mata Ani sudah berkaca-kaca. Meminta penjelasan yang ingin ia tahu sejak dulu.

She wants to tell Ari about everything that disturb her mind. And ask why Ari left her in a blink of an eye.

"Apa? Ennggak lah..."

"Jadi?"

"Aku sebenarnya suka sa—"

Sebelum pertanyaan itu benar-benar terjawab, semua memudar. Ani tersentak. Dan ia terbangun dari mimpi indahnya.

Rupanya hanya mimpi.

Mimpi.

Dan saat ia sadar hanya mimpi, sepersekian detik berikutnya ia menangis dalam diam.

Menangis sesenggukan tanpa suara.

Sesuatu di dalam sana terasa nyeri, sangat sesak.

Ani tak pernah begini sebelumnya.

Vina adalah teman sekelas Ani di Sekolah Menengah Atas.

Pada kenyataannya sekarang, Ari Zain menyukai Vina.

Semua dipertemukan seolah takdir sedang bermain-main kepada Ani.

Saat itu pukul 2 pagi.

Dan hari itu, hari ulang tahun Ari Zain.

13 November 2018.


***

Selesai

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang